TWELVE (END)

907 32 1
                                        



Kembali ke masa kini….

Rumah itu awalnya dibeli oleh keluarga Ji Tae lalu keluarga Su Ni sempat menempatinya. Setelah perusahaan ayah Ji Tae bangkrut, rumah itu diberikan pada ibu Su Ni. Setelah ibu Su Ni meninggal, rumah itu diwariskan pada Su Ni. Di daerah itu akan dibangun kompleks untuk para pensiunan, jadi Su Ni disarankan untuk menjualnya.

Sebelum memutuskan, nenek Su Ni (aku agak bingung manggilnya, kalau aku panggil Su Ni kok jadi merasa kurang sopan karena sudah tua hehehe^^ yang penting semua tahu nenek Su Ni adalah Su Ni yang sudah jadi nenek-nenek ya ;p) ingin bermalam semalam di rumah ini. Ia bermalam bersama Eun Joo. Eun Joo memperlihatkan foto-fotonya bersama kekasihnya.

“Apakah ia punya banyak uang?”

“Sepertinya tidak, kenapa?”

“Kalau begitu jangan bergaul dengan dia.”

“Ck…tapi ia sangat baik,” bela Eun Joo.

“Perlakukan dia dengan baik. Semua pria senang pujian. Jika kau telah dewasa, kau dapat melihat apa yang tidak terlihat sebelumnya. Mengetahu banyak hal itu bagus, tapi itu membuatmu jadi pengecut. Hanya ada satu kesempatan dalam hidup kita. Waktu…tidak akan pernah kembali,” gumam nenek Su Ni.

Eun Joo tidak terlalu mendengarkan perkataan neneknya. Kekasihnya menelepon jadi ia meminta ijin pada neneknya untuk keluar sebentar. Saat di luar Eun Joo merasa ada yang mencurigakan. Ia menyudahi percakapan teleponnya lalu mengambil alat penyetrum dari mobil.

Eun Joo kembali ke dalam rumah. Neneknya bertanya benda apa yang dibawanya. Eun Joo menjawab itu adalah alat penyetrum yang dibelikan ayahnya. Siapa tahu ada penyusup yang masuk saat mereka tidur.

Nenek Su Ni tidak bisa tidur walau waktu sudah lewat tengah malam. Ia duduk di sofa dan tak sengaja menemukan sesuatu di bawah bantalan sofa. Permen karamel, seperti permen yang pernah diberi Sun Ja pada Chul Soo. Tapi permen itu tidak nampak rusak, sepertinya belum lama ditaruh di sana.

 Tapi permen itu tidak nampak rusak, sepertinya belum lama ditaruh di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nenek Su Ni keluar rumah. Ia berjalan menuju gudang. Pintu gudang terbuka sedikit (padahal saat nenek Su Ni baru datang, pintu itu dalam keadan digembok). Nenek Su Ni masuk ke dalam. Ia terkejut saat mendapati di gudang itu berjajar berbagai macam tanaman dalam pot. Seperti rumah hijau.

Nenek Su Ni melihat ada cahaya lampu yang keluar dari kamar di ujung gudang. Ia berjalan mendekat. Sejenak ia tampak ragu untuk membuka pintu itu, tapi sepertinya ia tahu betul siapa yang ada di balik pintu itu. Nenek Su Ni merapikan rambutnya, lalu meraih pegangan pintu.

Nenek Su Ni menarik tangannya. Ia membalikkan badan dan berjalan menjauhi pintu. Tapi rasa penasaran membuatnya kembali dan ia membuka pintu.

Dan di sanalah ia. Chul Soo. Duduk di tepi tempat tidur seperti yang biasa ia lakukan saat ia menunggu kedatangan Su Ni.

Chul Soo mengulurkan kertas yang dipegangnya pada nenek Su Ni.

Nenek Su Ni mengambil kertas itu. Lalu membukanya. Itu adalah surat yang ia tinggalkan saat ia pergi 47 tahun lalu. Setelah membacanya, nenek Su Ni menangis.

Chul Soo lalu mengulurkan gitar Su Ni yang telah diperbaikinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chul Soo lalu mengulurkan gitar Su Ni yang telah diperbaikinya.

“Kau menungguku?” tanya nenek Su Ni. Chul Soo mengangguk. Lalu ia menundukkan kepala, minta dielus.

Melihat nenek Su Ni diam, Chul Soo menaruh gitarnya di tempat tidur lalu kembali menunduk dengan penuh harap.

Nenek Su Ni terharu. Ia mengulurkan tangannya lalu membelai kepala Chul Soo dengan lembut.

“Kemarilah, berhentilah menunggu mulai sekarang,” kata nenek Su Ni.

Chul Soo mendekati nenek Su Ni. Nenek Su Ni memeluknya. Chul Soo nampak damai.

“Chul Soo, maafkan aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Chul Soo, maafkan aku. Mengapa kau menunggu? Apa yang kautunggu? Maafkan aku,” kata nenek Su Ni sambil menangis. “Aku sudah melakukan segalanya. Makan apa yang kuinginkan, mengenakan pakaian yang kuinginkan, menikah dengan pria lain dan memiliki anak. Selama ini aku hidup seperti itu. Maafkan aku…”

Nenek Su Ni melepaskan pelukannya. Chul Soo menatapnya dengan tatapan yang tidak berubah sejak dulu.

“Aku sudah menjadi wanita tua sekarang,” kata nenek Su Ni. “Rambutku sudah menjadi putih.”

“Tidak, masih tetap sama,” kata Chul Soo.

Nenek Su Ni terpana. Chul Soo bisa bicara!

“Tangan, mulut, mata, kau masih cantik. Sangat cantik. Aku sangat merindukanmu,” kata Chul Soo.

Chul Soo kembali memeluk Su Ni. Nenek Su Ni menangis.

Seperti janji mereka 47 tahun lalu, Chul Soo membacakan buku cerita tentang boneka salju untuk Su Ni. Nenek Su Ni tertidur di gudang diiringi suara Chul Soo.

Keesokan paginya, nenek Su Ni terbangun di gudang. Gudang itu telah gelap, namu lampu meja masih menyala. Di meja ada buku tulis untuk Chul Soo belajar menulis. Juga ada gambar pemandangan daerah tersebut.

Lalu nenek Su Ni meninggalkan rumah itu bersama Eun Joo. Di perjalanan, Eun Joo mengaku semalam melihat orang aneh. Orang itu terus menatapnya saat ia sedang menelepon. Biasanya itu terasa menakutkan tapi anehnya ia tidak merasa takut.

Nenek Su Ni hanya diam mendengarkan kata-kata Eun Joo. Hmmm…setidaknya kita tahu kalau kedatangan Chul Soo semalam bukanlah mimpi, iya kan^^

Saat kantor daerah menelepon, nenek Su Ni memutuskan untuk tidak menjual rumah itu.

Saat kantor daerah menelepon, nenek Su Ni memutuskan untuk tidak menjual rumah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak jauh dari sana, Chul Soo memperhatikan mobil mereka yang semakin menjauh.

The End.



A Werewolf boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang