Tiga hari lalu Raya dan Dimas bertemu di Minimarket yang tak jauh dari komplek perumahan mereka. Keduanya hanya mengobrol santai sampai di depan rumah Raya dan tak sempat bertukar nomor telepon mengingat Dimas bilang ia tinggal di Blok G. Hari itu Raya memang penasaran dengan Dimas, ia tak pernah tahu kalau laki-laki yang mencintai skateboardnya tersebut adalah anak bungsu dari Erlangga Wijaya, CEO Iloom Group. Itu pertemuan pertama dan terakhirnya dengan Dimas. Ia sekarang justru penasaran, apa Dimas masih hidup atau tewas tanpa jejak setelah kecelakaan pesawat itu.
"Kak Ya, aku boleh masuk ?" Tanya Leana yang berdiri di ambang pintu ruang boxing.
Raya tersenyum dan mengangguk. Leana kemudian duduk di tepi matras, memperhatikan Raya yang meninju sansack berulang kali. Kakak sepupunya itu kalau sudah berduaan dengan sansack, ia pasti tidak biaa merasa lelah. Ini sudah dua jam sejak Raya masuk ke ruang boxing milik Tante Diani. Iya, Tante Diani pernah menjadi atlet Boxing saat masih SMA.
"Tadi malam aku mimpi." Leana mulai bercerita.
"Aku lihat Gina di pesawat itu, yang kecelakaan dan hilang itu. Gina kebakar. Dia minta tolong supaya aku selametin keluarganya."
Raya menghentikan aktivitasnya dan menatap sansack yang masih bergoyang akibat ditinju dan ditendang tanpa henti.
"Aku ... takut Kak." Suara Leana terdengar lirih. Ketakutan terpancar dari suaranya.
"Ada korban yang datengin Kakak tadi pagi. Perempuan. Masih seumuran kamu. SMA. Bajunya bekas kebakar dan dia minta tolong. Rambutnya selengan terus wajahnya agak chinese." Jelas Raya tanpa berbalik, ia masih menatap sansacknya.
"Gina. Itu Gina. Anak angkatnya keluarga Erlangga." Jawab Leana kaget. Ciri-ciri yang disebutkan Raya memang mirip dengan teman dekatnya di sekolah, Gina.
"Lea, kamu kenapa bisa mimpi begitu ?" Tanya Raya yang berbalik dan menatap adik sepupunya tersebut.
"Kan aku temennya Gina, Kak. Wajar kalau tiba-tiba didatengin di mimpi." Jelas Leana.
"Mungkin mereka minta doa." Hanya itu yang bisa dikatakan Raya.
Jam menunjukkan pukul enam petang, Raya dan Leana keluar dari ruang boxing. Keduanya ke kamar masing-masing untuk bersiap-siap pergi. Tante Diani mengajak semuanya untuk jalan-jalan ke Jateng Fair di PRPP dan tentu saja hal itu langsung disetujui oleh Luna dan Leana, berkat ide Andrina dan Raka itu juga, Raya bisa bernafas lega karena pikirannya teralihkan sementara. Entah sudah berapa kali ia mendengar orang-orang membicarakan kecelakaan pesawat itu.
Raya keluar dari kamar mandi dan mengganti bajunya di kamar. Ia mengenakan jeans hitam yang tadi pakai ke kampus, kemudian memakai t-shirt hitam dropdead lalu menutupnya dengan kemeja yang ia kenakan ke kampus tadi. Raya mengeringkan rambutnya dengan handuk kemudian keluar dari kamar, ia turun ke dapur untuk mengambil minuman isotonik.
"Cheat !"
Teriakan itu terdengar saat Raya menuruni tangga. Ia terpaku melihat Raka dan Calvin sedang asik bermain playstation di ruang tengah.
Menyadari kalau ia diperhatikan, Calvin menoleh dan melambaikan tangannya pada Raya.
"Hei Honey ! you look so perfect." Calvin memamerkan cengiran kudanya yang menyebalkan.
"Honey honey pantatmu." Gumam Raya yang berjalan ke dapur.
Raya membuka lemari pendingin dan mengambil sekaleng minuman isotonik. Ia bersandar di meja makan dan meneguk minumannya. Raya tidak yakin tapi ia merasa kalau Dimas masih hidup, entah kenapa. Raya kembali meneguk minumannya saat matanya menangkap sosok anak kecil berdiri di ambang pintu. Anak kecil yang kebetulan mampir menampakkan dirinya pada Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO 2
Paranormal"Aku cuma berusaha menyelamatkanmu, tanpa pernah tahu kalau perkenalan yang datang bersama perpisahan itu ternyata menyakitkan." Kadang, bisa melihat segala hal yang tidak terlihat oleh orang lain itu, melelahkan. ••• Highest rank #7 ; 9 - 13 Fe...