Flashback, tujuh tahun yang lalu...
"Lepaskan aku! Biarkan aku masuk!" teriak seorang pria muda dengan lantang, mencoba melepaskan diri dari orang-orang berpakaian jas serba hitam yang berusaha menghalanginya di depan pintu gereja. Benar. Hari itu adalah hari pernikahan Chi Xue Tung dan Chi Xing Feng, pernikahan yang sama sekali tidak diinginkan oleh sang pengantin wanita dan terpaksa dilakukannya hanya karena permintaan sang ayah. Xue Tung berharap akan ada keajaiban yang bisa menghentikan pernikahan mereka, dan mungkin inilah jawaban dari doanya. Ji Teng, pria yang dicintainya dan juga mencintainya datang untuk menghentikan pernikahan itu dan membawanya pergi dari sana.
"Xiao Tung," panggil Xing Feng lembut saat Xue Tung terlihat terkejut dengan kedatangan Ji Teng di sana. Perhatiannya spontan teralihkan ke arah pintu gereja, tempat yang kini berdiri seorang pria muda berwajah tampan yang menatapnya penuh harap.
"Chi Xue Tung, demi kau, aku bersedia percaya bahwa cinta abadi itu ada," teriak pria muda berparas tampan itu dengan ekpsresi putus asa. Gadis berwajah cantik yang mengenakan gaun pengantin yang indah itu hanya bisa meneteskan airmata haru mendengar ucapan kekasihnya.
"Hari ini aku ingin mengatakan di depan semua orang, dalam hatiku hanya ada Chi Xue Tung. Aku ingin Chi Xue Tung pergi bersamaku. Kami ingin bersama selamanya..."lanjut pria muda itu lagi, dengan mata memohon pada kekasihnya. Airmata semakin mengalir deras di pipi Xue Tung yang seputih salju. Ji Teng hanya bisa menatap pasrah dan berusaha menerima apa pun keputusan kekasihnya.
"Kak, maafkan aku! Aku tidak bisa menikah denganmu," ujar Xue Tung dengan airmata berderai di pipinya. Dia meminta maaf dari lubuk hatinya yang paling dalam. Tapi cinta tak bisa dipaksa, tak bisa dialihkan dan tak bisa dilupakan begitu saja. Xue Tung melempar bunga pengantin yang ada dalam genggamannya dan berlari ke arah pria muda berparas tampan dan mengenakan jaket kulit berwarna hitam yang berdiri di depan pintu gereja.
"Ji Teng," panggil Xue Tung penuh kerinduan.
"Kita pergi!" ujar Ji Teng seraya menarik tangan Xue Tung meninggalkan gereja itu. Dengan cepat membawanya berlari ke arah seekor kuda putih yang sudah menunggunya. Benar. Ji Teng datang ke gereja itu dengan menunggangi seekor kuda putih kesayangannya, Shen Bao. Dan bagaikan seorang Pengeran berkuda putih yang kabur membawa seorang Puri cantik bersamanya, seperti itulah yang dilakukan Ji Teng sekarang.
Chi Xing Feng ingin mengejar tapi ayah Xue Tung mendadak pingsan karena penyakit jantung tiba-tiba menyerangnya. Terlalu panik melihat ayah angkatnya yang mendadak pingsan, Xing Feng pun tak punya pilihan selain memprioritaskan kesehatan ayah angkatnya.
"Apa kau benar-benar bersedia pergi bersamaku?" tanya Ji Teng saat mereka berdua sudah berada di punggung kuda.
"Aku tak punya pilihan lain," jawab Xue Tung, tak punya waktu untuk menyesali keputusannya.
Mereka telah pergi cukup jauh dari gereja itu dan orang-orang Chi Xing Feng sepertinya tidak mengejar mereka. Ji Teng menghentikan kuda putihnya di salah satu tikungan jalan yang sepi. Dia membantu Xue Tung turun dan mengikatkan tali kudanya di salah satu tiang.
"Kita tidak bisa pergi dengan membawa Shen Bao, dia pasti akan menarik perhatian," ujar Ji Teng yang langsung disetujui Xue Tung.
"Kawan lama, aku pasti akan kembali untuk melihatmu," ujar Ji Teng seraya mengelus-elus leher kuda putihnya dengan sayang sebelum memanggil taksi agar mereka bisa segera pergi dari sana.
"Taksi!" panggil Ji Teng saat tak lama kemudian sebuah taksi berwarna kuning berhenti di depan mereka dan Paman Ji, Ma Jian, dan Ji Jie turun dari sana.
"Ji Teng, apa yang kau lakukan?" tanya Paman Ji bingung melihat Xue Tung ada di samping Ji Teng masih memakai gaun pengantin putih yang melekat di tubuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Memories (Snow Angel After Story)
RomansaSUDAH DITERBITKAN !!! Beberapa Part DIHAPUS untuk kepentingan Penerbitan. Sinopsis : "If I Forget The Love, do you still remember?" Kisah tentang Peri Salju , antara legenda dan harapan yang hilang, juga berharganya sebuah penantian... "Kita tak p...