Dating With The Drak

701 46 8
                                    

Chapter 7

Kyuhyun ada di sana. Menatap dari kejauhan di dalam sebuah rumah yang tepat berada di depan rumah putih itu. Kyuhyun memang sengaja membeli rumah ini jika saatnya tiba. Matanya terus menatap ketika Ryeowook memasuki rumah itu.

Dia tidak bisa menahankan apa yang bergejolak di benaknya dan memejamkan matanya. Akankah Ryeowook menyadarinya? Menyadari Kyuhyun yang menunggu saat-saat ini tiba? Menunggu sekian lama dalam kegelapan untuk Ryeowook?
Matanya menyorot tajam ketika melihat pintu rumah itu terbuka dan Yesung menggendong tubuh Ryeowook yang pingsan terkulai tak berdaya. Gerahamnya mengeras, menatap sosok Yesung yang lengannya melingkari tubuh Ryeowook.
Tidak bisa dibiarkan..... memang waktunya akan segera tiba.

***

Aroma kopi yang familiar menyentuh hidung Ryeowook, membuatnya mengerjapkan mata dan mengernyitkan keningnya, kepalanya terasa pening seperti dihantam sesuatu, dia membuka matanya dan menyadari bahwa dia berada di dalam kamarnya sendiri.
"Kau sudah sadar? Kau ingin secangkir kopi?" ranjangnya bergemerisik ketika Yesung duduk di kaki ranjangnya, membawa secangkir kopi yang mengepul panas.

Ryeowook berusaha duduk pelan, dan menatap Yesung yang tersenyum penuh rasa bersalah,
"Aku tidak tahu orang yang habis pingsan boleh minum kopi atau tidak." Yesung menatap Ryeowook lembut, "Hanya saja aku tahu kau menyukainya."
Ryeowook mau tak mau membalas senyuman lembut itu, "Terimakasih." Bisiknya pelan ketika Yesung menyodorkan cangkir kopi itu ke bibirnya, dia menerimanya dan menyesapnya pelan.

Rasa pahit bercampur manis yang tajam langsung mengembalikan kesadarannya, Ryeowook menyerahkan kembali cangkir kopi itu kepada Yesung dan lelaki itu meletakkannya di meja kecil di dekat ranjang.
"Aku pingsan." Itu pernyataan, bukan pertanyaan.

Yesung menganggukkan kepalanya, "Langsung pingsan setelah melihat lilin berwarna biru itu, sama seperti kejadian di restoran itu."
Ryeowook menghela napas panjang, kelebatan ingatan itu membuat jantungnya berdenyut pelan. Lilin berwarna biru sejumlah sembilan buah yang disusun setengah melingkar di dalam kamar rumah itu memang tidak menyala, berbeda dengan yang direstoran. Tetapi efeknya sama, menghantamnya sekeras badai.

Pertanyaannya.... Kenapa?
Ryeowook mulai merasa pening karena tidak menemukan jawaban. Dengan lembut Yesung mendorongnya kembali ke ranjang dan menyelimutinya,
"Jangan dipaksakan, kau akan ingat nanti, pelan-pelan ya, sekarang istirahatlah." Lelaki itu berdiri lalu membungkuk di atasnya, sejenak meragu, tetapi kemudian mengecup keningnya, membuat Ryeowook memejamkan mata.

Ketika Yesung melangkah meninggalkan kamar itu, Ryeowook menatap nyalang ke langit-langit kamarnya, merasa bingung.

***

"Aku tidak tega melakukan ini kepadanya, sepertinya setiap dia berusaha mengingat, dia pingsan." Yesung bergumam kepada atasannya melalui telepon.

Atasannya terdiam, tampak berpikir, kemudian berkata, "Kau harus membuatnya ingat, Yesung. Hanya ingatannyalah yang bisa membantu kita menemukan "Sang Pembunuh". Kau tahu hanya Ryeowook dan ayahnyalah yang pernah bertatap muka dengannya. Ayah Ryeowook sudah meninggal, jadi hanya Ryeowook satu-satunya harapan kita."
Yesung menghela napas, menyadari kebenaran kata-kata atasannya. Tetapi melihat Ryeowook yang pucat dan begitu rapuh itu membuat hatinya sakit. Bagaimana nanti kalau Ryeowook menyadari kebenarannya? Sekarang Yesung tidak boleh mengatakannya... tetapi pada saatnya nanti, Ryeowook akan tahu.. dan dia akan... hancur.

***

"Kami harus menjagamu, berbahaya kalau kau ada di rumah sendirian, "Sang Pembunuh" bisa datang kapan saja dan membunuhmu."
Ryeowook mengernyit mendengar perkataan Yesung. Entah kenapa batinnya masih belum siap. Kemarin hidupnya baik-baik saja, tanpa kecemasan apapun, mulai menapak hidup seperti manusia biasa saja.

Dating With The Drak Vesri KyuwookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang