CUPID CAKE

5K 398 2
                                    


CUPID CAKE
PART 5
By : Zasa Emeralda

Sudah tiga puluh menit yang lalu Raka dan Mia menjadikan dapur tempat bernaung, setibanya mereka di Apartemen Raka. Telur yang tergeletak di meja, wadah - wadah berisi gula dan tepung yang telah di timbang. Suara Mixxer yang berseru seekali berhenti bergantian dengan seruan Mia yang memberi penjelasan ini-itu dalam membuat cake_meski ia belum pernah membuatnya.

"Butter dan gulanya di kocok dengan mixxer hingga tercampur rata dengan kecepatan sedang."

Mia menjelaskan tahap demi tahap membuat Red Velvet, menerjemahkan tahap - tahap yang tertulis di buku resep dengan kata - kata yang bisa di mengerti, agar lebih mudah di cerna Raka. Raka menatap Mia dengan serius, secara bergiliran beralih menatap adonan yang tengah di buat berulang kali. Lelaki itu terdiam terpaku, hanya sesekali ber-Oh, dan menjawab "Ok", "Iya aku tahu.", "Mudah ternyata." Sembari mengangguk (mungkin) paham.

"Setelah tercampur sempurna dan menjadi seperti ini, tambahkan dua butir telur, masukan satu demi satu."Mia memecah sebutir telur dengan satu tangan tanpa mematikan mixxer, membuat Raka takjub melihat gesitnya tangan Mia. "Kalau sudah mulai mengembang, masukkan telur kedua."

Lenggang sejenak, lalu Mia mematikan mixxer seketika, merasa ada yang ganjil.

"Tunggu?"katanya. "Kok, kau diam saja ya?"Mia melirik Raka sebal yang malah menatapnya polos.
"Diam? Tidak aku memperhatikanmu!"
"Kau harusnya ikut membuat juga, praktek langsung. Kapan bisanya kalau mengocok adonan tidak bisa, hanya bengong saja!"ujar Mia ketus, lantas memberikan alat mixxer itu ke Raka. Mixxer di nyalakan, Raka pun mengocoknya.

"Tunggu sebentar, aku kelupaan sesuatu."Raka menyerahkan mixxer itu ke tangan Mia dengan paska, lalu menghambur pergi.
"Hei, jangan alasan ya."

Mia memperhatikan dari jauh Raka yang duduk rapi, meletakkan sebuah kotak kaca ( di pangkuannya, kemudian meraih sweater krem miliknya, meletakan ke atas meja. Lelaki itu membuka kotak kaca tersebut seperti membuka pintu lemari.

"Apa yang sedang kau lakukan?"tanya Mia heran.Raka melirik ke arah Mia, dengan sorotan tajam. "Memasukkan Sweater kedalam kotak ini. Memangnya kurang jelas."

"Maksudku, kenapa kau menyimpan sweater-nya kedalam kotak? Kenapa bukan di simpan di lemari baju saja?"Sorotan mata Raka melunak. "Ini bukan Sweater biasa yang di simpan di lemari dan di pakai setiap saat, Mia."sorot mata itu tampak menyedihkan, seolah ada luka yang mengores, yang menyisir senyuman lelaki itu.

"Sweater ini adalah hadiah yang ibuku berikan saat aku berulang tahun ke-13, sebelum dia meninggal."ucap Raka datar.

Suasana berrubah, Mia mematikan alat mixxer dan menatap Raka penuh iba.

"Ibuku suka sekali membuat kerajinan, terutama memasak, menjahit, merajut. Dia pailing mahir. Ibuku merajut Sweater ini khusus untukku seorang diri saat dia sakit."
"Sakit?"Mia mengatup mulutnya dengan tangan.
"Iya, ibuku punya penyakit jantung sejak dia masih muda."Raka terhenti, menghela nafas berat. "Dan waktu itu ibuku di rawat inap keluar- masuk rumah sakit dua kali, selama sebulan lebih. Penyakitnya kambuh. Padahal aku belum pernah melihat ibu jatuh sakit, meski aku tahu dia punya penyakit jantung yang sewaktu - waktu bisa kambuh."

"Saat itu aku masih kecil, tidak tahu apa - apa. Aku tak tahu apa penyebab penyakit ibu kambuh. Dia orang yang ceria, selalu tersenyum, membuatkanku sarapan tiap pagi, membuatkanku makanan manis setiap minggu, membuat kreasi masakan, mengantarkan susu hangat ke kamarku dan mengecup keningku sebelum tidur."masih melekat di ingatan Raka memori - memori indah itu.

Senyuman hangat, ucapan "selamat pagi" yang terlotar dari ibunya sambil meletakkan sepiring nasi goreng atau roti isi. Kudapan manis yang tersaji setiap minggu sepulangnya dari bermain. Atau kadang Raka mendapati ibunya sedang sibuk di dapur, menyempatkan diri menyapanya sambil membawa segelas minuman dingin menyambutnya pulang selepas bermain dan berkata "Maaf, kue-nya masih di oven, Raka masih belum bisa mencicipinya, minum ini dulu ya!" lalu mengusap - usap rambutnya penuh sayang. Aroma kue yang sedang di panggang, selalu melatar belakangi suasana itu. Dan kecupan hangat ibunya, yang selalu di berikan setelah Raka menghabisakan susu yang selalu di antar ke kamar sebelum tidur.

CUPID CAKE (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang