"Hai. Maaf ya aku telat" ucap lelaki itu dan langsung duduk di samping Collia.
Delisia mengalihkan pandangannya kepada sosok lelaki itu. Betapa terkejutnya dia saat mengetahui siapa yang datang. Jadi ini cowok yang selama ini Collia ceritakan, Collia sebut dengan cowok perpustakaan hanya karena kejadian tak sengaja dia menabrak Collia yang sedang membawa banyak buku dan dibantu oleh dia.
Cowok yang membuat jatuh hati kepada dia karena lesung pipitnya. Rafly? Memang dia yang sekarang duduk berdua dihadapan Delisia. Raut wajah Rafly juga begitu terkejut saat melihat Delisia ada disitu juga.
"Delisia? Kamu disini juga?" tanya Rafly penarasan.
"Iya, tadi niatnya pengen tau cowok yang mau nemuin Collia. Eh ternyata kamu Raf." jawab Delisia sambil tersenyum kecut. Ada rasa yang mengganjal dihati Delisia saat melihat wajah bahagia Collia dengan Rafly.
"Loh kalian udah saling kenal ternyata? Yah tau gitu aku nggak ngajak kamu, Del." Collia tidak sadar apa yang dia ucapkan membuat Delisia sedikit tersulut emosi. Karena memang dia adalah tipikal cewek yang mudah tersinggung dan tersulut emosi. Ditambah Delisia sedikit merasa cemburu bahwa orang yang dia suka tengah dekat dengan cewek lain, apalagi cewek itu temannya sendiri.
Itu sudah menjadi kebiasaan para wanita, jika dia memiliki seorang sahabat cowok atau dia sedang suka dengan cowok itu pasti dia akan merasa cemburu jika cowok itu dekat dengan wanita lain.
"Ya udah mendingan aku pulang." saat Delisia bangkit dari duduknya dan ingin meninggalkan Collia, sebuah tangan menahan langkahnya. Kejadian itu membuat semua mata tertuju kepada mereka tak terkecuali dengan Aziz dan dua sahabatnya.
Aziz menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan, begitu juga dengan perasaannya. Delisia yang ingat bahwa ada Aziz ada disitu juga langsung menoleh ke meja makannya dan Aziz mengalihkan pandangannya kepada makanan yang ia makan.
"Rafly lepasin tangan aku! Aku mau pulang" bentak Delisia sambil meronta-ronta berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman Rafly.
"Kenapa? Disini saja, apa kamu marah dengan ucapan Collia? Dia bercanda." ucap Rafly dengan lembut namun tangannya tetap memegang pergelangan tangan Delisia.
"Del kamu marah? Aku kan bercanda. Jangan marah dong. Nanti aku pulang sama siapa kalau kamu pergi duluan?" Collia memandang Delisia dengan tatapan memohon.
"Aku nggak marah. Aku memang mau pulang, ini acara kalian berdua. Tidak pantas kalau aku ada disini. Kamu kan bisa pulang dengan Rafly." emosi Delisia sedikit menurun. Setelah Delisia berkata seperti itu Rafly perlahan melepaskan genggamannya, lantas Delisia pergi meninggalkan tempat makan itu.
Aziz yang mengamati kejadian itu dari tadi, hanya memandangnya dengan datar.
"Woy, makanannya jangan di diemin dong. Lihatin Delisia mulu, lo suka?" ucap Herlambang yang dari tadi memperhatikan Aziz.
"Apaan sih lo. Nggak mungkin lah gua suka sama Delisia, ngaco lo."
"Ya udah buruan habisin tuh makanan terus kita cabut." ucap Frenda.
***
Ditaman kota yang pernah dia datangi dengan Aziz, sekarang dia berada. Melihat hiruk piruk ramainnya jalanan kota dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang entah kemana.
"Tuhan, apa aku tidak pantas untuk disayangi? Apa aku tidak pantas untuk dicintai? Rafly ternyata sedang dekat dengan Collia. Aziz sibuk mengejar dambaan hatinya. Apa aku tidak pantas memiliki salah satu diantara mereka?" gumam Delisia
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream
Teen FictionKisah seorang gadis yang mengejar cintanya kepada pria yang dingin, cuek, acuh masalah cinta. Seorang gadis yang hanya mampu melihat orang yang ia suka dari kejauhan. Menyukainya dalam diam. Tidak berani mengukapkannya. Dia hanya bisa bermimpi un...