Happy Reading
.
.Kelas Dian tengah bersiap-siap untuk menampilkan Kartini-Kartono mereka. RahmatGani sedikit gugup tapi, mau tidak mau nanti mereka harus pede.
Setelah menunggu lama, akhirnya acara Kartini-Kartono telah dimulai. RahmatGani mendapat nomor urut 14.
"Lo udah siap, 'kan? Jangan gugup. Nanti lo jalan sambil tebar pesona gitu." Bisik Gani pelan dan dilanjut dengan anggukan Rahmat.
"Sekarang kita panggil peserta nomor 14 perwakilan dari kelas X Ipa 3!" Seru pembawa acara.
RahmatGani melangkahkan kaki mereka perlahan, tak lupa tangan mereka bergandengan. Beberapa siswa menatap aneh, ada juga yang biasa-biasa saja. Yap, karena Kartini-Kartono nya cowok.
"Pasangan gak normal nih,"
"Mereka gak malu apa? Kayak homo aja!"
"Wah, mereka cocok ya,,"
"Anjay, gue gak bisa mingkem.."
Suara riuh tepuk tangan serta teriakan terdengar jelas berasal dari Dian dan teman-temannya.
"Huuuu RahmatGani!!"
"Kalian cocok banget!!"
"Gue iri!! Mau juga digandeng Gani!"
Saat Rahmat tersenyum manis, siswa kelas lain sampai terpesona dibuatnya.
"Itu Rahmat? Njir cantik gila!"
"Gue masih waras, 'kan? Kok gue suka sama Rahmat!"
"Njir lo maho!"
Sekiranya begitu perbincangan siswa lain. Namun RahmatGani tak acuh menanggapinya. Mereka tetap jalan layaknya pasangan yang lain.
Sampai di dekat meja dewan juri, Rahmat berjalan ke arah kiri sedangkan Gani ke arah kanan. Mereka seakan-akan memberi salam pada semuanya. Lalu mereka berjalan ke tengah.
Saat itu juga, Gani menduduk bak pangeran dan memberi setangkai bunga kecil. Rahmat bingung, ia harus apa. Sebelumnya Gani bilang bahwa mereka hanya gandengan saja.
Gani mengedipkan matanya sebelah, seakan-akan mengkode agar Rahmat mengambil bunganya. Untungnya Rahmat mengerti dan melakukannya.
Tepuk tangan meriah serta seruan dari Dian dan teman-temannya kembali memenuhi lapangan.
Tiba saatnya untuk menjawab pertanyaan dari dewan juri seputar R.A Kartini. Untungnya sebelumnya RahmatGani sudah mempersiapkan. Syukurlah mereka bisa menjawab pertanyaannya dengan sangat baik.
Lalu mereka kembali, dengan sangat elegan dan dimeriahi kembali dengan suara tepuk tangan.
Sampai di kelas, RahmatGani disambut langsung oleh Dian.
"Anjir.. kalian berdua tadi so sweet banget! Gue kayak habis nonton anime shonen gitu! Lo berdua pasti menang!" Antusiasnya.
"Gue tadi juga foto kalian, lumayan nambah koleksi foto shonen live action!" Lanjut Dian.
Tiba-tiba Gani memeluk Rahmat, "Lo mau nambah koleksi, 'kan? Buruan foto, mumpung gue lagi baik."
Dian sempat terkejut dan berpikir sejenak 'ini beneran Gani?' Tapi ia tidak berlama-lama dan segera mengambil gambar RahmatGani.
Melihat hasilnya, Dian sangat puas. Saking puasnya, darah segar mengalir dari hidungnya.
"Parah lo, Di. Baru gitu aja mimisan." Tegur Rahmat. Dian tidak begitu peduli dengan Rahmat, ia sibuk mencari tissue.
"Nih, buruan tuh sumbatin di hidung lo!" Nisa memberikan tissue ke Dian. "Lo kok mimisan lagi, sih?" Tanyanya.
Rahmat angkat bicara,"dia tadi foto gue sama Gani pelukan. Terus dia udah mimisan aja."
Nisa menggelengkan kepalanya," bisa-bisa lo kehabisan darah. Ngerik gue!"
Rahmat tertawa, "Nis, pikiran lo udah parah. Cuma gue yang masih waras di sini." Sahut Rahmat pede.
Gani yang daritadi hanya mendengarkan, mulai angkat bicara,"cuma gue yang waras. Udah lah, terima aja."
Tiga pasang mata menatap tajam Gani.
"Eh, lo tadi meluk Rahmat."
"Ketua kelas kita 'kan, maho!"
"Lo tadi gandeng gue, loh.."
Skak. Gani diam. Ia tidak bisa menyela ucapan mereka. Kecuali ucapan ketua kelas kita maho, ia tidak setuju sama sekali. Ia merasa bahwa dia masih normal saja.
"Kenapa lo diam?"
"Berarti benar, 'kan?"
Giliran Rahmat yang ragu untuk bertanya,"lo suka sama gue, ya?"
Dan sekarang, tiga pasang mata melotot mendengar pertanyaan Rahmat.
Gue harus jawab apa!?
. . . . . . . . . .
Sejak acara Kartini-Kartono, RahmatGani semakin dekat. Sepertinya, Gani tidak memperdulikan lagi. Dia sudah belok atau enggak.
Dian juga sangat bahagia jika menge-stalk RahmatGani. Yap, karena dia fujoshi.
Event Kartini-Kartono, RahmatGani tidak mendapatkan juara. Mendengar hal itu, Dian sangat frustasi. Gadis fujoshi itu, sudah sangat berharap. RahmatGani juga, mereka mencoba memaklumi hal itu. Mencoba untuk berpikir positif.
Mungkin karena Kartini-Kartononya cowok-cowok
Gani mencoba untuk menyemangati kelasnya, "udah, gak usah frustasi gitu. Yang penting, kita semua happy di event kemarin,"
Fani yang mendengar keganjalan diperkataan Gani langsung menyeletuk, "ternyata elo bahagia juga, dipasangkan sama Rahmat."
Gani akui, dia skakmat.
"Mungkin. Gue sih, kalau kalian happy, gue juga. Intinya, kita bisa ikut lagi tahun depan. Kalau, masih sekelas."Seisi kelas pun, mulai bersemangat kembali. Tapi, mereka berpikir,,
Kalau masih, sekelas.
-Tbc-
![](https://img.wattpad.com/cover/66948119-288-k433320.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fujoshi
HumorEntah apa yang perlu dibanggakan, saat seseorang mengakui dirinya adalah fujoshi. Salah satu diantaranya adalah Adian Maulina, atau disapa akrab Dian. Ia memang masih pemula dalam hal ini. Namun tak disangka-sangka, ia akan sekelas dengan seorang u...