6

5.8K 449 14
                                    

Pagi ini,pelajaran di awali dengan pelajaran Pak Burhan."Selamat pagi,semuanya..." sapanya dengan suara berat yang dimilikinya.

"Pagi,pak..." jawab mereka dengan serempak.

"Baiklah,buka buku kalian bab empat dan rangkumlah. Hari ini kita hanya akan menulis catatan." ucap Pak Burhan lalu duduk di bangkunya. Sepertinya Pak Burhan sedang sibuk mengoreksi tugas-tugas dari kelas lain. Pasalnya,saat ia masuk,ia menggendong buku tulis yang bertumpuk pada dekapannya.

Semuanya pun mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Pak Burhan. Sesekali terdengar suara orang-orang sedang berbincang pada umumnya namun dengan suara yang amat sangat pelan.

Namun,Prilly tidak menggubris kebisingan kecil di dalam kelasnya itu. Ia tetap menulis dan ingin segera menyelesaikan tulisannya. Ia lupa kalau ia mempunya tugas dari Bu Lastri yang belum ia selesaikan. Semalam,ia memang kembali ke kamar dan pamit pada Bunda Ully kalau akan mengerjakan Pr. Namun,Pr Bahasa Inggris lah yang ia kerjakan bukan melukis.

Tidak sampai setengah jam,Prilly telah siap dan ia segera mengumpulkan catatannya untuk di paraf oleh Pak Burhan.

"Wuah,cepat sekali?" tanya Pak Burhan,memeriksa tulisan Prilly. Pak Burhan tampak mengangguk sesekali. "Ringkasan kamu sangat bagus." ucap Pak Burhan lalu mengembalikan buku catatan Prilly.

"Pak,karena saya sudah selesai,apa saya boleh permisi untuk keluar kelas?" tanya Prilly dengan suara pelan dan hati-hati,takut

"Mau kemana,kamu?"

"Ruang musik."

Pak Burhan menghela nafas pelan,"Ya sudah. Lagipula kamu sudah siap." jawab Pak Burhan.

Prilly terlihat sumingrah dan tersenyum. Ia kembali ke tempatnya,merogoh isi dalam tasnya mengeluarkan buku sketsa dan tempat pensil lalu bergegas keluar.

Ali yang sedari tadi melirik Prilly dengan ujung matanya penasaran akan kemana gadis itu,sudah tahu. Dia akan menyelesaikan tugas dari Bu Lastri.

Ali jadi ingin sekali mengikuti dia. Ah,tidak. Maksudnya,bersama dengannya.

Kenapa?

Ntahlah...

Tanpa banyak menanggapi omongan Rassya yang membahas sesuatu yang tak penting,Ali langsung mempercepat gerakan menulisnya dan buru-buru mengumpulkannya pada Pak Burhan.

"Pak,saya permisi ya..." ucap Ali.

"Mau kemana,kamu?"

"Saya ada sedikit urusan,Pak. Tadi,manager saya menelepon." ucap Ali yang jelas-jelas berbohong.

"Ya sudah."

Ali pun bergegas keluar dari dalam kelas. Seisi kelas memandang Ali dengan aneh. Tak ada teriakan para kaum hawa seperti biasanya yang kepo jika Ali akan keluar dari dalam kelas.

Ali menyusuri koridor sekolah dan mencari-cari keberadaan Prilly. Ia tahu Prilly akan menyelesaikan tugasnya. Namun,ia tidak tahu dimana Prilly akan menyelesaikan tugasnya.

Ia berhenti sejenak dan berpikir. Jika melukis,yang dibutuhkan ketenangan dan kenyamanan. Rooftop? Disana tepat. Namun,bukan tempat yang cocok untuk menyelesaikan lukisan.
Tiba-tiba saja,Ali memukul pelan dahinya.

"Bagaimana bisa,gue lupa? Ruang musik!"

Saat ingin melanjutkan kembali langkahnya yang terhenti,Ali tersentak kaget dan kembali berhenti saat Aurel yang tiba-tiba saja berjalan dari arah samping.

"Eh,kak Ali... Hai." sapanya.

"Eh,lo Rel. Untung gue rem." ucap Ali kesal.

"Hehehe. Oh ya kak,nanti kita ada rapat Osis kak. Mau bahas soal perayaan ulang tahun sekolah,yang sebentar lagi." ucap Aurel.

ANTARA KITA DENGAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang