"Raya ! Buruan !" Teriakan Tante Diani membuat Raya buru-buru memakai converse abu-abunya. Oke, salahkan Leana yang tidak mau meminjamkan sendal hak tinggi apalah-itu-namanya pada Raya.
Malam ini, Tante Diani dan Om Damar mengajak Raya ikut makan malam bersama rekan bisnis Om Damar. Kalau tidak salah, namanya William Alfredd Wang. Pengusaha dari Hongkong yang sudah lama tinggal di Indonesia.
"Kamu ngapain pakai sepatu kayak gitu ? Pakai Flat shoes kan bisa." Tante Diani protes karena Raya memakai sepatu converse padahal ia mengenakan dress biru muda selutut.
"Leana pelit, Tante." Sahut Raya.
"Halah, sudah. Biar aja. Nggak ada waktu, nanti kita telat, kasian William." Om Damar pergi ke garasi sementara Tante Diani manyun-manyun karena sepatu Raya.
Raya duduk di belakang sementara Tante Diani duduk di depan bersama Om Damar yang menyetir.
Raya tidak habis pikir kenapa dia yang harus ikut padahal anak Tantenya itu ada tiga, perempuan semua. Alasannya, Andrina pergi sama pacarnya, Leana ada janji nonton dengan Calvin, lalu Luna sibuk mengerjakan tugas presentasi padahal kuliahnya baru mulai satu bulan. Raya mendengus saat teman-temannya, tidak ada yang bisa menyelamatkan Raya dari situasi perjodohan-bermodus-makan-malam ini.Tak lama, mobil Om Damar sudah berrenti di parkiran sebuah restoran mewah berlantai tiga. Raya turun dan mengikuti Tante Diani serta Om Damar. Ia berjalan di belakang dua orang yang selalu kelewatan kalau khawatir. Andai Raka bisa nyelametin aku dari kondisi mengenaskan ini...
Memasuki lantai tiga, Raya sempat kaget melihat satu keluarga yang sedang makan malam ditemani sesosok gadis perempuan dengan tubuh penuh luka dan tangan kanan yang putus. Oke, awal yang buruk untuk makan malam mewah.
"Selamat malam, William." Om Damar menyalami Pria dengan suit hitam serta wanita seumuran Tante Diani yang berjawah khas Jawa.
Mata Raya terhenti pada laki-laki yang memakai jeans hitam dan kemeja putih kotak-kotak. Culun, pikir Raya. Ia tak sempat bersalaman dengan laki-laki itu karena Tante Diani menyuruhnya duduk. Raya mengambil ponsel dari wristletnya, mengirim pesan pada Leana dan Calvin agar mau membantunya keluar secepat mungkin dari makan malam membosankan ini.
"Jadi, ini anaknya Harris ?" Tanya William ramah.
Tante Diani menyenggol lengan Raya, dengan cepat Raya mendongak dan tersenyum.
"Iya, Om. Saya anak terakhir." Jawab Raya yang berusaha ramah.
"Anaknya Om Harris ke sini pakai converse ?"
Raya langsung menoleh pada laki-laki di depannya yang baru saja mengomentari sepatu yang Raya pakai dengan lantangnya.
Raya hampir saja protes pada perkataan laki-laki di depannya itu, kalau saja wajahnya yang blasteran itu tidak mengusik kenangan lama Raya. Entah kenapa, bayangan Dimas muncul diotaknya saat melihat anak bungsu dari keluarga William tersebut. Meski jauh berbeda, tapi Raya masih ingat bagaimana Dimas menatapnya pertama kali dan itu dilakukan oleh anak bungsu William sekarang.
"Saya permisi ke toilet sebentar." Raya bangkit dan berjalan pergi.
"Aku juga deh." Laki-laki itu tersenyum permisi dan berjalan mengikuti Raya.
Raya berjalan cepat keluar dari ruangan di lantai tiga itu, ia memutuskan untuk pergi ke atap gedung restoran yang sengaja dibuat seperti taman. Raya tahu informasi itu setelah Calvin memberitahunya tadi.
"Toiletnya bukan disana."
Raya tak peduli, ia harus menenangkan diri. Bayangan Dimas benar-benar memenuhi kepalanya.
"Raya."
Raya kaget saat laki-laki itu memanggilnya. Bahkan ia nyaris mengira kalau arwah Dimas baru saja memanggilnya.
Laki-laki itu mendekat, ia lalu berdiri dihadapan Raya."Toiletnya ke arah sana." Laki-laki itu menunjuk ke depan dengan dagunya.
Raya diam, menatap anak bungsu William yang sikap dan bahkan tatapan matanya mirip dengan Dimas.
"Langga Arjuna William. Panggil Juna aja." Laki-laki itu menyodorkan tangannya dan tersenyum hangat.
Baru saja Raya membuka mulut, senyuman Juna melebar.
"Keraya Ranadian. Nama kamu nggak cocok sama muka." Ia melepas jabatan tangannya lalu cengiran menyebalkan itu muncul.
Dia mirip kamu, Dim.
•••
Terima kasih readers setia yang udh nugguin Indigo 2 sampe tamat.
Dikit ya chapternya ? Iya dikit krna ini murni berdasarkan mimpiku. Anjir.Btw, adakah yg setuju kisah Raya dan Juna dibuat buku untuk genre ChickLit ?
Yang setuju komen yaa ^^Terima kasih amazing readers
.ray-reblue.
![](https://img.wattpad.com/cover/67341313-288-k316677.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO 2
Paranormal"Aku cuma berusaha menyelamatkanmu, tanpa pernah tahu kalau perkenalan yang datang bersama perpisahan itu ternyata menyakitkan." Kadang, bisa melihat segala hal yang tidak terlihat oleh orang lain itu, melelahkan. ••• Highest rank #7 ; 9 - 13 Fe...