7

5.1K 434 18
                                    

Cinta yang dimiliki oleh dua insan yang sama-sama saling menyimpan sendiri,sampai kapanpun akan tetap mencintai dalam diam. Jadi,salah satu dari kalian harus bergerak terlebih dahulu. Cinta itu dimana kita seharusnya give and always give and happily after with troubles. Karena sedikit masalah akan membuatnya menjadi bumbu-bumbu dalam sebuah hubungan dan membuat sebuah hubungan diuji dan saat itu pula,cinta diuji. Apakah keduanya memang ditakdirkan untuk bersama atau tidak.

Tibalah hari dimana merupakan hari ulang tahun sekolah. Tampak sekali semuanya sedang sibuk dalam persiapan bazar maupun pengisi acara. Ali dan Prilly sedang berada di dalam kelas yang kosong untuk latihan sejenak,agar penampilan pembuka tidak ada yang kurang.

"Should've known your love was a game. Now i can't got you out of my brain. Oh,it's such a shame..."

Tak sekedar bernyanyi,ada sedikit koreo yang mereka bumbui di penampilan mereka. Sekolah selalu saja menampilkan segala sesuatu dengan maksimal. Apalagi walikota dan sederet wartawan akan hadir di dalamnya. Mereka beralasan bahwa akan menyiarkan di siaran pendidikan dan bakat siswa. Namun Ali yakin,bukan itulah tujuan mereka.

Setelah selesai berlatih, Ali dan Prilly segera pergi ke kelas sebelah yang diperuntukkan untuk para peserta bersiap.

"Lo berdua darimana aja,sih?" tanya Ine dengan nada kesal.

"Tadi latihan sebentar." jawab Prilly seadanya.

"Kalau gitu,buruan. Ali,lo buru tuker baju lo gih. Pril,lo biar di make-up sama Cherly." Prilly mengangguk dan berlalu menghadap Cherly yang sudah menunggu di meja tata rias.

"Baju lo warna apa?" tanya Cherly pada Prilly yang telah duduk di bangku,di depan cermin.

"Dress warna kuning." jawab Prilly. Memang saat ini,Prilly hanya mengenakan kemeja kotak-kotaknya.

"Em,okay..." guman Cherly lalu mulai dengan aksinya. Ia mulai untuk mempolesi wajah Prilly dengan make up. Setelah siap pada make up,Cherly berkutat pada rambutnya,merubahnya jauh dari kata Prilly yang terkesan culun.

Sejak ikut terjun di dunia foto model,Prilly disarankan untuk memakai kontak lens agar tak menghalang kecantikannya. Bahkan saat ini,ia memakai kontak lensnya agar penampilannya sempurna. Ia hanya akan memakai lens di waktu tertentu.

Prilly berdecak kagum dengan dirinya sendiri. Pantulan di dalam cermin itu seperti bukan dirinya. Ini jauh dari seorang Prilly yang biasanya terkesan cuek soal penampilan.

Bahkan siswa-siswi yang disana ikut berdecak kagum.

"Gimana? Cantik,kan?" tanya Cherly.

"Makasih banget,ya."

"Santai aja lah sama gue. Kalau gitu,lo buruan ganti baju lo. Hati-hati ya. Jangan sampai tatanan rambut ala gue,rusak!"

Prilly terkekeh. "Iya,iya." ucap Prilly lalu berlalu untuk mengganti pakaiannya.

Sementara Prilly pergi mengganti pakaiannya,Ali baru saja keluar dan sedang bercermin untuk mengatur tatanan rambutnya. Tak ribet untuk seorang cowok seperti Ali. Ia hanya mengenakan kemeja lengan panjang berwarna hitam dan dibalut lagi dengan kemeja abu-abu yang gelap mendekati warna hitam.

"Cher,Prilly mana?" tanya Ali saat sedang menyisir rambutnya.

"Lagi ganti baju. Dia cantik deh. Lo jangan lupa buat berkedip ya..." goda Cherly pada Ali.

"Apaan sih?"

Tak menjelang beberapa menit,Prilly kembali lagi ke dalam ruangan. Semua mata tertuju padanya. Begitu cantik dan anggun. Ini bukan Prilly yang terlihat seperti biasanya. Ali yang baru menoleh saja,sampai tidak mampu bernafas. Ali acap kali menelan saliva dengan susah payah. Matanya tak ia kedip sama sekali.

ANTARA KITA DENGAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang