"lo suka sama Eja ya?"
Deg...
Deg...
Deg...
Apa yang harus ku jawab? Harus kah aku memberi tahu semua perasaan ku terhadap Eja pada Lutfi?
Tidak. Tidak boleh dan tidak akan tentunya.
Cukup aku, diriku, dan tuhan yang tahu perasaan ini kutujukan pada siapa. Tidak boleh orang lain. Tidak akan ada orang lain yang tahu. Cukup aku yang yang merasakan ini sendiri. Ya walaupun menyakitkan menyukai seseorang secara diam - diam.
"HAHAHA" tawa Lutfi yang membludak menamparku ke alam sadar.
"what?" tanyaku polos.
"lo, lo harus hahaha! lo harus liat ekspresi bodoh lo tadi! Sumpah mirip kudanil beranak tau gak lo! hahaha!" suara tawanya menggema ke seluruh penjuru kamar ku. Terkadang tawa Lutfi mengerikan.
"emang udah pernah liat kudanil beranak?"
"ya enggak sih." tawanya menghilang dalam segenap.
"hahaha" kini giliran ku yang tertawa.
"eh, tapi lo beneran suka ya sama Eja?" kenapa harus membahas topik ini lagi sih?
"emang kenapa?"
"ya aneh aja." mimik mukanya kini berubah menjadi-- ah entahlah. Aku tidak dapat menggambarkan spesifik ekspresinya sekarang.
"Tell me, apa yang aneh?"
"ya enggak ada sih, wajar kok kalo kita suka sama sahabat sendiri."
"hey, dude. What's wrong with you? Kenapa lo langsung gini?"
"gak papa. Eyn? Bosen nih gue. Nonton yuk?" ucapnya sambil mencoba mengalihkan pembicaraan.
"ada film yang bagus?" dan aku juga mencoba mengalihkan pembicaraan yang sangat absurd itu.
"ya gak tau sih. Kita pilih filmnya pas udah nyampe di cinema nya aja."
"yaudah ayok. Lo pulang sana ganti baju, biar barengan selesainya."
***
Sesampainya di mall, kami langsung menuju ke cinema XXI untuk melihat ada film apa saja di hari ini.
Film hari ini tidak rame, hanya ada genre action dan horror. Karena aku sangat takut dengan hal yang berbau mistis, Lutfi menawarkan sebaiknya kami menonton action aja. Apakah laki - laki ini tidak tahu bahwa aku juga benci dengan genre action? Apa bedanya menonton perkelahian dan darah dengan film horror? Itu sama mengerikannya.
Setelah berdebat cukup lama, akhirnya Lutfi mengalah dan menyanggupi kemauanku untuk tidak menonton. Aku juga kasihan sebenarnya pada anak ini. Katanya, film ini adalah film yang sangat ia tunggu tetapi ia tetap mengalah agar aku tetap nyaman jika menghabiskan waktu dengan dirinya.
"yaudah deh kita nonton film yang lo mau." ajakku. Tidak ikhlas tentunya.
"gausah deh. Ntar gue nonton sama temen sekelas gue."
"yakin?"
"iya. Yaudah sekarang lo mau kemana?"
"pengen make up baluuuu." manjaku.
"bayar sendiri ya?"
"gamauuu."
"yaudah gausah beli." jawabnya enteng.
"ih tapi gue mau satu doang kok. Bayalin Eyn ya lup." pinta ku sambil menampilkan puppy eyes ku.
"yaudah ayo cepet, satu aja ya?" peringatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams
Teen FictionBersama mu sepanjang hari sebagai pasangan kekasih memanglah impianku. Tapi, aku sangat egois jika menjadi kekasihmu dan menghancurkan persahabatan kita yang susah payah kita jaga selama bertahun - tahun. Cukup lah menjadi penggemar rahasia saja.-Ke...