Keynara's POV
Aku bangun dengan leher yang sedikit nyeri, bagaimana tidak nyeri jika aku tidur bukan di bantal melainkan di sisi sofa?! Sisi sofa yang ku maksud adalah bagian sofa yang lebih tinggi dari sofa untuk kita duduki, yang keras itu lho, biasanya sih di dalamnya diberi sesuatu agar lebih keras dari pada sofanya. Ah aku tidak tahu apa namanya, dan aku tidak perduli.
Perlahan ku buka mataku dan bangun dari sofa lalu beranjak ke kamar mandi untuk buang air. Saat diperjalanan, hidungku mencium aroma spaghetti yang menggugah selera. Siapa yang masak? Setahuku hanya ada aku dan Lutfi yang sedang dirumah ini? Dan bukannya tadi Lutfi tidur? Atau jangan - jangan?
"Lutfiiii" panggilku sambil pelan - pelan melangkahkan kaki menuju dapur.
"Lut, lo yang masak ya?" jujur, aku sangat takut sekarang.
"Lut-"
"HUUUAAA!!!" kau tau apa yang sedang ia lakukan? ia mencoba mengagetiku.
"wah aku kaget." ucapku dengan muka yang ku buat datar dan kedua tanganku ku letakan di dekat daun telingaku, persis seperti anak muda yang sedang berjoget menggunakan pom - pom. Bedanya aku tidak menggunakan pom - pom.
"yes aku berhasil." ucapnya tak kalah dengan muka yang lebih datar.
"kenapa lo?" tanyanya lalu kembali ke hadapan kompor.
"leher gue sakit." ucapku sambil memijat pelan leherku untuk mengurangi sedikit rasa nyerinya. Ini sangat menyiksaku, aku tidak dapat menoleh ke kanan maupun ke kiri. Ah, sakit.
"kok bisa?"
"ya bisa lah." ku lihat ia sedang membagi rata spaghetti kedalam 2 piring. Ini terlihat enak!
"Lupi, punya gue banyakin kejunya ya." keju itu enak.
"siap bos." kini ia berjalan menuju tempat penyimpanan alat - alat dapur, mungkin untuk mengambil parutan keju.
"mama taroh mana ya parutannya? masa mama bawa pergi? Pelit amat sama anak sendiri." gerutunya sambil tetap mencari.
"yes dapat." katanya dengan mata berbinar.
"gila ngomong sendiri."
"gue ngomong sama lo, tapi gak lo jawab." ucapnya sambil membongkar isi kulkas dan sekarang pindah ke lemari penyimpanan bahan makanan.
"Eyn, kejunya kayanya habis deh. Gak usah pake keju ya?" tanyanya. Ah, makan spaghetti tanpa keju itu seperti makan sayur tanpa garam, tidak enak!
"yaaaah, masa habis sih? Yaudah deh gak papa." ucapku sambil menunduk dan menahan air mata.
"maaf ya, nih spa-- loh? Lo nangis?! Kenapa woi Eyn?" ucapnya lalu meraih daguku dan yaaa air mataku sudah tumpah.
"astaga, lo nangis karna gak ada keju? Cengeng banget, HAHAHA!" tawanya pecah lalu duduk di bangku yang ada di hadapanku. Ku hapus air mataku kasar. Wait, untuk apa aku nangis?! Memalukan! Tidak sadar aku memanyunkan bibirku untuk menahan air mataku agar tidak terjatuh lagi, aku malu sekali! Bisa kutebak, 3-4 hari lagi aku akan mendapatkan tamu bulananku. Bagaimana aku bisa tahu? Karena aku sangat sensitif di hari - hari sebelum aku mendapatkan tamuku.
"Eyn mau milo?" tanyanya yang langsung kusambut dengan anggukanku yang semangat.
"dingin atau panas?" tanyanya lagi sambil menuangkan beberapa sendok bubuk milo kedalam 2 gelas.
"dingin."
"oke, tunggu honey."
Yang kulakukan selama ia membuat es milo hanya diam. Iya diam. Tidak melakukan apa - apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams
Teen FictionBersama mu sepanjang hari sebagai pasangan kekasih memanglah impianku. Tapi, aku sangat egois jika menjadi kekasihmu dan menghancurkan persahabatan kita yang susah payah kita jaga selama bertahun - tahun. Cukup lah menjadi penggemar rahasia saja.-Ke...