"Del, mau ke ruang atas ya?" Rara mensejajarkan langkahnya dengan Dela yang melangkah terlebih dahulu di koridor.
Gadis dengan rambut berkepang satu itu hanya mengangguk sambil terus melanjutkan langkahnya. Rara menahan pergelangan tangan sahabatnya membuatnya berbalik menatap ke arahnya.
"Apa sih Ra?" tanyanya malas. Tatapan gadis itu menyiratkan kekesalan berlipat.
Baru saja hendak mengeluarkan suaranya, seorang cowok berlari sambil menenteng sepatu ke arah keduanya dengan disusul gadis yang berlari mengejarnya tanpa alas kaki.
"Za, buruan kejar. Lo lari apa ngintipin bekicot? Lama amat." serunya lantang. Rara lantas menarik tas cowok itu begitu dia berlari melewatinya begitu saja, "Balikin!"
"Ga." Rama berseru membalas ucapan Rara.
"Ram, buruan!"
"Ogah."
"Ramadhan!"
"Bacot ya lo,"
Plak
Dan tamparan keras mendarat di pipi cowok itu. "Dela?"
"Jangan kasar sama cewek, cewek punya hati." ucapnya datar. Rama mendekat ke arah Dela membuat gadis itu mundur.
"Terus menurut lo, cowok ngga punya hati?" tukasnya dingin. Sorot matanya menggambarkan kekesalan memuncak. "Diem kan lo? Makanya tuh mulut jangan asal nyablak!"
"Rama!" Rara memekik tertahan seraya memukul bahu cowok di hadapannya.
"Punya mulut dijaga ya Ram, kasar banget. Situ cowok?" Dela membalas tatapan dingin Rama.
"Lo siapa ngatur-ngatur?"
Ucapan Rama menohoknya, gadis itu menampar Rama untuk yang kedua kalinya sebelum berlalu pergi. Cowok itu terdiam membuat Rara mendekatinya, merebut sepatu berwarna biru muda itu lalu diberikannya pada gadis yang masih berdiri di sebelahnya.
"Balik sana Za," ucapnya datar. Gadis berwajah angkuh itu lantas berbalik sambil menyunggingkan senyum miringnya.
"Gimana? Puas kan lo?" Rara menarik kerah seragam cowok di depannya itu. "Siapa yang minta tolong buat deket sama Dela?"
Rama menatap sepupunya dalam.
"Gue tau lo cuma iseng, lo biasa aja, lo cuma becanda. Tapi cewek beda Ram, mereka pake hati. Lo senyumin dikit aja juga baper,"
Rara mengibaskan tangannya ke udara, "gue yang notabene-nya sepupu lo aja sering banget kebaperan kalo lo kasih perhatian. Walaupun ngga semua cewek kayak gitu tapi buat yang tadi, dia itu tipe kecentilan dan kepedean yang udah akut."
"Tau ngga kalo lo ngebuat cewek nangis sama aja ngebuat mama lo nangis."
Rara membalikkan badan kemudian berlalu meninggalkan Rama yang memejamkan mata sembari bersandar di dinding koridor.
***
"Assalamualaikum."
Suara sapaan bersamaan dengan bunyinya bel rumah kediaman keluarga Gunawan, Shinta yang kebetulan berada di rumah segera melangkah ke depan untuk membuka pintu rumahnya setelah meletakkan appron-nya.
"Waalaikumsalam," Shinta mengernyitkan dahinya mendapati Dito berdiri di depan rumahnya bersama gadis yang tersenyum lebar kepadanya. "Ayo sayang, masuk dulu." lanjutnya bingung.
Kedua remaja itu duduk di sofa setelah Shinta mempersilahkan keduanya.
"Eh, Dinda bukan sih?" tanyanya kemudian setelah sedari tadi terdiam menerawang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ga Peka Dih ✔
Cerita PendekIf I got second chance, I just wanna tell. "Aku sayang kamu." Supaya kamu tau kalau sebenarnya kita berada pada satu titik yang sama. Mencintai, tapi tidak dicintai. Dan ternyata bukan hanya kita yang sama tetapi orang terdekat aku sendiri pun nger...