Chapter 2

117 11 1
                                    

Sinar matahari yang mulai masuk melewati celah-celah jendela kamar, membuatku perlahan membuka mata sambil mengumpulkan kesadaran. Kupandangi jam yang terpajang didinding kamar, sudah menunjukkan pukul 05.30. Segera aku bangkit dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi.

Kupandangi dimeja makan sudah ada papa, dan mama sepertinya mereka menunggu kehadiranku. Aku menuju meja makan sambil melakukan kebiasaanku. (mengucapkan selamat pagi dan mencium pipi mereka satu per satu)

"Sayang nanti mama nggak bisa jemput kamu. Papa sama mama ada acara." ujar mama yang berhasil membuatku tersedak saat aku meminum susu.

"Mangkannya kalau minum itu bismillah dulu. Jangan main minum aja." tegur papa yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.

"Yahh ma kok nggak bisa jemput sih? Terus aku pulangnya gimana? Masak iya aku harus jalan kaki dari sekolahan sampe rumah. Kan jauh ma. Mama nggak kasian apa? Kan bisa nanti berangkatnya habis jemput aku." jawabku panjang lebar dengan muka memelas.

"Nggak bisa sayang, kamu pulang bareng Grevita aja kan bisa. Rumahnya deket sama kita kan, nggak jauh-jauh banget."

"Ahh mama ngeselin. Ya udah nanti aku tanya sama dia bisa atau nggak. Oh ya ma aku nanti kayaknya pulang sekolah langsung kerumah Nawang mau kerja kelompok." pamitku pada mama.

"Iya, hati-hati. Mungkin papa sama mama pulangnya agak malem, jadi kunci pintu rumah mama taruh di bawah pot bunga ya."

"Iya"

Setelah sarapan aku bergegas menuju sekolah dengan diantar papa.

***

Sampai disekolah aku langsung bergabung dengan teman-teman ku yang ada dikelas sambil menunggu bel masuk berbunyi. Bercanda, bercerita, tertawa bersama, ya itulah kebiasaan kami setiap kali kita berkumpul.

"Eh Del, lihat deh itu bukannya Aziz sama Lailil ya? Kok mereka jalan bareng? Rumah mereka kan jauhan." ujar temanku bernama Collia.

"Ah nggak mungkin itu mereka. Salah lihat mungkin kamu." jawabku tak percaya sambil fokus dengan makananku. Karna aku sudah tau pasti Collia akan menipu ku lagi kali ini. Sama seperti hari-hari yang lalu. Collia termasuk dalam kategori gadis kedua yang menyebalkan dikelasku setelah Ismi.

"Ih nggak percaya an banget. Itu lihat dulu makannya!"

Dengan malasnya aku memutar badanku dan melihat apakah benar Lailil sedang berjalan menuju kelas bersama Aziz.

Dan ternyata apa yang dikatan Collia benar. Mereka berdua berjalan bersama. Kok bisa? Padahal jarak rumah Aziz ke rumah Lailil kan jauh, apa mungkin Aziz rela jauh-jauh ke rumah Lailil hanya untuk menjemputnya?

Aku saja yang rumahnya dekat namun tidak terlalu berdekatan tidak pernah merasakan bagaimana rasanya dijemput Aziz.

"Tuhh benerkan aku nggak bohong." ujar Collia lagi.

"Udah nggak usah baper. Mungkin aja mereka nggak berangkat bareng. Cuma masuk gerbangnya yang bareng." ujar Grevita yang mungkin mengetahui perubahan ekspresi dan sikap ku setelah tau peristiwa yang menyakitkan bagiku.

***

AZIZ POV

Sekolah masih tampak sepi, aku lebih memilih pergi ke taman samping yang dekat dengan sekolah. Disini sangat indah, banyak pohon, banyak tanaman-tanaman bunga, dan ada danau buatan yang tidak begitu luas. Udaranya pun sejuk. Tempat favoriteku.

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang