Five

2.6K 309 5
                                    

Happy Reading
.
.

- Author Pov -

Mendengar hal tersebut, Fani keluar dari tempat persembunyiannya. Gani langsung terkejut, "elo ngapain kesini?"

Fani duduk di samping Gani, lalu menepuk bahu pria itu "Please, lo gak boleh pindah." Tegas Fani, datar. "Lo, harus tetap di sini."

Gani diam, "tapi gue gak mau, kalau gue belok. Lo tau, masa iya gue suka deg-degan gitu sama Rahmat. Gue udah gila 'kan?" ujar Gani frustasi.

"Lo gak gila. Gue, biasa aja kalau elo dekat sama Rahmat. Masalah deg-degan sih, menurut lo aja kali." Jelas Fani.

"Lo itu seme, tapi kok baperan. Cuma gitu doang kok." Lanjutnya.

Gani bengong. Ia jadi bingung sendiri.

Gue rasa, Fani nyembunyiin sesuatu. Gue yakin banget.

"Fan, gue pergi ya. Lagian bentar lagi bel bunyi." Lalu Gani pergi, sedangkan Fani dia masih duduk di bangku. "Gue harus kasih tau Dian."

. . . . . . . . . .

Dian membaringkan tubuhnya di kasur. Kepalanya pusing setelah mendapat kabar dari Fani, kalau Gani berencana untuk pindah sekolah. Gani juga menolak kalau dia belok.

Jadi se-susah ini yah, buat orang jadi shonen-ai.

Drrt..drrt..

"Halo?" Dian membuka suara.

"Di, gue mau kerumah lo. Se-ka-rang."

"Ya udah sini aja kali, Gan."

15 menit kemudian

Gani sudah berada di kamar Dian.

"Dian, gue mau lo jelasin semuanya!" Tegas Gani.

"Jelasin apaan sih? Gue gagal paham," Dian tidak serius menanggapi Gani.

"Gue yakin, kalau elo sama Fani lagi nyembunyiin sesuatu, 'kan? Ini masalah gue sama Rahmat." Kata Gani dingin. Mata Dian langsung melotot, kaget.

Apa gue kasih tau aja kali ya? Tapi pasti rencana gue pasti gagal total

"Kalau lo gak jelasin, gue bakal pindah sekolah. Se-ce-pat-nya." Gani sangat serius, ia penasaran apa yang disembunyikan oleh Dian dan Fani.

Dian membuang nafasnya asal, "oke, gue bakal kasih tau semuanya. Tapi janji ya, lo gak marah sama gue, Fani sama Rahmat." Gani mengangguk.

Dian menarik nafas lalu mengeluarkannya dengan pelan. Ia mulai menceritakan rencana gilanya itu, untuk membuat RahmatGani menjadi shonen-ai yaitu, pasangan sesama cowok yang romantis tapi gak sampai seksual. Gani mendengarkan dengan seksama, sesekali ia melotot tajam ke Dian. Yang di pelototi hanya menyengir tidak jelas.

"Jadi gitu, gue minta maaf, deh. Gue janji gak bakal ngelanjutin rencana gila itu. Tapi please, lo jangan pindah, kasihan Rahmatnya. Nanti dia kesepian. Ups!" Secara refleks Dian menutupi mulutnya.

Ia merutuki dirinya sendiri,
I

ni mulut kenapa gak bisa diajak kompromi sih!

Gani diam, ia memijit pelan keningnya. "Ya gue maafin kalian, tapi untuk minggu ini gue mau tenangin pikiran gue. Kok gue berlebihan banget, sih?"

Tiba-tiba saja, Dian tertawa kencang, "Ternyata bener yah kata Fani, elo baperan banget. Sadar woy, elo itu seme. Jadi lo harus cool or something like that."

"Satu fakta yang gue baru sadar, ternyata elo itu.. fujoshi?" Dian kembali tertawa, bahkan dia sudah ngakak sambil mukul meja.

"Apa yang lucu, sih?" tanya Gani heran.

"Lo baru nyadar kalau gue fujoshi? Kudet banget si, elo! Lo sebagai ketua kelas harusnya tau, aktivitas gue di kelas."

"Emang elo ngapain aja, sih di kelas? Perasaan normal-normal aja." Gani semakin bingung dibuatnya.

"Gue baca manga yaoi. Paham kan, lo?" Dian menaik-turunkan alisnya.

"Terserah lo, deh. Gue gak mau, kalau gue sampai pingsan di sini. Gue mau balik." Pamit Gani.

"Sana lo pulang. Dasar cowok baperan." Ejek Dian, ia kembali tertawa.

"Weh fujo, gak ada yang lucu! Sinting lo!"

"Emang gue sinting. Baru nyadar lo?"

"Gue ngalah, adu bac*t sama elo. Gue pergi." Gani pun menghilang di balik pintu, dan menyisakan Dian yang masih tertawa tak jelas di kamarnya.

"Rancana gue gatot alias gagal total. Miris banget gue. Sebagai fujoshi, gue masuk kategori apa yah, kira-kira?" Dian masih saja setia dengan tawanya juga dengan khayalannya.

"Anjir, gue udah gila sampai ketawa sendiri. Gue harus periksa ke dokter." Dian menatap wajahnya di depan cermin.

"Tau deh, gue mau lanjut baca doujin yang baru."

-Tbc-

Fujoshi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang