Author POV
Dua insan manusia tengah menikmati suasana romantis di sebuah coffee shop. Mereka layaknya dua remaja yang sedang merasakan indahnya jatuh cinta. Alunan musik menambah kesan romantis didalam tempat ini. Cukup lama diantara mereka tidak ada pembicaraan, hingga dengan keberanian yang ia punya ia mencoba membuka pembicaraan.
"Em Raf, kalau boleh tau hubungan kamu sama Delisia itu apa ya?" Tanya Collia dengan penuh hati-hati, takut jika menyinggung perasaan Rafly.
"Kenapa tanyanya gitu?" Tanya Rafly dengan nada kaget dan bingung.
"Ngga papa sih, cuma pengen tanya aja."
"Hubungan kami teman. Tapi kalau bisa lebih dari teman pasti akan menarik."
Mulutnya terkatup rapat saat mendengar apa yang baru saja diucapkan Rafly. Collia tidak menyangka jawaban itu akan keluar dari mulut Rafly, sebuah kalimat yang menyesakkan dada Collia. Karena secara tidak langsung ucapan itu memberi isyarat bahwa Rafly berharap untuk memiliki hubungan dengan Delisia lebih dari teman. Entah itu sahabat atau kekasih.
"Oh gitu. Raf denger-denger si Delisia lagi suka sama cowok. Tapi aku ngga tau itu siapa. Emang bener ya?"
"Kata siapa?"
"Kata temen-temen sih. Tapi ngga tau itu fakta apa ngga"
"Udah malem, pulang yuk! Takut kamu dicari mamamu nanti."
"Em ok."
Setelah Rafly membayar apa yang mereka pesan, mereka berdua pergi meninggalkan coffee shop itu. Collia tau kalau Rafly sedang mengalihkan pembicaraannya tadi. Namun dia tidak mau mengungkitnya lagi.
***
Sudah hampir 2 jam Delisia hanya melamun didepan teras. Pikirannya kembali pada kejadian dicafe tadi. Mengapa momen yang seharusnya bisa mengembalikan keadaan seperti semula malah berbalik.
Tanpa ia sadari disampingnya sudah berdiri seorang lelaki, sambil membawa sebatang mawar putih. Ketika air mata Delisia menetes, dengan sigap lelaki itu menghapusnya dan itu berhasil membuat Delisia tersentak kaget. Dia melihat lelaki itu dengan pandangan bertanya-tanya. Seolah matanya berbicara "sejak kapan dia disini?" . Lelaki itu mengulas sebuah senyuman di wajah tampannya.
"Kamu sejak kapan disitu?"
"Udah lama"
Delisia benar-benar tidak menyangka dia akan datang kerumahnya.
"Ini. Disimpan ya. Ini sebagai simbol permintaan maaf aku tadi waktu di cafe. Aku ngga ada maksud bentak kamu didepan umum, aku cuma emosi aja." ucap lelaki itu berlutut dihadapan Delisa sambil memberikan bunga.
Kalian bisa bayangkan, seorang lelaki yang kalian sukai melakukan hal seperti itu dihadapan kalian. Pasti kalian bisa merasakan apa yang Delisia rasakan saat ini. Bahagia? Iya sangat bahagia.
Delisia tidak berkutip sama sekali. Dia bingung harus menjawab apa. Jadi dia hanya bisa menetes kan air mata (lagi).
"Kenapa nangis? Jangan nangis dong."
Ketika lelaki itu ingin mengusap air matanya, Delisia menahan tangan lelaki itu.
"Jangan di hapus air mata ku." ucap Delisia sambil menampilkan senyum tipisnya.
Lelaki itu lalu berdiri begitupun juga Delisia. Sambil memegang tangan Delisia, dia berkata "Thanks for all." dan dia memeluk Delisia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream
Teen FictionKisah seorang gadis yang mengejar cintanya kepada pria yang dingin, cuek, acuh masalah cinta. Seorang gadis yang hanya mampu melihat orang yang ia suka dari kejauhan. Menyukainya dalam diam. Tidak berani mengukapkannya. Dia hanya bisa bermimpi un...