Chapter 8

3.3K 388 2
                                    

[Jimin]

"kau memiliki tangan yang kecil," Jungkook tersenyum kecil, dan sedikit tertawa, dan seketika merasa sedikit canggung karena ia terus memperhatikanku ketika aku sedang bekerja.

dia duduk di kasurku tepat di depanku (di posisinya, itu sudah seperti menjadi aturan yang tidak terucap, karena dia selalu tergerak ke posisi itu), ketika aku sedang melukisnya dengan cat yang baru kubeli (hanya butuh beberapa bulan, karena, pinjaman murid).

dan ya, Jungkook harus menjadi orang pertama yang kulukis dengan cat-cat ini, karena aku murahan, dan lambat, dan wajah indahnya sangat layak dengan pigmentasi yang luar biasa ini.

"mereka tidak begitu kecil," aku membual, mencoba untuk tidak membuat kontak mata karena siapa yang tahu itu akan terjadi.

Jungkook meraih perlahan, ujung-ujung jarinya menyentuh tanganku yang sedari tadi menggenggam kuas. bagaimana kalau tanganku berkeringat? Tapi itu pasti, karena aku sudah melukis wajahnya berjam-jam...

Ia menghembuskan nafas melalui hidungnya, tertawa kecil saat mengambil kuasku dan menggenggam erat tanganku.

Aku tersenyum. Tangannya begitu indah, tapi aku tidak bisa memberitahunya. sedangkan tanganku...chubby? Pendek? Kecil, dibandingkan dengan miliknya.

aku memutar bola mataku sebelum aku tersenyum, menikmati saat dan bagaimana tangannya menggenggam tanganku.

Ini sulit untuk dipercaya bahwa ini adalah Jungkook yang tidak pernah tersenyum, orang yang tidak berani menatap mataku beberapa minggu yang lalu.

dan disini, duduk dikasurku, memegang tanganku, dan melakukan hal imut itu dengan ibu jarinya, mengusap punggung tanganku dan melihat ke arahku dengan malu-malu, mungkin karena ia takut aku tidak mau menerimanya.

Oh, tapi aku menerimanya.

terutama pegangannya yang cukup erat, serta bayangan yang terbentuk karena poninya sambil menatapku kagum, cara ia memiringkan kepalanya sedikit ke kanan, membuatku ingin mendekat.

tapi aku yakin ia tidak akan menerima perasaan ini, yang melambai-lambai di dalam diriku, membuatku terengah-engah dan frustrasi.

"Dan tanganmu sangat imut," bisikku.

__

Aku tidak berani membangunkannya.

Tidak ketika ia tertidur dengan nyenyak, terbaring di atas kasurku, dan memeluk bantal favoritku. Tidak ketika rambutnya teracak sempurna dan mulutnya yang sedikit terbuka membuatku merasa sepeti aku sedang runtuh.

Pasti itu bukanlah masalah besar baginya untuk melewati jam malamnya, sekali ini saja. Dia sudah dewasa, semoga saja ayahnya akan mengerti.

aku menghembuskan nafas lega, merapikan rambutku dan mengusap mataku yang lelah.

Ini sudah terlalu larut untuk tetap terbangun, tapi itu semua tidak sia-sia karena aku mendapatkan satu lagi koleksi gambar Jungkook.

Aku tersenyum kepadaku sendiri, menarik selimut dan memakaikannya di tubuh kecil Jungkook, melihatnya yang bergerak perlahan ke arah kehangatan.

"Aku harap kau bermimpi indah," bisikku, mataku terasa semakin terasa berat.

__

Terkadang hujan sangat menyebalkan, memaksaku untuk berlari ke rumah, atau menghentikanku untuk melukis pemandangan.

Tapi Jungkook terlihat imut disaat hujan.

Aku tertawa saat kami berdua berlari ke rumahnya, sambil bergandengan tangan. genggamannya cukup kuat, tapi aku tidak masalah.

Kami lebih dulu pergi ke supermarket untuk membeli blueberry karena ayah Jungkook sangat menyukainya, dan ia merasa bersalah karena tidak pulang.

Dan sekarang rambut Jungkook basah dan tidak beraturan, ketika ia sedang mencari kunci rumahnya, dengan satu tangan, plastik di tangan lainnya bergemerisik,

Dia kemudian menarik tanganku, menyuruhku untuk masuk, karena, ini sedang hujan, dan ayahku belum pulang.

Hal pertama yang kudapati, adalah aroma, bunga dan manis, sesuai dengan sifat Jungkook.

semuanya tertata dan simpel, berwarna dengan nuansa kusam. Ada beberapa bunga menghiasi ruangan, semua terawat dengan baik.

"Rumahmu sangat bagus," pujiku, merasakan keberadaanya di sampingku. Ia menundukkan kepalanya, seperti ingin mengatakan terima kasih.

Pandanganku teralihkan ke arah bingkai foto yang terdapat di tengah-tengah meja.

Itu adalah sebuah foto seorang pria, yang wajahnya menyerupai Jungkook. Itu pasti ayahnya Jungkook, dan aku diam-diam berterima kasih kepada dunia, dan pria yang terpampang dia foto itu, karena telah menciptakan seseorang yang sangat berharga.

Jungkook memasuki kamarnya diam-diam, terbungkus dalam selimut biru bayi, terseret mendekatiku, sebelum duduk disebelahku dan memberi ujung selimutnya, karena, kau pasti kedinginan, jadi mari kita berpelukkan—untuk kehangatan, tentu saja.

Saat Jungkook mulai duduk dan tubuhnya yang mendekat ke arahku untuk kehangatan cukup untuk membuatku goyah, tapi yang benar saja, kapan aku tidak seperti itu akhir-akhir ini?

Sepertinya ia sangat suka untuk berpegangan tangan, jari-jarinya meraih tanganku di bawah selimut, aku tidak tahu harus apa tapi aku tersenyum karena seberapa benar kehangatannya, dan seberapa salah tindakan kami, walaupun ayahnya terlihat seperti dunia Jungkook, terlihat tidak berbahaya dan protektif.

Aku tidak bisa menahan tetapi untuk merasa tidak setuju terhadap peraturan ayahnya. 

Aku berharap untuk tidak menghabiskan waktu itu berkubang dalam rasa bersalah, karena sebelum aku tahu itu, Jungkook dengan gugup mengawaliku, karena sebentar lagi ia akan pulang...

Membaca Jungkook adalah sebuah keterampilan yang diperoleh.

Tapi aku masih tetap senang, karena ia memegang tanganku, melakukkannya dengan sukarela, membiarkanku kerumahnya, bahkan.

berlari ke rumah dibawah guyuran hujan tidak menyebalkan, bahkan cuaca hari ini pun tidak bisa mengganggu perasaan ini

Perasaan yang Jungkook bawa, dengan aksinya yang menggemaskan, serta aroma manis. 

Semua tentang Jungkook sangatlah menggemaskan dan manis.

dan aku menginginkannya.

_____________________________________

t/n : maaf belum update2 lagi ;_; mianhae :'(

psst...baru selesai UN soalnya xD

Colors | JikookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang