Chapter 9

67 8 6
                                    

Andai engkau tahu
Betapa kumencinta
Selalu menjadikan mu
Isi dalam doaku

Kutahu tak mudah
Menjadi yang kau pinta
Kupasrahkan hatiku
Takdir kan menjawabnya

Jika aku bukan jalan mu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Kukan memilikimu
Jodoh pasti bertemu.

Alunan lagu yang dinyanyikan oleh Afgan,
menemani soreku pada hari ini.

Sambil menunggu waktu sebelum aku pergi ketaman kota, aku memilih berdiam diri dikamar dan mendengar kan alunan lagu yang aku putar di ponsel. Lirik lagu yang berjudul Jodoh Pasti Bertemu itu sangat mewakili perasaan ku seakan-akan lagu itu seperti bercerita tentang kisah cinta yang aku alami.

Sedang asik mendengarkan lagu tiba-tiba aku dikejutkan datangnya Ismi yang sekarang berdiri diambang pintu kamarku dengan wajah sumringah. Mama dan papaku sedang ada urusan, jadi aku dirumah sendirian dan pintu depan memang tidak aku kunci, hal itu membuat Ismi dengan leluasa masuk rumahku.

"Del, ayo buruan! Jadi aku traktir nggak?" tanya Ismi. Sudah masuk rumah orang tidak salam, sekarang tiba-tiba datang langsung ditanyain.

"Kamu tuh kebiasaan banget. Dateng tiba-tiba, kayak jelangkung aja. Iya jadi, kamu tunggu diruang tamu deh nanti aku nyusul."

Ismi pun meninggalkan kamarku, dan aku langsung membereskan kamar karena nanti kalau mama pulang kondisi kamar aku berantakan bisa kena marah aku.

Setelah semua selesai, aku menyusul Ismi diruang tamu dan ternyata disana tidak hanya Ismi. Sudah ada Frenda, Herlambang, Nawang, dan Grevita. Bukannya tadi siang janjian di taman kota ya, kok mereka pada jemput aku.

"Loh kok pada disini? Tadi katanya ditaman kota." tanyaku bingung.

"Iya tadi kita semua udah ditaman kota, eh lo nya belum dateng. Nah kebetulan Herlambang bawa mobil, jadi sekalian jemput lo deh." jelas Nawang.

"Ya udah berangkat yuk! Keburu malem." seru Grevita.

"Ismi ntar makannya di tempat makan langganan Frenda aja ya, disana murah tapi enak. Terus gua ngajak temen, dia langsung datang kesana." ucap Herlambang.

"Iya" jawab Ismi.

Kami semua berangkat dengan mobil Herlambang. Diperjalanan, lagi-lagi pikiranku tidak lepas dengan masalah yang aku alami.

Kapan ya Aziz bisa buka hatinya buat orang lain?

Kapan ya Aziz sadar kalau aku suka sama dia?

Mimpi. Beribu kali kata itu selalu menjawab semua pertanyaan yang ada di pikiran ku. Meskipun itu hanya sekedar mimpi, apa itu tidak bisa menjadi nyata?

Diperjalanan aku tidak banyak berbicara, aku lebih suka melihat jalanan dari kaca mobil.

***

Tempat makan ini tidak asing bagi ku, tempat yang dulu pernah aku datangi bersama Collia ketika bertemu dengan Rafly. Kami semua turun dari mobil dan masuk kedalam tempat makan itu.

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang