Calvin membayar tiket Bianglala dan menghampiri Raya yang menunggu gilirannya naik. Calvin masih memikirkan apa yang terjadi barusan, saat ia melihat Raya bicara seolah ia bersama seseorang padahal perempuan itu sedang sendirian. Seminggu yang lalu, Raka pernah mengatakan sesuatu saat Calvin bertanya tentang bagaimana pendapat Raka kalau Calvin benar-benar menyukai Raya.
"Kamu belum kenal Raya, kamu belum tahu siapa adikku itu, Cal."
Itulah jawaban Raka yang sukses membuat Calvin tidak bisa tidur semalaman. Kalau harus jujur, Calvin memang menyukai Raya. Entah kenapa, sejak Calvin mengobrol dengan Raya dua bulan lalu saat perempuan itu dan Raka menghadiri ulang tahun kakak perempuan Calvin, ia mulai tertarik pada sosok Raya yang frontal, tidak jaim dan selalu konyol. Raya juga cerewet dan bagi Calvin, itu manis.
Lamunan Calvin buyar saat Raya tiba-tiba menariknya untuk masuk ke kok pit yang mirip kurungan burung berwarna biru itu. Petugasnya menutup pintu saat Raya dan Calvin sudah duduk berhadapan di dalam. Perlahan, Bianglala itu berputar ke atas.
"Cal, kamu udah berdiri lama tadi ?" tanya Raya yang memperhatikan pemandangan PRPP saat kok pitnya bergerak naik.
"Iya, saya tahu kamu ngomong sendiri." jawab Calvin yang memperhatikan Raya.
"Raka belum cerita ya ?" Raya kini mengalihkan pandangannya ke arah Calvin.
Calvin menggeleng.
"Aku bisa lihat apa yang nggak kamu lihat. Aku bisa lihat mereka yang ada diambang hidup dan mati. Aku juga bisa lihat mereka yang udah mati dan masih jalan-jalan, termasuk mereka yang menerima hukuman untuk tetap hidup berdampingan dengan kita." jelas Raya to the point tanpa menunggu Calvin bertanya apa yang akan di jelaskan Raya.
"Dan tadi kamu ngomong sama salah satu dari mereka ?" Calvin bertanya.
"Kamu tahu kecelakaan pesawat yang kemarin diberitakan itu ?" Raya justru balik bertanya. Calvin mengangguk.
"Dimas, anak bungsu keluarga Erlangga yang banyak diomongin di kampus siang tadi. Dia belum mati, aku bisa pegang dia dan kita bisa nyelametin dia kalau dia ingat dimana posisi terakhir pesawat." jelas Raya membuat Calvin tidak mengerti. Calvin diam, mencerna penjelasan tak masuk akal dari Raya itu.
"Kamu ngomong sama Dimas ?" Calvin bertanya memastikan.
"Iya, Dimas ada disini. Adiknya yang tewas, bilang kalau Dimas dan Ayahnya belum mati." Raya berharap Calvin percaya.
"Tapi di berita menjelaskan kalau tidak ada korban selamat, Raya."
"Tapi Dimas dateng dan aku bisa meluk dia bahkan. Kamu nggak percaya ?"
"Saya nggak tahu. Saya nggak ngerti kamu ngmong apa Raya." Calvin bingung, ia benar-benar tidak mengerti apa yang dibicarakan Raya.
Raya diam. Ia tahu Calvin tak percaya, ia tahu Calvin akan menganggapnya aneh. Ia tahu ini akan terjadi lagi. Raya terbiasa diam saat mereka muncul didepannya. Ia tak pernah memberitahu siapapun selain Mei, Raka dan Leana. Dulu sewaktu Raya masih SMP, ia dianggap aneh dan gila karena sering mengatakan hal-hal tak masuk akal, dan sekarang itu terjadi lagi saat ia menjelaskan siapa dirinya pada Calvin. Tentang kemampuan yang tak dimiliki manusia biasa. Fakta bahwa ia Indigo.
"Raya, saya --
"Kamu memang seharusnya berhenti ganggu saya, Calvin." Raya menatap tajam Calvin.
Tak lama, Bianglala berhenti sebentar. Kok pit di depan Raya terisi.
"Mas ! Saya mau turun !" Teriak Raya.
Bianglala berputar sedikit dan kini giliran kok pit tempat Raya dan Calvin yang terbuka, padahal seharusnya masih ada satu putaran lagi. Raya turun, berjalan cepat saat mengetahui Calvin juga ikut turun.

KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO 2
Paranormal"Aku cuma berusaha menyelamatkanmu, tanpa pernah tahu kalau perkenalan yang datang bersama perpisahan itu ternyata menyakitkan." Kadang, bisa melihat segala hal yang tidak terlihat oleh orang lain itu, melelahkan. ••• Highest rank #7 ; 9 - 13 Fe...