TWO

910 38 0
                                    


Seorang pemuda berpakaian necis tiba di rumah itu. Tampangnya saja sudah terlihat menyebalkan karena terkesan arogan. Saat para tetangga meminta bantuannya untuk menurunkan lemari dari truk, ia hanya memandang mereka dengan tatapan sok.

Ibu Su Ni tampaknya tak mau mencari masalah dengan pemuda itu dan menawarkan diri untuk membantu menurunkan lemari itu.

Di saat ibu Su Ni bersusah payah mengangkut lemari dan para tetangga mondar-mandir memindahkan barang, pemuda itu dengan enteng berjalan-jalan di dekat mereka sambil menceritakan rumah musim panas milik ayahnya di dekat sana.

Ibu Su Ni berterima kasih pada pemuda itu namun Su Ni meminta ibunya berhenti bicara (berterima kasih) pada pemuda itu. Tampaknya ia tidak suka pada pemuda itu.

Sebagai rasa terima kasih pada para tetangga yang telah membantu, ibu Su Ni menjamu mereka makan malam.

Seorang tetangga menanyakan di mana ayah Su Ni. Su Ni terdiam mendengar pertanyaan itu. Ibu Su Ni berkata suaminya meninggal tahun lalu. Sekarang ia bekerja sebagai editor di rumah sambil membesarkan anak-anak.

Su Ni hendak menyendok sup tapi para tetangganya menyendok sup langsung dari pancinya. Su Ni tak jadi mengambilnya.

Tetangga yang membantu mereka adalah orang-orang yang tinggal di dekat sana. Hanya seorang nenek dengan kedua cucunya, dan sepasang suami istri. Tidak ada lagi tetangga yang lain. Ahjusshi tetangga berkata ia telah lima tahun tinggal di desa ini tapi baru kali ini masuk ke dalam rumah ini.

Su Ni sangat tidak terbiasa melihat orang-orang yang makan dengan begitu berantakan. Apalagi tetangga ahjusshi bahkan terbatuk-batuk hingga nasi di mulutnya tersembur ke mana-mana. Selera makan Su Ni langsung hilang.

Ibu Su Ni pun sebenarnya terkejut dengan tingkah laku para tetangganya tapi ia dan Sun Ja bisa beradaptasi dengan mudah. Ia bertanya apakah ada orang yang tinggal di rumah ini sebelumnya. Ahjusshi berkata tentu saja ada. Tapi orang itu tidak pernah keluar rumah hingga ia tidak tahu pekerjaannya apa.

Pemilik rumah yang lama mati karena serangan jantung. Ia bercerita kalau pemilik rumah itu memelihara serigala di gudang depan rumah.

Ibu Su Ni tertegun, untuk apa memelihara serigala. Apa untuk dimakan? Nenek tetangga berkata orang itu tampaknya mempelajari sesuatu tentang serigala karena ia selalu berjalan naik-turun membawa buku besar.

Para tetangga menanyakan sekolah Su Ni dan Sun Ja. Sun Ja kelas 5 SD. Mereka menerka Su Ni murid SMA. Ibu Su Ni melihat Su Ni yang sedang berada di dapur dengan khawatir. Su Ni hanya menunduk di dekat bak cuci piring.

Ibu Su Ni memberitahu para tetangganya kalau Su Ni tidak bersekolah. Para tetangga terdiam tak enak hati. Su Ni menaruh makanan tambahan di meja lalu pamit pada ibunya untuk mencari udara segar di luar.

Ibu Su Ni akhirnya menjelaskan pada para tetangga kalau ia sebenarnya tidak mampu memiliki rumah besar tapi pindah ke sini karena penyakit Su Ni. Dokter menganjurkan Su Ni dirawat di rumah. Paru-paru Su Ni bermasalah dan ia sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian persamaan.

“Sudah lama aku tidak melihat senyum putriku,” kata ibu Su Ni dengan sedih.

“Kakakku tidak memiliki teman sama sekali,” kata Sun Ja.

Nenek merasa kasihan pada Su Ni sementara ahjumma tetangga menghibur kalau ia juga tidak bersekolah. Ahjusshi bertanya siapa pemuda yang rambutnya berminyak tadi. 

“Ia adalah putera dari rekan bisnis suamiku,” jawab ibu Su Ni.

“Jadi ia tidak tinggal di sini?” tanya ahjumma. Ia berkata pemuda itu sepertinya anak manja. Nenek juga tidak suka melihat pemuda itu diam saja saat semua orangtua bekerja (di Korea orangtua sangat dihormati). Ahjusshi bertanya mengapa pemuda itu datang ke sini.

“Dia membeli rumah ini,” kata ibu Su Ni. Dengan kata lain, pemuda itu adalah pemilik rumah. Para tetangga pun bengong.

Ibu Su Ni sangat mengantuk. Ia mengantar Su Ni pergi tidur dan berjanji akan membersihkan rumah ini besok pagi. Su Ni menyuruh ibunya segera tidur.

