Episode 8

7.9K 550 36
                                    

Setelah Dimas dipastikan meninggal dan jenazahnya dibersihkan lalu siap diterbangkan ke Indonesia, Raka memaksa Raya pulang ke hotelnya. Raya tidak bicara sepatah katapun sejak ia melihat jelas Dimas dinyatakan tewas tenggelam. Usaha Raya untuk secepat mungkin menemukan Dimas, sia-sia. Ia gagal, ia terlambat.

Raya kembali terisak, air mata kembali membanjiri wajahnya saat pertemuannya dengan Dimas berputar bak sebuah film dalam kepalanya. Bagaimana laki-laki itu memperkenalkan diri dengan wajah tengilnya, menceritakan kecintaannya pada skatebooard hitam yang sudah ia pakai empat tahun lamanya.

"Dia ini cinta pertamaku." ucapnya kala itu sambil melirik skateboard yang ia masukkan dalam tas ransel meski hanya masuk separuhnya.

"Aneh kamu." Raya masih ingat jelas bagaimana ia tertawa kecil karena ucapan Dimas tersebut.

"Aku nggak peduli kalaupun keluargaku bangkrut, asalkan skateboard ini nggak dijual, aku bahagia." Cengiran itu tercetak diwajah Dimas dan itu berhasil membuat Raya terbahak. Wajah bodoh laki-laki itu saat nyengir adalah hal terlucu bagi Raya.

"Ketawa, lagi. Aku serius." Dimas ikut terkekeh. Keduanya hampir sampai di depan rumah Raya.

"Eh, kapan-kapan aku boleh main ke rumah kamu, ya ? siapa tahu keluarga kamu jatuh hati terus aku dijadiin mantunya." Lagi, ucapan Dimas membuat tawa Raya berderai. Raya bahkan tak sanggup melihat cengiran Dimas.

"Pede banget. Udah ah, aku pulang. Bye, Dims." Raya masih tertawa kecil dan melambaikan tangannya saat membuka pintu gerbang rumah Tante Diani yang ditinggalinya. Tanpa disadari oleh Raya, Dimas berdiri untuk waktu yang lama dengan senyum tercetak jelas diwajahnya. Ia pergi setelah melihat mobil Raka mendekati gerbang.

Ingatan itu masih segar, Raya kembali menangis hebat saat mengingatnya.

Kenapa kamu memperkenalkan dirimu bersama perpisahan, Dim ? kenapa kamu datang secepat kamu pergi ? Tidakkah kamu tahu kalau aku berusaha kembali membuka diri untuk laki-laki dan itu hanya ketika kamu tersenyum memperkenalkan diri ?

Kamu itu perkenalan paling tragisku dengan laki-laki. Kamu meninggalkan sejuta tanya dan sepercik kenangan. Apa Tuhan mempertemukan kita agar aku bisa menyelamatkanmu meski berujung sia-sia ?

Aku bahkan tak sempat mengatakan padamu, bahwa cengiran bodohmu itu adalah moodbooster paling ampuh untukku.

Dimas, ada banyak hal tentangku yang belum kamu ketahui, kamu tak sempat bertanya. Kamu tak sempat kepo pada setiap hal yang aku lakukan.

Aku tidak tahu apa yang terjadi sampai aku tak bisa melepasmu pergi. Yang aku tahu, kamu itu pribadi yang membuatku merasa nyaman, sejak awal kamu bertanya siapa namaku.

"Kak."

Raya masih larut dalam tangisnya. Ia menenggelamkan wajahnya diantara lutut. Raya tidak mengganti bajunya sampai baju itu kering sekarang. Raya tidak makan apapun sejak kemarin malam, Raya tidak bisa bergerak se-centipun sekarang. Tubuhnya tersangkut bersama duka kehilangan sosok yang baru saja dikenalnya dan entah kenapa, Raya benar-benar merasa kehilangan seolah Dimas adalah orang yang sudah menemaninya bertahun-tahun.

Leana merangkul Raya, ia menyandarkan kepalanya di bahu Raya. Air matanya mengalir mendengar isak tangis Raya. Sebegitu berartinya sosok Dimas untuk Raya.

"Nangis nggak akan ngembaliin Kak Dimas bahkan berhari-hari setelah ini." Leana memeluk Raya.

Tangis Raya malah semakin jadi mendengar perkataan Leana. Raka dan Calvin masuk kemudian. Raka membawakan makan malam untuk Raya, ia duduk di tepi ranjang, posisinya berhadapan dengan Leana.

INDIGO 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang