Raya menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Jam satu dini hari dan Raya masih tidak bisa tidur. Perempuan itu menoleh saat Dimas muncul dan ikut berbaring di sampig Raya.
Keduanya diam, menikmati pemandangan langit-langit kamar Raya yang mirip seperti langit malam yang ditaburi bintang."Raya."
"Hmmm."
"Aku takut mati." Kekeh Dimas.
"Kamu nggak akan mati. Besok aku bakal siapin rencana untuk cari tubuh kamu. Aku punya passport. Aku tinggal cari alasan untuk bisa ke Thailand." Jelas Raya yang terdengar serius.
"Kamu nggak perlu lakuin itu. Aku sekarat, mungkin nggak lama lagi aku mati." Jawab Dimas yang masih memperhatikan langit-langit kamar Raya.
"Aku nggak tahu kenapa, tapi aku mau kamu selamat." Raya menoleh, menatap Dimas di sampingnya.
Dimas tersenyum dan memejamkan mata. Raya ikut tersenyum dan memejamkan matanya.
Aku harap, aku bisa bantu kamu Dimas.
•••
"Gina !"
Ia berusaha mempertahankan tubuhnya diatas kursi. Air sudah setinggi leher dan suara-suara ledakan semakin membuatnya ketakutan. Kakinya berjinjit saat air kembali naik atau mungkin badan pesawat ini yang semakin tenggelam."Ma ! Pa !"
Suaranya mulai melemah. Ia tak sanggup lagi berteriak. Badan pesawat semakin turun dan air sudah menempel di bawah hidungnya.
Ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dan berenang turun. Ia mendorong-dorong jendela di dekat kakinya. Orang-orang yang tak sanggup bernafas sudah mengambang, bahkan ada yang masih terikat seatbelt di kursi pesawat. Ia berenang ke belakang, bekas terbakar sangat jelas disana. Mayat-mayat dengan luka bakar mengerikan serta orang-orang yang berenang keluar tapi kemudian tewas kehabisan oksigen, dilewatinya begitu saja.
Ia berhasil keluar dari badan pesawat. Tubuhnya terasa sangat nyeri dan perih. Ia tak kuat jika harus berenang lebih lama padahal permukaan air masih beberapa meter diatasnya."Tuhan tolong. Kali ini saja." Batinnya memohon.
Ia terus berenang. Tepat saat mencapai permukaan, tubuhnya lemas. Ia menahan diri untuk tidak memejamkan mata dan membiarkan tubuhnya mengambang. Ia melihat sekitar, hanya lautan luas yang ia temukan.
Setelah nafasnya normal dan rasa sakit tubuhnya berkurang, ia berenang pelan dan menemukan dua kursi pesawat yang mengambang. Dengan cepat ia naik ke atasnya dan membaringkan tubuh. Ia butuh tidur, tapi ia terlalu takut memejamkan mata."Ijinkan aku membuka mataku nanti." Ia berusaha bicara tapi bibirnya hanya tebuka beberapa kali sebelum akhirnya ia memejamkan mata.
Ledakan itu terekam jelas di kepalanya. Pesawat menurun tajam dan menghantam laut. Satu lagi ledakan terjadi di kok pit pilot. Badan pesawat hancur dan terbagi saat masuk ke air. Teriakan dan rintihan mengerikan memenuhi kepalanya, semua orang berusaha untuk tetap bernafas. Mayat-mayat terbakar mengambang di dalam badan pesawat yang dipenuhi air. Ia melihat jelas Ibunya menyelamatkan tubuhnya dan merelakan diri menjadi tameng agar anak bungsunya ini tidak terluka parah. Adik angkatnya, menyelamatkan sang ayah.
"Papa !" Ia terbangun, kecelakaan pesawat yang dialaminya menjadi mimpi buruk yang nyata.
Ia duduk dan memperhatikan sekitar, hanya laut dan ...
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO 2
Paranormal"Aku cuma berusaha menyelamatkanmu, tanpa pernah tahu kalau perkenalan yang datang bersama perpisahan itu ternyata menyakitkan." Kadang, bisa melihat segala hal yang tidak terlihat oleh orang lain itu, melelahkan. ••• Highest rank #7 ; 9 - 13 Fe...