Ali baru saja selesai mandi,ia hanya mengenakan kaos berwarna putih tanpa lengan.
"Rin,Prilly udah kamu bersihin?" tanya Ali saat melihat Airin tengah menonton televisi di ruang tamu.
"Udah kok. Tapi ntar kalau sudah bangun,disuruh mandi. Masih belum wangi." ucap Airin seadanya. Airin paling tidak bisa kalau sedang melakukan sesuatu sambil diajak ngobrol. Dia akan menggubris seadanya saja.
"Iya. Makasih. Kamu emang adek abang yang paling bisa diandelin." ucap Ali.
"Kalau ada maunya doang..." cibir Airin yang membuat Ali terkekeh. Tak ingin menganggu adiknya lagi,Ali buru-buru menuju ke kamar.
Ali berjalan mendekat pada Prilly, ia duduk di tepi kasur dan diusapnya kepala Prilly dengan lembut. Tapi tampaknya,usapan itu berhasil membuat Prilly mengerjap dan perlahan membuka bola matanya yang hazel itu.
"Aku menganggumu?" tanya Ali lembut.
Prilly tersenyum. "Tidak. Makasih ya..." ucap Prilly dan dibalas Ali dengan senyuman. "Dan maaf..." sambungnya.
Ali memutar bola matanya dengan malas. "Kamu kenapa sih? Kamu itu sekarang pacar aku. Sebelum dan setelah kamu jadi pacar aku,tugas aku ya lindungi kamu. Kenapa gak lawan?"
Prilly terkekeh. "Mereka berlima,Ali." jawab Prilly polos.
"Maksudku,kenapa gak marah? Kenapa gak minta tolong?"
"Bukannya kita sudah pernah bicarain ini?" tanya Prilly.
"Bicara tentang apa?"
Aku cinta sama kamu. Demi cinta aku ke kamu,aku siap dengan konsekuensinya. Aku siap menanggung resiko apapun. Dan ini,salah satunya. Orang yang aku cintai ini memiliki ribuan orang yang mencintainya. Mungkin aku satu dari ribuan yang beruntung bisa menjadi milik kamu."
Sebegitunya?
"Kenapa gak nangis? Kamu itu manusia yang berhak menangis dan meluapkan kekesalan kamu kapan saja. Jangan disimpan. Aku pernah bilang akan siap menanggung keluh kesal mu,sayang."
"Aku juga pernah bilang, kan? Aku tidak akan menangis sampai sesuatu yang saya anggap berarti hilang."
"Apa kamu punya kelemahan?"
"Ada satu. Kamu."
Deg! Apakah segitu berartinya Ali bagi seorang Prilly Latuconsina?
"Begitupun aku yang gak akan bisa kehilangan kamu..."
"So sweet..." ucap Prilly yang membuat Ali terkekeh. "Aku mau mandi."
"Pakai kamar mandi yang ada di kamar aja."
Prilly mengangguk paham dan ia berusaha bangkit dan membuat selimut Ali melorot.
Ali membelalakkan matanya lalu membalikkan badannya dengan cepat.
Prilly merasa aneh. Ia melihat ke bawah,lalu menarik selimut yang melorot itu kembali menutupi badannya.
"Aaaaaaaaa!!!!!!!!!!!" teriak Prilly kuat.
Brukkkkkk
Pintu kamar Ali dibuka dengan kuat dan Airin sedang berdiri di ambang pintu dengan nafas terengah-engah.
"Aduh,maaf. Airin lupa bilang sama abang kalau baju kak Prilly, aku cuci."
"Airinnnn!!!!" ucap Prilly dengan nada kesal dan menahan malu.
Airin hanya terkekeh, "Maaf kak. Hehehe. Kan masih beralas?"
"Airin!" sela Ali dan berjalan menuju ambang pintu. "Kalau gitu,kamu mandi ya. Aku tunggu di depan." ucap Ali tanpa berbalik. Ali sendiri juga merasa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA KITA DENGAN CINTA
Fanfiction"Cinta itu sejenis rasa." (Sudah Diterbitkan)