Keynara's POV
Setelah Mr. Okto mengucapkan bahwa kelas telah berakhir, dengan cepat aku merapihkan buku - buku yang ada di meja dan memasukkannya ke dalam tas. Aku harus cepat pergi dari kelas ini untuk pergi menemui Eja yang telah lama menungguku di kantin.
Sesampainya di kantin, mataku mulai menelusuri meja - meja yang memang sengaja diletakkan dikantin. Kantin hari ini tidak terlalu ramai jadi aku cukup mudah untuk menemuinya. Sambil memperbaiki rambutku, aku melesat menuju meja yang telah ia tempati.
"haloooo Eja kuuuu."
"halooo juga Eyn kuuu, dirimu kenapa lama sekali bidadari? apakah kamu tahu bahwa telah 1 jam aku menunggu mu disini?" tanyanya dengan nada yang yaaa, di imutkan tetapi terdengar sinis di dalamnya.
"maaf Ja, Mr. Okto hobi banget ngomong tuh dikelas, padahal harusnya udah keluar dari tadi. Sebel deh gue." jawabku sambil memanyunkan bibirku, inilah rahasia agar Eja tidak marah padaku.
"bidadari sebel ya? uu kasian. Tapi sayangnya Eja gabakal kebujuk sama bibir Eyn yang sok imut ini. Najis deh Eyn." sial.
"ihhh jahat banget sih lo! Udah ah, gue mau pergi aja." ucapku sambil berdiri untuk meninggalkan meja, tapi dengan cepat Reza menahanku. yes.
"eh mau kemana lo?"
"ya pergi lah!"
"bayarin makanan gue dulu lah." kampret.
"ih udah ah gajadi pergi." ujarku sambil kembali duduk dibangku ku.
"lah?"
"apa lah lah lah lah?" tanyaku judes.
"ih jangan jutek jutek gitu. Eja minta maaf deh. Maaf ya Eyn yang sangat cantik, yang tidak jomblo."
"tuhkan ngejek lagi. Tau deh yang udah punya pegangan."
"ya jelas lah, secara kan Eja ganteng. Ya keles jomblo. Udah ah, mau maafin gue gak?"
"ada syaratnya"
"apa?"
"beliin Eyn es cream."
"yaudah ayok." ucapnya sambil mengelus puncak kepalaku.
Mungkin kalian berfikir apakah aku dan Eja sedang menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih? Jika iya maka jawabannya adalah tidak. Aku lebih nyaman jika aku berdiri disampingnya sebagai sahabat atau adik kecilnya. Ya, mungkin perasaan itu memang ada.
Eja pernah bertanya apakah aku bersedia untuk menjadi pacarnya, dan kalian tahu apa yang ku jawab? bukan, aku tidak menolaknya. Aku ingin sekali menerima ajakannya. Tapi aku tidak boleh mementingkan ego ku sendiri. Bayangkan apa yang akan terjadi jika kami berpacaran lalu putus? Jika itu terjadi, maka setelah putus hubungan kami tidak lebih dari 'mantan pacar'.
Percayalah, jika seseorang telah nyaman menjalin hubungan persahabatan dengan lawan jenisnya. Ia tidak akan berfikir untuk mengubah status mereka. Kerena bahagia yang ia dapatkan dari hubungan persahabatan tidak akan ia dapatkan di hubungan yang spesial sebagai pasangan kekasih.
"woi, jadi makan es cream gak? atau mau ngelamun aja disitu?" tanya seseorang yang berhasil membuyarkan lamunan ku. siapa lagi kalau bukan Eja?
"iya ah bawel lu." jawabku sambil naik ke atas motornya yang besar. Aku tidak tahu apa nama motor ini. Tapi sungguh, naik ke motor ini harus menggunakan tenaga yang besar.
"bisa gak?"
"lo ngeremehin gue banget ja? nih gue bis-- aw!" pekikku.
"lo kenapa Eyn?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams
Teen FictionBersama mu sepanjang hari sebagai pasangan kekasih memanglah impianku. Tapi, aku sangat egois jika menjadi kekasihmu dan menghancurkan persahabatan kita yang susah payah kita jaga selama bertahun - tahun. Cukup lah menjadi penggemar rahasia saja.-Ke...