CUPID CAKE

4K 395 0
                                    


CUPID CAKE
PART 7
By : Zasa Emeralda

"Gisel tunggu! Akan kujelaskan semuanya padamu."Raka terhenti begitu melihat langkah Gisel terhenti.

Gadis itu berbalik arah menatapnya kesal dengan tangan bersedekap.
"Jelaskan apa? Apa adegan itu masih belum jelas! Raka aku tidak buta."
"Maksudku..."Raka terengah - engah, berusaha mengatur nafas untuk bicara, namun Gisel lebih dulu memotong.

"Kau mengecewakanku Raka, ternyata kau tak sebaik yang kukira, tak seunggul yang kukira." Gadis itu menyipitkan mata, menatap Raka intens. Bila sudah seperti ini, Gisel tak lagi nampak seperti bidadari pujaan Raka.

"Kupikir kau lebih unggul dari semua lelaki yang aku kenal. Tapi ternyata aku salah."
"Apa maksud perkataanmu Gisel?"giliran Raka yang menyipikan mata memandang gadis di hadapannya dengan curiga.

"Kau tidak seperti yang kupukirkan Raka, walau kau memiliki segalanya, dan mampu membahagiakanku. Tapi nyatanya yang lain jauh lebih unggul daripada kau. Dan anehnya lagi kau memilih bersama gadis murahan itu di bandingkan gadis - gadis lainnya. Itu membuatmu menjadi rendahan sama seperti dia!"

Raka menggubris sindiran Gisel mengenai Mia, itu tidak penting. Apa yang di maksud Gisel dengan yang lain?

"Tunggu, jadi maksudmu kau memiliki seseorang selain aku?"
"Tentu saja iya. Aku itu terkenal dan begitu cantik, jadi jelas ada banyak lelaki yang ingin memilikiku."Gisel mengibaskan rambutnya penuh pesona.

Gisel, gadis yang di nobatkan paling cantik di kampus, tentu saja menjadi prmadona para lelaki.

"Apa kau pikir aku hanya milikmu saja? Oh, ayolah Raka semua orang butuh hiburan."
"Jadi selama ini? Kau?"suara Raka tercekat, tidak percaya atas pengakuaan Gisel"Padahal aku selalu mengutamakan dirimu, memujamu." Dan menjadikanmu wanita kedua yang kucintai setelah ibuku, batin Raka mengucap. Rasa getir dan kepahitan itu merangkak naik memasuki relung hati.

"Maaf Raka kalau aku tidak cerita padamu. Aku tidak bisa menolak mereka. Kau saja yang terlalu polos dan bodoh hingga tak menyadarinya."

Polos? Tidak Raka tidaklah polos. Tidak sejak beberapa tahun terakhir setelah kepahitan itu datang, merenggut ke bahagiannya dan masa kanak - kanaknya yang penuh cinta kasih dari ibunya. Semua kepahitan itu telah menyita kepolosan bocah yang dulu ada. Raka tumbuh menjadi lelaki yang kuat, tidak lemah dan cengeng. Ia tidaklah polos, ia hanya bodoh hingga mampu di bodohi oleh pujaan hatinya.

"Tapi sungguh, pemandangan tadi membuatku kecewa padamu, tapi membuatku juga telah menyadarkanku bahwa kau tak seunggul yang aku pikirkan."tambah Gisel.

"Baiklah kalau begitu, kita akhiri semua ini."suara Raka terdengar pelan namun tegas.

Lelaki itu telah menguatkan hatinya sehingga rasa getir dan pahit itu tak mampu mendorongnya terjatuh kedalam kepahitan hidup kembali.

Raka menatap Gisel lekat - lekat dengan tatapan tajam yang menusuk seperti pisau.

"Namun, ada satu hal yang perlu kau ketahui. Aku lebih baik memilih menjadi polos dan bodoh seperti ini, hingga bisa di bodohi dan di perdaya. Daripada menjadi dirimu ibarat permen yang kerubungi banyak orang, namun setelah di cecap, hilang rasa manisnya, kau akan di buang seperti sampah yang pantas di injak - injak. Kau lebih murahan daripada sampah, Gisel."kata - kata itu meluncur mulus dengan suara yang cukup lantang, hingga orang - orang di lobi Apartemen, mengarahkan mata ke arah mereka, bak menonton pertunjukan opera.

Bibir Raka terangakat, tersenyum penuh kemenangan, tak peduli dengan keadaan sekitar. Lelaki itu berbalik arah berjalan dengan santainya meninggalkan Gisel.

Gadis itu berteriak kesal, "Hei, apa kau bilang? Jangan mengolokku di depan umum! Kau harus membayarnya Raka!"

Raka menepuk bahu seorang securty di lobi Apartemen, "Pak tolong amankan dia, jangan biarkan dia masuk apartemen ini. Gadis itu penggangu, seperti pesikopat."katanya sambil mengacung.

Raka melangkah kembali, mengabaikan dua orang securty yang sibuk menggiring Gisel yang terus berceloteh marah, menuju pos keamanan di apartemen tersebut.

******

"Mia ayo kita lanjutkan lagi...."Raka yang masih bersandar di pintu, membasuh peluh, suaranya terhenti saat mendapati Apartemen-nya sunyi dan tak terlihat sosok Mia di dapur.

Raka melangkah menuju dapur untuk memastikan.

Tak ada sosok Mia, gadis yang pantas di nobatkan menjadi gadis terpolos dalam sejarah hidupnya. Sekarang yang Raka dapati hanya Red Velvet yang telah keluar dari oven, yang menguarkan aroma masnis, yang telah berlapis Frosthing putih terang ke seluruh permukaan cake yang bulat. Frosthing Cream Chesse yang paling sempurna dan cocok untuk cake berwarna merah itu. Mata Raka di kagetkan oleh sesuatu, bukan lagi karena hilangnya Mia, tapi karena remahan - remahan merah dari cake tersebut yang telah membentuk huruf - huruf yang membuatnya terkejut saat membacanya. "Maafkan aku telah menjadi perusak, menghancurkan apa yang kau miliki. Forgive me."

Raka mengepal tangannya. Pesan ini pasti di tunjukan padanya. Mia, gumam Raka dalam hati. Raka memotong Red Velvet itu, hingga nampak lapisan - lapisan merah warna cake yang di selingi lapisan - lapisan putih warna Frosthing, kemudian meletakannya ke piring putih kecil, lalu menyendoknya. Tanpa Raka sadari sebulir bening meluncur di pipnyai, saat mengunyah cake tersebut. Air mata itu melucur beriringan dengan detak jantung yang mengalun cepat. Kenapa aku menangis? Perasaan apa ini? Benak Raka bertanya - tanya. Raka terdiam sejenak. Ia harus mencari jawaban atas perasaan ini.

******





CUPID CAKE (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang