Author Pov…
Setelah sampai di rumah sakit Dea langsung berlari menuju resepsionis.
"Maaf suster, kamar atas nama Santi Syazwan dimana yah?" Tanya Dea pada suster."Sebentar mbak saya cari dulu." Jawab suster itu lalu mengecek di komputer nya.
"Oh nyonya Santi Syazwan?"
"Iya Sus."
"Beliau dirawat di lantai 3 nomor V027." Jawab suster setelah mengecek di komputer.
"Terimakasih suster." Lalu Dea langsung berlari menuju lift. Setelah pintu lift terbuka dia segera masuk.Dea sudah sampai di lantai dimana mamahnya di rawat. Dia langsung membuka pintu kamar rawat mamahnya.
"Mamaaaaah." Dea langsung berhambur memeluk mamahnya.
"Sayang, kamu kesini nak." Ucap mamahnya sambil membalas pelukan Dea. "Ngapain kamu kesini?! Mamahmu seperti ini gara-gara kamu Dea!" Ucap Danu dengan tatapan tajam. Dea langsung menunduk dan melepaskan pelukannya.
"Papah sudah, kasihan putri kita. Lagipula mamah sudah mendingan." Ucap Santi tidak jika putri kecilnya di marahi suaminya.
"Kamu tahu Dea? Gara-gara kamu enggak pulang semalaman Mamah khawatir. Karena terlalu khawatir dia sampai pingsan di dapur, untung ada Gibran yang mau mengambil minum ke dapur, kalau tidak?!" Ucap Danu dengan sedikit emosi. Sedangkan Gibran hanya diam ketika adiknya di bentak-bentak Papahnya."Maafin Dea mah, Mamah terkena darah tinggi sewaktu melahirkan Dea, dan sekarang masuk rumah sakit gara-gara Dea." Dea kembali memeluk Santi sambil terisak. "Mamah harus sehat, mamah enggak boleh sakit lagi." Dea terus menangis merasa bersalah.
"Maka dari itu jadi anak itu harus mau di atur, pergi dari rumah sampai enggak pulang. Mending kamu enggak usah pulang saja sekalian!" Ucap Danu dengan ketus.
"Papah sudah, jangan salahin Dea terus? Kasihan, libat tuh dia dari tadi nangis enggak berhenti-berhenti. Sayang, putri mamah paling cantik ini bukan kesalahan kamu kok, jangan merasa bersalah begini. Lihat kamu baik-baik saja mamah senang." Ucap Santi sambil mengelus kepala Dea lalu mengapus airmata putrinya.
"Tapi Dea enggak mau mamah sakit, apalagi gara-gara Dea. Dea enggak mau jadi wanita satu-satunya di keluarga ini." Dea terus-menerus menangis.
"Mamah enggak kemana-mana loh." Santi kini mencium puncak kepala Dea.
"Mah, maafin Dea, Dea mau ngelakuin apa saja asalkan mamah jangan sakit." Ucap Dea yang masih terisak, ini adalah tangis Dea setelah 4 tahun lalu karena Gibran harus kuliah di Negeri.Mendengar ucapan Dea. Santi, Danu dan Gibran saling bertatapan seperti merencanakan sesuatu.
"Beneran kamu mau melakukan sesuatu demi mamah?" Tanya Santi masih mengusap kepala putrinya dengan lembut.
"Iya mah apa saja, asalkan mamah jangan sakit." Dea membenarkan ucapannya."Apa saja?" Tanya mamah meyakinkan.
"Iyaaaa mamah."
"Mamah punya satu permintaan." Santi mulai mengucapkan permintaannya.
"Mah kenapa satu? mau sepuluh, seratus, seribu, seratus ribu, sejuta bahkan tidak terbatas pun boleh mah." Ucap Dea meyakinkan."Enggak sayang, mamah cuma minta 1 aja." Tegas Santi.
"Apa itu mah?" Tanya Dea penasaran, antara perasaan lega dan firasa buruk.
"Kamu harus menerima perjodohan ini." Santi mulai mengucapkan permintaannya.
Deandra Pov…
Apa ini yang di namakan, mulutmu harimaumu? Tadi aku berkata akan melakukan apa saja asalkan mamah enggak sakit lagi. Tapi kenapa harus itu?
"Mah kok itu sih?" Ucap aku dengan nada protes.
"Yaudah kalo kamu mau tensi mamah naik lagi dan pingsan lagi, lagipula kamu sudah janji." Mamah masih memamerkn senyum manisnya.
Hatiku bagaikan tersambar petir di siang bolong. "Kak Gibran dan papah saksinya loh De." Ucap kak Gibran dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan. Aku menarik nafas walau berat sekali ya Tuhan, dan hatiku masih nyesek.
"Baiklah, demi mamah, demi janji Dea pada mamah, Dea akan mengabulkan permintaan mamah. Asalkan mamah sehat, asalkan mamah enggak sakit. Dea mau menerima perjodohan ini." Ini terpaksa aku lakukan demi mamah, wanita yang hampir kehilangan nyawanya saat melahirkan aku."Makasih sayang kamu memang anak yang berbakti nak." Mamah memelukku dengan senyum yang mengembang, beda dengan hatiku. Ini gara-gara kalung ini, ini semua karena perjodohan ini.
Gibran Pov…
Aku lega akhirnya Dea mau menerima perjodohan ini, meski harus menggunakan drama tapi ini sukses. Maafkan kakak Dea, kakak egois. Papah bilang dia hanya akan menjodohkan anaknya sekali saja. Kalau kamu menolak berarti yang akan di jodohkan adalah kakak. Jika kakak di jodohkan bagaimana dengan hubungan kakak dan Arum?
Flaskback On…
"Gibran gimana apa Dea ada di rumah pak Imam?" Tanya Mamah saat aku sampai di rumah.
"Pak Imam bilang tidak ada, dia sudah menelpon anaknya tapi dia bilang tidak ada, bahkan telpon Felyn pun tidak di angkat oleh Dea." Jawabku dengan perasaan cemas.
"Pah gimana ini, gimana kalo Dea di culik." Mamah terlihat khawatir bahkan dia sampai terkulai lemas."Sabar mah, Dea pasti baik-baik saja kok, tenang saja." Ucap papah memcoba menenangkan Mamah.
"Gimana Mamah mau tenang Pah, Dea biasanya enggak pergi sampai selarut ini."Drrrt…drrrrt…
Ponselku bergetar dan aku melihat kontak yang tertera adalah pak Imam.
"Hallo pak Imam, ada apa?"
"Maaf mas Gibran, tadi istri saya telpon kalau Nona Dea ada di rumah saya."
"Benarkah? Baiklah terimakasih Pak Imam, saya akan ke sana sekarang." Lalu aku langsung menutup telepon.
"Mah, pah, pak Imam telpon kalau Dea ada di rumah nya. Ibu Tati bilang Dea baru saja sampai di rumah pak Imam." Ucapku merasa lega.
"Syukurlah kalau begitu" terlihat rasa lega di wajah Mamah dan Papah"Tuhkan Papah sudah bilang Dea baik-baik saja. Mamah ingat, harus jaga kesehatan mamah."
Mendengar ucapan Papah tiba-tiba aku mempunyai ide meski ini terlihat konyol.
"Mah, Pah, Gibran punya cara supaya Dea mau menerima perjodohan ini." Ucapku lalu kedua orangtuaku saling memandamg satu sama lain.Flaskback Off.
Dan inilah, meski Mamah atau kita terpaksa berbohong tapi ini supaya Dea mau menerima perjodohan ini. Kelemahan Dea adalah kondisi Mamah, Mamah mengalami darah tinggi setelah melahirkan Dea. Mungkin karena jarak antara aku dan Dea terbilang jauh yaitu 10 tahun jadi mamah lupa bagaimana rasanya mengandung dan melahirkan. Dea merasa bersalah setelah tahu semua itu, jadi ini adalah kelemahan Dea.
Maafkan kakak De, kakak egois. Tapi pilihan Papah tidak salah. Rama adalah orang yang baik meski dia terlihat dingin, tapi kakak yakin jika kalian mengetahui sifat satu sama lain dan menerima satu sama lain kalian akan mendapatkan kebahagiaan.
"Eheeem, cuma Mamah saja yang di peluk?" Papah berdehem seperti cemburu, padahal tadi dia kelewatan aktingnya. Aku jadi tidak tega ketuka Papah memarahi Dea. "Enggak mau, tadi Papah bentak-bentak aku. Papah jahat sama Dea, Mamah." Aku hanya tersenyum melihat manjanya adikku.
"Kalau sama Kakak? Kakak pengen juga di peluk sama kamu." Ucapku sambil membuka kedua tanganku supaya Dea memelukku. "Enggak mau juga, tadi Kakak diem aja waktu Dea di marahi Papah. Kakak enggak bela Dea." Aduh, ini memang adikku. Dia tidak mudah luluh kalau sudah merasa sakit hati. "Tapi, kalau Kakak enggak menelponmu kamu enggak akan tahu kalau mamah masuk rumah sakit." Lalu seketika Dea berfikir. "Yaudah sini dong kalau mau di peluk." Akhirnya Dea luluh, akupun memeluk 2 wanita tercinta. "Papah mau berdiri di situ? Kesini kita berpelukan seperti Teletubies aja Pah." Ucap Dea sambil melebarkan tangannya, lalu Papah menghampiri mamah dan Dea yang duduk di tempat tidur. Senyum bahagia terpancar dari kami, tapi berbeda senyum yang di buat oleh aku dan kedua orangtuaku. Kita saling memandang seperti berkata dalam hati bersama-sama bahwa rencana kita sukses, maafkan kami Dea.TBC
Revisi: 01 Maret 2107
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. BUNGLON IS MINE (COMPLETED)
Teen Fiction[PART SEBAGIAN DI HAPUS). Deandra Fashahah Syazwan, gadis berusia 18 tahun yang harus mengalami perjodohan sejak usia 6 tahun. Membuat dia tidak bisa merasakan indah nya masa pacaran sejak masa remaja karena terhambat oleh pertunangan itu. Dea juga...