Setelah ibunya pergi, Su Ni menyalakan lampu baca lalu mengeluarkan diarinya. Ia menulis sambil menangis, “ Bayangan gelap dalam diriku. Keberadaanku tidak berarti. Membusuk dan pembusukan. Kematian, jiwaku!”

Ia menelungkup dan menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba ia duduk, karena mendengar sesuatu dari luar jendela. Tak ada apapun. Ia kembali menelungkup. Terdengar suara yang lebih keras.

Su Ni segera lari membangunkan adiknya. Sun Ja berteriak kesal mengadu pada ibunya karena Su Ni mengganggunya tidur. Su Ni tak tega membangunkan ibunya yang kelelahan setelah pindahan tadi. Ia memberanikan diri keluar sendirian.

Sambil menahan rasa takut, Su Ni mengambil sekop dan berjalan menuju gudang (karena ia mendengar suara dari dalam sana). Ia menatap pintu yang tertutup di ujung gudang. Pelan-pelan ia berjalan menuju pintu sambil menghunus sekopnya.

Su Ni membuka pintu yang tidak terkunci. Dalam kegelapan, ia melihat sesosok makhluk merangkak pelan-pelan menuju ke arahnya. Su Ni gemetar ketakutan, tanpa sadar ia berjalan mundur.

Makhluk itu semakin mendekat. Su Ni berteriak sekuat tenaga. Makhluk itu menggeram kaget, lalu melompat menerjang Su Ni kemudian melarikan diri.

Su Ni terjatuh karena tertabrak makhluk itu. Ibu Su Ni dan Sun Ja terbangun mendengar jeritan Su Ni. Mereka menemukan Su Ni di gudang dan membantunya keluar dari sana. Su Ni masih lemas karena peristiwa yang baru saja dialaminya. Dari balik pohon, sepasang mata berwarna merah mengawasi mereka dan menggeram.

Keesokan harinya, ahjumma dan ahjusshi mendengar kejadian itu dari ibu Su Ni. Mereka berpendapat mungkin saja masih ada serigala yang tertinggal. Ahjumma menanyakan keadaan Su Ni. Su Ni yang sedang menjemur pakaian mengangguk pada tetangganya. Ahjumma memberikan sekeranjang kentang rebus pada ibu Su Ni.

Su Ni kembali menjemur pakaian. Tapi tiba-tiba ia melihat sesuatu di bawah tumpukan kayu di samping rumah. Ia menyuruh ibunya melihat ke arah yang sama. Menyadari apa yang dilihatnya, ibu Su Ni berteriak memanggil ahjusshi tetangga. Tapi ahjusshi tetangga sudah jauh.

Ibu Su Ni mengambil sapu untuk berjaga-jaga. Ia bertanya apakah itu yang dilihat Su Ni semalam.

“Mungkin ya, mungkin tidak,” kata Su Ni antara takut dan ingin tahu.

Ibu Su Ni mencoba menghalau makhluk itu. Makhluk itu terlihat menunduk. Ibu Su Ni mengubah taktik. Ia mengulurkan tangannya dan berdecak menyuruh makhluk itu keluar.

Makhluk itu bergerak maju. Kuku tangannya sangat hitam dan kotor. Rambutnya gondrong dan berantakan. Pakaiannya penuh lubang dan tubuhnya banyak luka gores. Makhluk itu ternyata seorang pemuda.

“Siapa kau?” tanya ibu Su Ni.

Pemuda kotor itu mengarahkan pandangannya pada sekeranjang kentang rebus di atas meja. Ibu Su Ni dengan takut-takut melemparkan sebutir kentang rebus pada pemuda kotor itu.

Pemuda kotor itu melihat ke arah Su Ni dengan waspada. Melihat Su Ni diam, ia segera mengambil kentang itu dan memakannya habis. Ia memandang keranjang kentang itu dengan penuh harap.

Su Ni mengeluh pemuda itu sangat bau. Ibu Su Ni hendak memberikan seluruh kentang pada pemuda kotor itu. Su Ni menahannya, ia ingin pemuda kotor itu pergi. Tapi ibu Su Ni yang berhati lembut tak tega melihat pemuda itu kelaparan.

Ia menaruh keranjang kentang di hadapan pemuda kotor itu. Pemuda itu langsung menerkam kentang-kentang itu seperti seekor anjing kelaparan.

Ibu Su Ni dan Su Ni meneruskan menjemur sementara pemuda itu sibuk bermain dengan keranjang kentang yang telah kosong. Mereka bertanya-tanya mengapa pemuda itu tidak pergi juga padahal sudah kenyang.

Ibu Su Ni akhirnya memanggil polisi setempat dan para tetangga. Parahnya si pemuda berambut minyak, Ji Tae, juga datang. Ia menganggap pemuda kotor itu pengemis dan seharusnya diusir saja.





Vote and commen!

A Werewolf boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang