Happy Reading
.
.Pulang sekolah, Dian segera mengecek ponselnya. Ia membuka website untuk update manga. Ia tersenyum senang melihat manga yang sudah lama ia tunggu telah update. Dengan nafsu yang cukup meledak (?) ia membuka lalu membacanya.
Gila! Manganya emang keren banget!
Dian kembali mencari manga lain tapi tidak ada yang menarik. Kalian tau, Dian menyukai yaoi yang tingkat rendah atau bisa dibilang masih medium. Ia masih kurang suka manga yang tingkatnya sudah mencapai kategori hard. Dalam memilih manga, Dian juga tidak sembarangan. Ia lebih suka, jika karakter dalam manga masih siswa yang sederajat. Karena masih pemula, ia masih tidak sanggup jika karakter uke-semenya adalah para pekerja kantoran yang umurnya sudah berkepala dua.
Asik dengan imajinasi yang liar saat membaca manga, pintu kamarnya terbuka.
"Dian, nih ada teman kamu." Kata Ibunya.
Dian menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu menoleh ke sumber suara. Ia melihat Rahmat.
"Sorry Dian gue datang tiba-tiba gini. Gak ganggu, 'kan?"
"Santai aja. Sini duduk."
Mereka duduk berdua di kamar Dian. Diantara mereka belum ada yang memulai obrolan.
- Dian Pov -
Ini anak ngapain ya kerumah gue? Terus tau dari mana juga alamat gue? Wah, mencurigakan.
"Jadi, apa tujuan lo ke sini?"
"Gue mau cerita sesuatu sama elo. Karena gue yakin lo orang yang tepat!"
Si Rahmat serius banget dah.
"Buruan ceritanya."
Rahmat menarik napas sejenak
.
"Sebenarnya, gue ini hampir menjadi gay. Dulu gue punya teman fujoshi seperti elo dan dia jodohin gue ke teman dekat gue. Bodohnya lagi, saat itu gue iya-iyain aja. Lama-lama gue ngerasa suka sama teman gue. Hampir aja gue belok."Kamvret! Jadi dia pernah ketemu fujoshi lain. Bahkan udah di jodohin segala. Entah kenapa, gue jadi iri sama fujoshi itu.
"Sekarang gue pikir, gue udah jadi fudanshi. Sial. Kenapa otak gue jadi aneh gini, sih!"
"Sumpah lo?! Fudan? Akhirnya gue punya teman seperjuangan! Tapi lo sukanya apa? 2 atau 3 dimensi?"
"2 dimensi."
Oke kita sama!
"Gue gak mau tau! Lo harus jadi rekan atau sahabat gue kalau bisa. 'Kan kita sama-sama penyuka yaoi 2 dimensi."
"Gue setuju! Gue pulang dulu ya. Thanks udah dengerin cerita gue." Rahmat pun pamit lalu ia meninggalkan gue sendiri di kamar.
Gue loncat-loncat di kasur. Teriak serta jingkrak gak jelas. Gue sampai gak berani ngaca, takut lihat wajah gue yang berantakan ini. First time buat gue ketemu sama Fudanshi. Iya, gue tau kalau gue lebay, alay dan semacamnya.
Setelah melakukan aktivitas gue yang gak jelas itu, gue sudah membayangkan gimana kalau kita baca manga bersama, nonton bersama, ngomongin uke atau seme. Njayy. Imajinasi gue terlalu tinggi mencapai ketinggian langit yang tak bisa terhitung lagi.
- Author Pov -
Di hari senin yang cerah ini, semua siswa tengah melakukan aktivitas upacara bendera di lapangan.
Dian dan Rahmat, setengah berbisik membicarakan manga yaoi terbaru. Sampai ketua kelas yang bernama Gani Angkasa itu menegur Rahmat.
"Rahmat, elo itu cowok. Ngapain gosip sama Dian, sih? Lo harus diam!"
Rahmat sedikit meringis. Dian? Entah kenapa, ia mulai merasa kalau Gani dan Rahmat serasi.
Gak boleh. Gue masih waras. Gue gak boleh ngelakuin hal aneh.
Setelah upacara, semua murid masuk ke kelas masing-masing.
"Teman-teman hari ini kita rolling tempat duduk. Ambil undiannya di sini." Perintah ketua kelas.
Dian mengambil undian, ternyata ia duduk dengan Fani. Fani ini kpopers kebetulan lagi dia juga paham dengan apa itu yaoi.
Sedangkan Rahmat ia duduk dengan Gani. Dian terkejut dan bersorak pelan.
"Kalian emang serasi. Gue gak bohong sama sekali." Ucapnya seorang diri.
Selama pelajaran berlangsung ia selalu melihat bangku RahmatGani yang berada cukup jauh dari bangkunya. Sesaat RahmatGani ribut sendiri. Entah karena Rahmat di jailin Gani. Atau Gani di buat marah karena sikap Rahmat.
Kalian berdua itu pas banget buat uji coba gue. Gue bakal buat kalian jadi dekat.
. . . . . . . . . .
Hari ini, Dian sudah menyiapkan rencananya untuk RahmatGani.
"Fan, bantuin gue dong." Pinta Dian.
"Apa?" Sahut Fani datar.
"Gue mau buat Rahmat sama Gani dekat gitu. Lo bantuin gue yah? Please!"
Fani menimbang-nimbang permintaan Dian. "Oke, gue bantuin. Sekarang rencana lo apa?"
Mata Dian berbinar-binar. Ia senang mendengarnya. Dengan sigap ia memberi tau rencananya itu ke Fani.
"Sekarang kita pindah tempat duduk dulu. Kita duduk di belakang RahmatGani. Jadi kita bisa intai mereka." Seru Dian. Alisnya bergerak naik-turun.
Mereka telah menukar tempat duduk dan saatnya mengintai. RahmatGani memasuki kelas bersama-sama. Mereka sedikit bercanda bersama dan menjadi pusat perhatian.
"Lo berdua, tumben akur. Biasanya saling jail-menjail." Celoteh Nisa.
"Coba kalian begini terus. 'Kan jadi tenang." Kata Farah.
Gani mengabaikan semuanya, ia meneruskan aktivitasnya. Rahmat tengah menatap bingung Dian.
"Lo kok duduk di belakang gue? Lo harusnya duduk di sana."
Dian hanya cengir-cengir kuda. Alisnya kembali naik-turun.
"Wah pasti ada yang gak beres nih. Jangan-jangan lo.." Seru Rahmat, layaknya drama ia menutup mulutnya.
"To the point aja ya. Gue mau buat lo sama Gani jadi dekat gitu. Gue yakin lo mau-mau aja 'kan?" Kata Dian senang dan membuat Rahmat terdiam.
Gue bingung harus jawab apa ? Gue emang rada deg-degan kalau dekat Gani. Tapi gue gak mau sampai belok gitu!
"Kita gak bakal buat lo sampai jadi belok kok. Tenang aja." Kata Fani datar.
"Baiklah. Gue mau-mau aja. Intinya jangan sampai kelewat batas."
Mata Dian berbinar-binar. Tangannya dari tadi mengepal tanda senang(?)
Gue tinggal dekatin Gani aja!
-Tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Fujoshi
HumorEntah apa yang perlu dibanggakan, saat seseorang mengakui dirinya adalah fujoshi. Salah satu diantaranya adalah Adian Maulina, atau disapa akrab Dian. Ia memang masih pemula dalam hal ini. Namun tak disangka-sangka, ia akan sekelas dengan seorang u...