Sudah satu bulan lamanya Shinhye bekerja diperusahaan besar milik keluarga Jung, tepat hari ini. Semua terlihat sama, tidak ada yang perlu dibanggakan namun tidak ada juga hal perlu dikhawatirkan, semua sangat biasa setiap harinya. Hubungan antara office girl dan sang direktur perusahaan ini pun sama sekali tidak ada kemajuan, bahkan kini pemilik perusahaan besar itu terlihat semakin dingin, membekukan setiap orang hanya dengan tatapan datar yang ia miliki.
Shinhye memijat pelan pelipisnya, dan entah sudah keberapa kalinya ia menarik nafasnya dalam seolah ia sedang memikirkan sesuatu hal yang begitu berat.
Ia memandang lurus kedepan, melihat kaca besar yang terpampang luas dengan permukaan datar yang terlihat begitu licin.
"Ada apa dengannya ?" pikir Shinhye yang sekarang sudah menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi plastik.Shinhye sangat hafal dan bahkan sangat tahu wajah dingin itu akan selalu seperti itu, tapi bahkan wajah dingin itu terlalu dingin untuk hari ini, seolah bisa mematikan setiap orang yang berada didekatnya.
flashback
Shinhye pagi ini dengan semangat mengayuh pedal sepedanya dengan kekuatannya yang sedang, ia tidak boleh terlalu lelah karna siang ini dia harus melakukan pekerjaan rutin yang sudah satu bulan ini dia lalui.
Ia bersiul senang, sesekali mengerem sepedanya dan membawa beberapa botol susu untuk diletakan didepan rumah keluarga yang memesan susu botol dari tempatnya bekerja.
Matanya berbinar senang, melajukan sepedanya dengan sedikit lebih kuat hingga kini ia berada di depan halaman rumah yang tidak asing lagi baginya, kediaman keluarga Jung.
Shinhye terlonjak kaget begitu mendapati air muka namja yang selalu terlihat dingin itu semakin terlihat kusut, bahkan matanya yang selalu menatap datar itu terlihat sangat sembab, ia dapat melihat ada guratan sedih, kecewa dan marah dari wajah itu, "apa laki-laki itu sedang patah hati ?"
flashback of
"Shinhye-ya !!!"
Shinhye terlonjak kaget, bahkan hampir saja ia terjatuh dari kursinya jika saja pria manis berdimple itu tidak segera menarik tangannya, ia mengelus dadanya, merasa bersyukur karna pantat indahnya tidak menyentuh lantai dingin itu, namun seketika pandangannya menajam, menatap tak suka pada laki-laki yang terus menatapnya datar.
"Lee Jonghyun-ssi, apa kau tau apa akibatnya jika aku terjatuh eoh ?"
"Apa ?"
"Kyaa~ kau akan melukai ku, melukai pantat ku, tubuh ku bahkan bisa saja wajah ku" teriak Shinhye.
"Apa peduli ku" namja bernama Jonghyun itu mengangkat bahunya acuh, kemudiam mengambil tempat duduk yang berada d sampingnya.
"Buatkan aku kopi"
"Aish, arraseo. Tunggu sebentar"
Shinhye datang dengan nampan yang berisi satu gelas kopi diatasnya, ia kemudian meletakan cangkir kopi tersebut tepat d didepan Jonghyun, salah satu karyawan J-corp dan salah seorang sahabat terbaik presdir perusahaan itu, Jung Yonghwa.
"Apa yang terjadi pada mu hingga kau bisa seperti patung selamat datang seperti tadi ?" celutuk Jonghyun sambil menyesap kopinya yang terasa masih panas.
Shinhye yang merasa bingung hanya terus menatap disekelilingnya, ia yakin jika diruangan itu hanya ada mereka berdua tanpa orang lain, tapi siapa yang Jonghyun katakan seperti patung selamat datang ? apakah Jonghyun mengatainya ?
"Ehm, kau berbicara padaku ?"
Jonghyun menatap Shinhye dalam sebelum meletakan cangkir kopi yang masih berada digenggamannya. Ia memutar duduknya, menatap tajam pada mata beriris hitam kecoklatan itu dengan penuh. Ia kemudian mendekatkan kepalanya pada wajah Shinhye membuat mereka semakin dekat hampir tak berjarak.
"Kyaa !!! appo" teriak Shinhye saat mendapatkan jitakan kecil dari Jonghyun diatas kepalanya.
"Ah, kau benar-benar bodoh. Tentu saja aku berbicara pada mu. Apa kau pikir aku berbicara sendiri ? atau jangan-jangan kau berpikir aku mengobrol dengan diriku sendiri ?"
"Eoh, aku memikirkan itu" jawab Shinhye pelan dan dengan kecepatan depersekian sekon, ia telah menyilangkan kedua lengannya diatas kepalanya saat ia melihat Jonghyun akan kembali menjitaknya.
"Aish, kali ini kau bisa selamat Park Shinhye-ssi !!! tapi katakan pada ku apa yang terjadi ?"
"Aniya, gwenchana Jonghyun-ah. Aku baik-baik saja" ucap Shinhye dengan senyum indahnya. Semenjak Shinhye bekerja diperusahan J-corp ia mulai terbiasa dengan kehadiran Jonghyun disekitarnya, bahkan tak jarang mereka sering menghabiskan waktu makan siang berdua atau bahkan hanya untuk menemani Jonghyun meminum kopi seperti saat ini. Shinhye merasa nyaman dengan sikap Jonghyun yang begitu manis, tapi bukan berarti mereka dalam keadaan saling menyukai sebagai pria dan wanita. Bagi Jonghyun, Shinhye seperti seorang noona yang baik untuknya, ia begitu mengagumi semangat Shinhye yang setiap harinya Shinhye tularkan padanya. Dan bagi Shinhye, Jonghyun merupakan sahabat yang baik untuk nya, sama seperti yang ia rasakan pada Kang Minhyuk. Ah, membicarakan namja manis itu membuat Shinhye merindukannya, ia bahkan sangat jarang untuk menemui Minhyuk akhir-akhir ini.
Shinhye menatap kaget pada tangannya yang telah digenggam erat oleh Jonghyun, ia menaikan pandangannya membuat bola matanya bertemu dengan iris coklat milik Jonghyun.
"Aku mengandalkan mu Hye, aku harap kau akan menyembuhkan semua lukanya"***
Ruangan besar bercat coklat itu terasa begitu dingin seolah tak berpenghuni. Bahkan setiap orang yang masuk kedalam sana dapat merasakan aura yang begitu berbeda. Terlihat seorang namja yang hanya duduk dikursi tahtanya dengan setumpuk kertas didepannya, namun tumpukan itu tak ia indahkan. Tangan dan matanya hanya terus tertuju pada sebuah figura yang sebelumnya terletak didalam meja kerjanya.
Senyum indah itu, mata bulat dengan pipi menggemaskan itu yang ia rindukan setiap harinya, wanita yang masih setia menunggui relung hatinya. Tapi entah apa yang terjadi, semenjak kedatangan seorang Park Shinhye, hidupnya kini semakin gelisah, bukan takut jika karyawan itu akan mengerjai nya seperti yang sebelumnya hanya saja ia khawatir atas keselamatan gadis itu, ia khawatir jika gadis itu mengalami sedikit cedera, ya dia begitu takut akan hal itu.
Tanpa terasa, buliran bening membasahi pipi yang memiliki rahang tegas itu. Tidak seperti luarnya yang kelihatan tegas, dingin. Laki-laki itu kini menampakan jati dirinya yang memang rapuh bahkan terlalu rapuh, bukan kah dia juga seorang manusia yang mempunyai hati kecil yang bisa dengan kapan saja hancur ?. Isakan demi isakan memilukan mulai terdengar menjadi teriakan frustasi yang menyayat hati. Persetan dengan orang-orang yang nanti akan memandang aneh pada nya. Ia hanya perlu mengeluarkan segala hal yang ada dibenaknya, dia menjadi laki-laki bodoh saat bayangan wanita yang ia sayangi mengalami kritis dan mati dipangkuannya berputar dimemori ingatannya. Meskipun sekarang nama nya dielu-elukan semua orang karna kecerdasan yang ia miliki tapi untuk apa semua itu jika menyelamatkan satu nyawa wanita yang paling ia cinta saja ia tidak becus.
Prak......
"Presdir Jung !!!"
tbc...
Huwaa~
ffnya udah lama banget gak diupdate yeh
sekali update satu part doang hihi
maafkan saya readers
tapi semoga part ini bisa mempengaruhi perasaan readers yah
tapi belum tau juga ini ujung ceritanya bakalan kaya apa
ya udahlah, dutungguin banget komen, kritik nya, tapi jangan bully deh
bagi yang gak suka udah mending gak usah baca
dijorokin aja kesamudra pasifik
makasih buat semua readers yang bikin mood aku balik
terimakasih...
semoga suka sama part ini tapi awas typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
Fiksi Penggemar"Aku mencintainya. Tapi tidak untuk sekarang, karena kamu pemilik kehidupanku hari ini, besok dan nanti" -Yonghwa- "Cinta perlu proses. Perlu pendekatan. Perlu keyakinan. Tapi jika mencintai orang seperti mu, aku rasa itu hal yang menarik meski tanp...