"Pagi bun..." sapa gadis dengan rambut sebahu yang dibiarkannya terurai begitu saja pada ibunda tercintanya.
"Anak bunda sudah rapi. Sukses ya sekolahnya... Belajar yang rajin ya. Kamu kan tahu kalau kamu sekolah karena beasiswa..."
"Prilly tahu kok,bun. Bunda tenang saja. I'll do my best."
Prilly Latuconsina, seorang gadis yang bersekolah di salah satu sekolah bertarafkan Internasional di ibu kota karena beasiswa. Hari ini,ia akan menduduki bangku sekolah kelas terakhir,kelas XII-A.
Dia menuju sekolahnya dengan berjalan kaki. Di sepanjang perjalanan,ia tak henti-hentinya berdoa semoga di sekolah barunya,ia tidak mendapatkan perlakuan buruk dari siswa-siswi yang sudah pasti kebanyakan berasal dari kalangan atas. Walaupun sam-sama dari kalangan atas,Prilly tetap merasa pasti sekolahnya tak akan berjalan mulus.
Saat melewati persimpangan,ada sebuah mobil mengkilap keluaran terbaru yang sangat mewah melintas dan menerobos gubangan kecil dan alhasil,Prilly terkena cipatran air di bajunya.
"Aish! Kotor kan, bajunya.. " gerutu Prilly.
Prilly segera mempercepat langkahnya untuk menuju sekolah. Tak butuh waktu lama,ia sampai. Sesampainya di sekolah,matanya tertuju pada sebuah mobil. Ia sangat ingat bagaimana bentuk mobil dan berapa plat nomor mobil yang membuatnya harus terkena cipatran.
Prilly mendatangi mobil tersebut lalu mengetuk jendela kaca mobil tersebut. Orang yang berada di dalam mobil tersebut pun keluar. Saat pintu terbuka,Prilly sedikit mundur.
Ternyata ia seorang pria. Pria dengan bulu mata yang lentik,alis mata yang tebal,mata yang tajam,hidung yang mancung,bibir yang merah dan menggemaskan juga rahang yang kokoh. Tampan. Tampan bak dewa Yunani. Prilly sempat melamun hingga pria di depannya ini menjentikkan jari di depan wajah Prilly.
"Woi!" buyarnya pada lamunan Prilly, membuatnya tersentak kaget dan tersadar.
"Ah,maaf. Aku mau bilang kalau lain kali nyetirnya tolong diperhatikan ya..." ucap Prilly dengan polos.
Pria dengan seragam SMA di depannya ini terkekeh. "Lo ngajarin gue? Tau apa lo soal nyetir?" tanyanya dengan nada meremehkan.
"Maaf,tapi tadi kamu menabrak genangan air di persimpangan dan sekarang,baju aku kotor." jawab Prilly
"Trus,gue peduli?"
"Kamu harus lebih berhati-hati. Masih baik aku yang kena. Gimana kalau orang lain? Ya sudah,aku permisi." ucap Prilly lalu berlalu begitu saja meninggalkan pria berparas tampan itu di parkiran.
Prilly memilih ke toilet untuk membersihkan bajunya yang kotor. Walaupun tidak bisa kembali seperti semula,setidaknya berkurang sedikit. Setelah merasa cukup,Prilly menuju ruang kepala sekolah untuk menanyakan ruangannya.
Saat sedang menelusuri koridor sekolah,seseorang menabrak Prilly membuatnya terjatuh dan meringis kesakitan. Prilly mengangkat kepalanya melihat siapa yang telah menabraknya.
Ternyata itu,dia...
"Bisa gak sih kalau jalan,pake mata?!!!" tanyanya ketus dan nada meninggi.
Prilly segera bangkit dan melemparkan senyuman sambil membenarkan posisi kacamatanya yang bertengger pada hidung mancungnya. "Tapi jalan menggunakan kaki. Mata,bukannya untuk melihat?" ucap dan tanya Prilly dengan sangat polos.
"Lo buta ya?! Sampai harus nabrak gue?!!"
"Tapi,kalau dipikir,jalanan ini begitu luas. Aku tidak melakukan apapun selain berjalan menuju ruang kepala sekolah hingga seseorang berjalan,menunduk ke arahku dan menabrak aku.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA KITA DENGAN CINTA
Fanfiction"Cinta itu sejenis rasa." (Sudah Diterbitkan)