"Eja?" gumamku hampir tak dapat didengar.
"umm, Eyn?"
"ngapain lo kesini?"
"mau minta maaf."
"jadi?"
"jadi? jadi apa?"
"ya terus lo mau minta maaf gimana? ada gitu orang minta maaf kaya lo gitu?" tanyaku sambil melipat kedua tanganku di dada.
"Eyn, gue minta maaf. Gue tau gue salah, gak seharusnya gue kaya tadi."
"lo tuh nyadar gak sih Ja? Lo itu selalu marah sama gue setiap gue nanya status lo? Emang apa yang salah kalo gue perduli sama lo?" ucapku sambil mati matian menahan air mata.
"gue minta maaf Eyn."
"ada apaan nih?" ujar Lutfi bersamaan dengan jatuhnya air mataku.
"loh? lo kenapa Eyn?" sambungnya sambil berjalan cepat ke arahku untuk memeluk dan menghapus air mataku.
"ih udah ah sana Lupi jangan peluk - peluk. Gue bau, ntar aja meluknya." jawabku mengalihkan pembicaraan.
"oh pantes, dari bawah tuh gue nyium bau apaaa gitu. Ternyata si tapir belum mandi." balasnya dan berhasil membuatku tertawa. Ini yang ku suka dari Lutfi, mampu memperbaiki mood ku yang hancur.
"HAHAHA" tawaku pecah.
"jadi gimana Eyn?" ohiya aku bahkan lupa bahwa masih ada Eja disini.
"iya gue maafin, tapi janji gabakal gini lagi?"
"iya janji."
***
Aku menghabiskan waktu hari ini dengan 2 bocah senglek ini dirumahku. Siapa lagi kalau bukan Eja dan Lupi? Mereka berencana menginap dirumahku malam ini padahal rumah mereka hanya berjarak 5-10 meter dari rumahku. Apa itu cukup masuk akal? Rumah Lutfi tepat di samping kamarku dan rumah Eja tepat di seberang rumahku.
Kami menghabiskan waktu dengan bergosip ria, bermain monopoli, ToD, dan marathon film. Ini semua rencanaku dan mereka menyanggupinya. Apakah aku pernah memberitahu mu bahwa mereka sangat sayang padaku?
"bosan gue, ngapain lagi nih?" tanya Lutfi.
"gue juga, ngapain lagi Eyn?"
"tidur aja yuk, udah jam 11 nih." jawabku sambil menguap.
"baru jam segini masa tidur sih? gaseru tau." balas Lutfi.
"ya terus mau apa? nonton lagi aja deh. Inside out lagi ya?" ucapku sambil menyetel kaset Inside out dan kembali lagi duduk diantara Eja dan Lutfi.
Film baru berjalan sekitar 15 menit tapi keinginanku untuk tidur lebih besar daripada menonton film.
***
Aku terbangun dari tidurku dengan kepala yang sedikit pusing. Ini pasti karena jam tidurku semalam kurang. Kalau saja Eja dan Lutfi semalam tidak menginap di rumahku mungkin tidak akan seperti ini ceritanya.
Ngomongin Eja dan Lutfi, aku jadi sadar mereka sudah tidak ada lagi dirumahku. Mungkin mereka sudah kembali ke alam mereka masing - masing. Sudahlah, yang penting aku harus mandi sekarang jika aku tidak mau berdiri lagi dilapangan sekolah sampai pelajaran kedua selesai.
"mamaaaa" seruku.
"disini sayaaang." jawabnya yang ku yakini dari dapur.
"morning sunshine, gimana tidurnya? nyenyak?"
"morning too mom, nyenyak dari mana sih ma? kepalaku sakit nyender terus di bahunya Eja sama Lupi."
"ya kamu mau juga sih nyender di bahu mereka, kenapa gak nonton di kamar kamu aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams
Teen FictionBersama mu sepanjang hari sebagai pasangan kekasih memanglah impianku. Tapi, aku sangat egois jika menjadi kekasihmu dan menghancurkan persahabatan kita yang susah payah kita jaga selama bertahun - tahun. Cukup lah menjadi penggemar rahasia saja.-Ke...