Four

3.1K 370 41
                                    

Happy Reading
.
.

Di Kantin, RahmatGani, Dian serta Fani duduk di meja yang sama.

"Kalian pada pesan apa? Biar gue yang pesan." Tawar Gani.

"Gue ikut yah, Gan. Kasihan kalau lo sendiri." Seru Dian.

Dian dan Gani akhirnya pergi memesan makanan. Gani sedikit bingung dengan tingkah Dian yang berbeda. Biasanya gadis itu tidak ke kantin, karena malas. Sekarang? Benar-benar berubah.

"Gan, bantuin gue bawa ini dong, berat." Pinta Dian. Dengan sigap Gani membantu.

"Makasih ya." Kata Dian lembut.

Gue harus berusaha dekatin Gani. Biar dia jadi seme gue. Dengan cara apapun!

Dian dan Gani datang membawa nampan makanan. Mereka pun makan bersama.

"Jangan lupa sama rencana lo." Ingat Fani datar. Dian pun mengangguk.

"Gan, lo makan berantakan banget, sih. Sini gue bersihin." Kata Dian ramah.

Ini cuma akting ya guys.

Tangan Dian bergerak ke wajah Gani, membersihkan sisa makanan di sekitar bibir Gani. Rahmat yang melihat itu, merasa dadanya sesak. Tapi ia menutupinya dengan berpura-pura memperhatikan gadis itu.

"Thanks ya, Dian." Ujar Gani. Pipinya sedikit merona.

Rencana gue berhasil.

- Gani Pov -

Daritadi, Dian bertingkah aneh. Sebagai ketua kelas, gue merasa lalai dalam tugas untuk melihat perubahan murid di kelas.

Kenapa hari ini, Dian bertingkah manis seperti tadi? Jantung gue langsung berdetak cepat. Tidak..tidak! Gue gak mungkin langsung suka. Siapa tau ada udang di balik batu?

Satu lagi, gue juga merasa makin dekat sama Rahmat. Atau Rahmat yang dekatin gue? Gue gak habis pikir. Ada yang aneh dari kejadian hari ini.

Apa ada sesuatu yang direncanakan?

. . . . . . . . . .

Hari ini, gue berangkat sendiri. Gue masuk ke kelas dan disapa langsung sama Dian. Oke, Dian lagi.

"Selamat pagi, Gani!"

"Yo, pagi."

Gue duduk sendiri, Rahmat belum datang. Gue jadi merasa, kesepian(?)

"Elo lagi tungguin Rahmat, yah?" Tiba-tiba Dian udah duduk di samping gue aja. Gue cuma balas ngangguk doang.

"Menurut lo, Rahmat orangnya gimana?" Tanya Dian.

Untuk apa Dian bertanya seperti itu? Apa dia suka sama Rahmat? Kenapa dada gue kembali sesak, tapi kali ini lebih sesak dibanding kemarin.

"Dia ngeselin banget. Tapi, kadang baik juga, sih." Gue jawab seadanya aja.

"Oh, begitu. Rahmat, itu cantik ya?"

Anjay! Gue tiba-tiba aja tertegun. Gue berusaha untuk biasa aja di depan Dian.

"Rahmat itu cowok, gak mungkin dia cantik. Lo punya otak tapi gak dipakai untuk mikir apa."

"Tapi, kalau dibandingkan cowok lain dia emang cantik 'kan? Gak usah sok-sok deh lo."

Gue ngangguk. Njay! Tiba-tiba gue jadi merinding gini. Gue liatin Dian, matanya kok kayak berbinar-binar gitu? Gue yang salah liat atau emang nyata? Tau ah, bodo.

Akhirnya, Dian kembali ketempat asalnya. Mungkin karena Rahmat udah datang. Gue liatin tuh wajah Rahmat yang katanya cantik itu. Gue perhatikan wajahnya lebih detail. Dari rambut sampai, bibirnya.

Ya ampun! Gue baru sadar, Rahmat emang cantik kalau dilihat secara detail. Apalagi, bibirnya itu...

Astaga! Gue mikir apaan!? Sial! Gue gak boleh mikir macam-macam. Itu hal terlarang.

Gue masih mau normal!

- Author Pov -

Kelas begitu sepi kali ini. Hanya ada Fani dan Dian di dalamnya.

"Fan, rencana kita yang kedua berhasil! Gue yakin, tadi Gani mikir aneh-aneh. Gue ngakak!" Seru Dian antusias. Fani seperti biasa hanya mengangguk datar.

"Jadi sekarang giliran gue gitu?" Tanya Fani.

"Tentu saja! Lo tinggal kasih tau Rahmat tips-tipsnya aja." Fani kembali mengangguk.

Dian bersenandung kecil, sambil berjalan ke kantin. Fani tidak ikut, dia tengah fokus dengan novel barunya.

Dian mengedarkan pandangannya, dan melihat Farah dan Nisa duduk di pojokan kantin. Dian pun menghampiri mereka.

"Hello guys! Gue duduk bareng kalian yah."

"Gak boleh. Bayar dulu." Seru Nisa.

"Jahat benget lo, Nis. Padahal, gue ada hot news baru, loh." Goda Dian.

"Oke, lo boleh duduk di sini." Kata Nisa sok manis.

"Giliran ada hot news aja, langsung dibolehin."

Dian bercerita tentang rencananya bersama Fani. Farah dan Nisa hanya mendengar dengan seksama.

"Gue gak nyangka banget sama lo, Dian." Kata Farah terus terang.

"Tapi gue mau ikutan deh sama rencana lo. Gue juga suka ngeliat mereka berdua, bersama. Serasi banget!" Lanjut Farah.

Nisa menatap horor, kedua temannya.

Korban kedua. Teman gue pada kenapa sih otaknya

"Farah, thanks banget! Lo emang sohib gue!" Seru Dian. Kemudian Dian dan Farah saling toss.

Nisa menggelengkan kepalanya, "Terserah lo pada. Gue gak ikutan, biasa sibuk."

"Sok sibuk!" Seru Dian dan Farah bersamaan.

"Whatever! Yaoi lo berdua."

"Yaoi itu homo, mba. Kita ini cewek." Kata Dian sambil tertawa.

"Kayaknya otak lo, juga miring deh." Kata Farah.

Sial, gue ngerasa gila sendiri

- Fani Pov -

Jujur, gue gak sadar dengan apa yang gue rencanin sama Dian. Gue buat RahmatGani jadi dekat atau bisa dibilang shonen-ai?

Rencana kedua, gue bakal kasih tips gitu buat Rahmat. Gue juga akan jadi stalker RahmatGani. Menyusahkan, tapi gue suka.

Setelah Dian ke kantin. Gue liat Gani lagi duduk di taman, sendiri. Oke, gue bakal kesana diam-diam.

Sampai di taman, gue cari tempat yang aman. Gani kelihatan banyak pikiran, kasihan. Tiba-tiba mulut Gani berucap, dia lagi bicara atau apa? Gue rasa dia lagi bicara sendiri, tapi gak kedengaran. Gue cari tempat persembunyian yang lebih dekat.

"Apa iya gue suka sama Rahmat? Kalau iya, gue harus jauhin dia! Ini juga demi diri gue sendiri!" Gumam Gani, dia mengacak-acak rambutnya.

"Atau gue harus pindah sekolah?"

Gue diam. Sumpah, ini sangat-sangat gawat.

-Tbc-

Fujoshi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang