"Loh kalian ngapain disini?" suara itu membuat mereka kaget dan segera membalikan badan. Delisia segera menghapus air matanya agar tidak diketahui oleh laki-laki yang sekarang berdiri di belakangnya.
Grevita yang mengetahui kedatangan Rafly segera dia berdiri dan berniat meninggalkan mereka berdua dengan kata lain dia ingin memberi waktu mengobrol untuk mereka.
"Eh mau kemana? Jangan tinggalin aku sendiri dong." bisik Delisia, dia sangat gugup kali ini. Sejak kapan Delisia merasakan kegugupan itu jika ada Rafly? Em entahlah.
Grevita tidak menggubris perkataan Delisia dan dia segera bangkit dari duduknya lantas pergi. Sebelum pergi, dia tersenyum jahil kepada Delisia dan membuatnya dan Rafly bingung.
"Kamu habis nangis ya? Kenapa? Kamu sakit? Mana yang sakit? Ke UKS aja ya?" tanya Rafly beruntun dengan nada paniknya. Dengan perlakuan Rafly yang terlihat khawatir membuat Delisia terkekeh geli, tapi kenapa Rafly begitu perhatiannya kepada Delisia? Sampai khawatir pula. Andai yang mengkhawatirkannya Aziz bukan Rafly, pasti Delisia sekarang sudah terbang. Begitu pikiran Delisia sekarang.
"Ya ampun Rafly kamu lebay deh, aku nggak papa kok. Tadi nangis. Kelilipan aja" jawab Delisia bohong.
Karena tidak mungkin dia bicara sejujurnya tentang apa yang membuat dirinya menangis, bisa-bisa dia tau kalau Delisia menyukai Aziz. Delisia tidak mau rasa yang ia alami sekarang pada Aziz tersebar kemana-mana. Cukup Delisia, Grevita, teman-teman terdekat Delisia, dan Tuhan yang tahu.
Rafly yang mengetahui bahwa Delisia berbohong langsung tersenyum mengejek dan duduk disamping Delisia. Rafly bukanlah tipikal cowok yang mudah di bohongi begitu saja, apalagi tadi ada Grevita disini mana mungkin hanya karena kelilipan Grevita sampai ikut kesini. Pasti ada yang disembunyikan oleh Delisia terhadap Rafly.
"Jangan bohong. Kalau kelilipan kenapa ada Grevita disini, terus nggak ikut pelajaran jam pertama sampai istirahat sekarang."
"Hah kok Rafly tau? Wah jangan-jangan dia ngikutin aku. Tapi kurang kerjaan banget dia sampai ngikutin aku segala." batin Delisia.
Rafly tadi izin kepada gurunya untuk pergi ke toilet dan dia sempat melihat Delisia dan Grevita yang berlari ke taman sekolah selesai bel masuk berbunyi, mangkannya dia tau.
"Ada masalah apa? Cerita aja kalau ada masalah. Aku janji nggak bakal bilang siapa-siapa?"
Ada rasa kebimbangan dalam diri Delisia, karena ini menyangkut perasaan. Dia tidak ingin Rafly mengetahuinya, tapi dia juga tidak bisa memendam masalah ini sendirian. Ya meskipun Grevita tau, dia ingin menceritakan masalah ini ke Rafly. Kalau Rafly tidak menepati janjinya bagaimana? Kalau dia hanya omong kosong bagaimana? Tapi apa salahnya juga dia percaya, mungkin dia bisa menambahkan Rafly ke kategori teman curhatnya setelah Grevita.
Delisia mulai menceritakan apa yang dia rasakan kepada Rafly, dan Rafly pun mendengarkan tanpa ada niat memotong cerita Delisia. Memahami tiap kata dan kalimat yang diucapkan Delisia. Sebenarnya kisah Delisia sama dengan Rafly, menyukai seseorang tetapi seseorang itu menyukai orang lain. Rafly menyukai Delisia tetapi Delisia menyukai Aziz, begitupun sebaliknnya dengan Delisia.
Cerita itu diakhiri Delisia dengan sebuah tetesan air mata dan Rafly yang melihat itu langsung menghapus air mata Delisia yang mengalir dipipi, dielusnya pipi Delisia dengan jempol agar air mata itu hilang dari wajah manis Delisia.
Delisia yang mendapat perlakuan dadakan dari Rafly namun manis nampak kaget, diamati manik mata Rafly dan disana dia menemukan sebuah ketulusan.
"Jangan nangis, seharusnya cewek nggak pantes buat ngejar laki-laki kayak gitu apalagi sampai nangis. Kamu menangisi dia, tapi belum tentu dia menangisi mu juga. Jadi sia-sia kamu membuang air mata mu itu hanya untuk menangisi orang seperti dia." ujar Rafly dengan bijaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream
Teen FictionKisah seorang gadis yang mengejar cintanya kepada pria yang dingin, cuek, acuh masalah cinta. Seorang gadis yang hanya mampu melihat orang yang ia suka dari kejauhan. Menyukainya dalam diam. Tidak berani mengukapkannya. Dia hanya bisa bermimpi un...