Raya membuka matanya saat Pramugari mengumumkan kalau pesawat akan landing dalam tiga puluh menit. Raya bangkit dan pergi ke toilet. Ia mencuci muka dan keluar.
Matanya tertuju pada sosok Pramugari dengan seragamnya yang robek sedang duduk di bangku paling belakang. Kepalanya berdarah-darah, Raya ngilu melihatnya. Ia segera kembali ke bangkunya tanpa mempedulikan tatapan tajam si sosok pramugari tersebut.
Raya masih memikirkan suara Dimas yang meminta tolong. Sosok laki-laki itu tidak pernah muncul sejak tiga anggota keluarganya dinyatakan tewas dan sudah ditemukan jasadnya. Raya mengecek isi ranselnya dan kembali duduk saat Pramugari kembali mengumumkan pemberitahuan landing.
Raya melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 05.40 p.m. Waktu di Indonesa Bagian Barat dan waktu Bangkok sama, Raya tak perlu menyesuaikan jam tangannya dengan waktu Bangkok. Satu-per-satu orang mulai turun dari dari pesawat setelah beberapa menit mendarat. Raya berdiri dan menyandang ranselnya lalu berjalan keluar dari pesawat.
Raya sudah mempersiapkan semuanya termasuk tiket pesawat ke Surattani. Raya hanya tinggal check-in dan masuk ke ruang tunggu. Ia masih punya waktu satu jam limat menit sebelum Nok Air tujuan Surattani take off.
Raya mengambil ponsel dari tas dan segera mengaktifkannya. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada orang-prang di rumah, tapi ia yakin Leana dimarahi habis-habisan karena membiarkan Raya pergi tanpa pamit dan sendirian ke Thailand.
21 unread messages
Raya menghela nafas. Pesan-pesan itu dari Raka, Tante Diani, Luna, Om Damar dan juga Calvin. Tak ada kabar dari Leana. Raya menggunakan wi-fi bandara untuk melakukan panggilan telepon melalui Line, ia harus bicara dengan Leana."Hallo, Kak ?"
Leana menjawab, Raya mendenar suara berisik kendaraan. Sepertinya Leana ada di dalam mobil.
"Lea, gimana di rumah ? Kamu dihukum ?" Tanya Raya.
"Kak, aku, Kak Calvin sama Kak Raka bakal nyusul ke Thailand. Ini lg perjalanan ke bandara." Jelas Leana yang mengeraskan suaranya karena suara mobil dan kendaraan lain.
"Hah ?! Ngapain ?"
"Papa khawatir. Akhirnya kita pergi nyusul Kakak."
"Lea, dengar baik-baik. Kakak lagi nuggu penerbangan ke Surattani sekitar empat puluh lima menit lagi. Kakak nggak akan nunggu kalian sampai di Surattani, baru Kakak pergi cari Dimas. Enggak. Kakak akan langsung cari Dimas besok pagi." Jelas Raya yang tahu kalau Raka dan Calvin akan menyuruhnya menunggu sampai mereka tiba di Surattani.
"Raya, jangan nekat. Kamu nggak bisa pergi sendirian dengan kapal disana sembarangan. Tunggu Abang." Ponsel Leana pasti direbut Raka, suara laki-laki itu yang menggantikan Leana sekarang.
"Aku akan tetap cari Dimas besok pagi." Raya memutus sambungan free call Line. Ia kembali menonaktifkan ponselnya.
......
Jet Lag. Itulah yang dirasakan Raya sekarang. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Raya tiba di Surattani tepat pukul 07.50 p.m dan ia langsung mengambil bagasi lalu naik taksi ke hotel yang sudah dipesannya. Jika bukan karena aplikasi reservasi tiket dan hotel online, mungkin Raya akan tiba di Surattani besok malam.
Raya belum makan malam, ia terlalu lelah untuk sekedar bangun dari tidurnya. Hanya Dimas yang ia pikirkan sekarang.
"Raya."
Raya membuka mata, bangun dan menemukan Dimas berdiri di dekat ranjangnya. Raya menghambur memeluk Dimas.
"Aku kira kamu .... -
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO 2
Paranormal"Aku cuma berusaha menyelamatkanmu, tanpa pernah tahu kalau perkenalan yang datang bersama perpisahan itu ternyata menyakitkan." Kadang, bisa melihat segala hal yang tidak terlihat oleh orang lain itu, melelahkan. ••• Highest rank #7 ; 9 - 13 Fe...