"Hai ziz" sapaku.
Merasa namanya dipanggil, dia yang tadinya berdiri menghadap ke danau buatan kini sudah berbalik badan dan memandang ku. Kalian tau, baru kali ini dia menampilkan senyumnya itu dihadapanku. Senyuman yang sangat aku sukai, karena senyumam itu menambah kadar tampannya. Oh Tuhan beri aku oksigen, aku tidak kuat melihat ketampanannya!
Dia berjalan menghampiriku, aku benar-benar tidak tau apa yang dia inginkan, dan aku tidak tau apa yang harus aku lakukan saat ini. Jujur, aku sangatlah gugup dan tanganku juga dingin.
"Hai" balasnya. Dia menampilkan senyumannya lagi. Tanpa basa-basi dia menarik tangan kanan ku, membawa ku ke tepi danau. Disana ada kursi panjang berwarna putih, kami berdua duduk dikursi itu.
Berbagai pertanyaan muncul diotakku. Bagaimana tidak, secara tiba-tiba tadi di kantin dia mengirim pesan singkat mengajakku ke taman, lalu ketika aku sampai di taman dia berperilaku manis. Sebenarnya ini serius atau tipuan Aziz saja?
Kalaupun Aziz hanya berpura-pura aku hanya ingin minta satu hal Tuhan. Berhentikan waktu kali ini sebentar saja.
Seperti halnya dicerita dongeng. Aku tidak ingin momen seperti ini hanya beberapa saat, biarkan aku menikmatinya walau hanya sebentar."Malam nanti ada acara?" tanya Aziz ketika kami berdua sudah duduk dikursi.
"Tidak, aku dirumah. Ada apa?"
"Aku ingin mengajakmu pergi berdua denganku, hanya jalan-jalan. Menikmati satnight. Mau?"
Apa? Aziz mengajakku jalan-jalan? Berdua? Apa aku tidak salah dengar? Tuhan apakah ini nyata? Apakah Aziz serius? Kesambet setan apa dia, bisa mengajakku jalan-jalan? Tapi kenapa harus aku, kenapa tidak dengan Lailil saja?
Dalam hati aku sangat bahagia, tidak perlu ditanya aku sudah pasti mau berjalan-jalan dengannya. Tapi aku tidak langsung menerimanya, aku berusaha untuk tenang agar rasa bahagia bercampur gugup itu tidak terlihat oleh Aziz.
"Em, kenapa harus aku yang kamu ajak? Kenapa tidak Lailil? Bukankah kamu sedang dekat dengannya?" tanya ku berhati-hati takut kalau dia tersinggung.
"Tolong untuk kali ini jangan membahas dia, aku tidak ingin mengajaknya. Aku hanya ingin mengajakmu. Kalau kau tidak mau tidak apa." jawab Aziz dengan nada kecewa. Dia kira aku akan menerima tawarannya, tapi ternyata aku malah menanyakan hal yang menurut dia tidak penting.
Dia berniat meninggalkan taman untuk pulang, namun karena namanya kupanggil sebelum dia melangkah lebih jauh, akhirnya dia menghentikan langkahnya.
"Aku tidak bilang kalau aku tidak mau, aku hanya bertanya kenapa harus aku yang kau ajak. Apa dari kalimat itu aku menyatakan bahwa aku menolak tawaranmu." aku berdiri dari tempat duduk dan menjelaskan maksud pertanyaan ku tadi.
Aziz terpaku ditempat, menunggu ucapan ku selanjutnya.
"Aku mau." lanjutku dengan nada lirih sambil tersenyum dan menampilkan rona merah dipipiku. Aziz yang tadinya terdiam ditempat kini berbalik menatapku.
"Aku jemput nanti malam pukul 19.00. Berpakaianlah yang sopan." ucap Aziz setelah itu dia pergi meninggalkan ku sendirian ditaman. Kebiasaan.
Memangnya nanti malam mau kemana? Tanpa kau suruh pun aku pasti berpakaian sopan, kan tidak mungkin aku memakai baju tidur ataupun baju renang.
Tunggu nanti malam aku akan keluar bersama Aziz menikmati satnight? Tuhan terima kasih. Akhirnya aku dapat menikmati momen yang paling aku tunggu-tunggu bersama Aziz. Dengan perasaan bahagia, aku pergi meninggalkan taman.
***
Dari kamarku terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras dari luar rumah, yang sudah pasti itu Aziz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream
Teen FictionKisah seorang gadis yang mengejar cintanya kepada pria yang dingin, cuek, acuh masalah cinta. Seorang gadis yang hanya mampu melihat orang yang ia suka dari kejauhan. Menyukainya dalam diam. Tidak berani mengukapkannya. Dia hanya bisa bermimpi un...