[Jungkook]
Kuning adalah warna yang hangat, aku menyimpulkannya saat sinar matahari memasuki kamarku melalui sela-sela gorden.
sangat hangat.
hangat dan lembut seperti Jimin.
semua tentangnya sangatlah menarik; senyumannya, tatapannya.
kopi yang selalu berada disebelahnya, selalu berada di dalam mug kecil yang imut dan panas, ketika ia sedang bersenandung dan menggabungkan beberapa warna dengan catnya, sangatlah hangat.
dan ketika ia sedang bergelung di atas sofanya berjarak beberapa inci dariku, yang mengitung mundur jam malamku dengan sedih, beberapa menit sebelum aku akan meninggalkan tempat ini, dan meninggalkan sebuah note kecil (aku berharap ia menyimpannya di suatu tempat, bukan membuangnya, seperti yang kulakukan dengan semua percakapan kami).
dan dengan semua kehangatan ini, kehangatan yang melimpah— dengan sinar matahari yang bersinar pagi ini, dan wajah Jimin yang tersenyum terpampang di dalam pikiranku.
kenapa aku masih kedinginan?
__
Hari minggu selalu menjadi hari favorit; harum sarapan di pagi hari serta kopi yang baru diseduh, ayahku duduk dengan senang di salah satu kursi di meja makan, dan memuji kerja kerasku.
hari ini berbeda, 2 gelas jus jeruk dan sarapan yang sudah tersedia.
"kau selalu bekerja keras, Jungkookie," ucap ayahku, tersenyum senang dan matanya tertuju pada blueberry, favoritnya.
aku mengangguk senang, bersemangat untuk segera melahap makanan yang tersedia.
aku diam-diam berharap Jimin bisa berada disini bersama kami, dan aku ingin sekali mengundang Jimin suatu hari nanti, karena dia selalu baik padaku, selalu memasaki aku makanan. Ayahku tidak akan masalah jika aku mengundang seorang teman, dan bahkan itu terlihat sebuah ide yang bagus. dan mungkin mereka bisa akrab, karena Jimin adalah orang yang sopan.
"aku pergi keluar, semoga harimu menyenangkan!" aku menulis sebuah pesan di post-it milikku,dan kutempel di pintu kulkas diantara foto-foto, magnet, serta daftar-daftar sesudah kami sarapan, ayahku sibuk bersiap-siap untuk bekerja.
__
"Kau sangat perhatian, Jungkookie," Jimin tersenyum, membuka permen yang kuberi padanya dan memasukkannya kedalam mulut. Itu adalah rasa favoritku, tapi aku menyimpannya untuk Jimin. Ia lebih berhak menerimanya, dia sangat manis.
"selalu sangat baik," Jimin berbicara dengan suaranya yang menggemaskan, ia kembali bersandar.
aku bergeser sedikit ke arah Jimin, berharap ini tidak akan pernah berakhir, dan dari itu aku tidak harus pulang cepat. berharap aku dapat berbicara dengannya dengan kata-kata sungguhan, bukan melalui kertas dan pulpen.
berharap ia akan selalu bersenandung untukku, dengan tangan yang mengusap rambutku, aku sangat menyukainya.
"aku sangat ingin mendengarmu berbicara," bisiknya pelan, menghentikan pelayanannya, membungkuk sedikit ke arahku supaya kami bisa bertatap mata.
"aku yakin kau pasti memiliki banyak hal untuk dikatakan," ia tersenyum, tangannya memegang tanganku dan menggenggamnya erat. Aku sangat ingin menyentuhnya, tetapi aku tidak mau menakutinya, dan tidak bisa terbayang jika Jimin membenciku...
"aku ingin mendengar semuanya," ia berbisik kembali, ia menatapku, berharap aku akan mengatakan sesuatu. Aku berharap aku bisa membuatnya kagum dan mengatakan semuanya kepadanya, hanya untuk dirinya melihat bahwa aku sangat menginginkannya, jika tidak lebih.
aku ingin sekali memberitahunya aku sangat menyukai semua gambarnya, dan peralatan gambar yang teracak artistik. Aku sangat ingin mengobrol bersamanya melalui telepon tanpa harus ada kesunyian yang canggung, dan matanya penuh dengan harapan aku dapat berbicara.
aku sangat ingin memberitahu kalau aku sangat menyukai suara tawanya, dan bagaimana ia terlihat menarik ketika ia menggunakan kacamata, dan tangannya yang begitu lembut.
Jimin memberiku senyuman kecil, ia kemudian kembali bersandar.
Aku tidak pernah peduli suaraku akan kembali, itu juga tidak diperlukan, karena aku tidak memiliki banyak teman untuk kuajak berbicara.
tapi seketika, itu semua menjadi sebuah keinginan yang sangat ingin aku dapatkan, suatu hal yang harus kucoba.
Aku ingin berbicara padamu, Jimin.
__
"apa warna favoritmu?" aku menulisnya di secarik kertas, saat Jimin bergumam memikirkannya.
apakah aneh jika aku menemukan Jimin sangat imut, dengan coretan cat merah di hidung dan ujung bibirnya, karena hasil kerja keras ia melukis sedari tadi?
"apa yang lucu? mengapa kau tertawa?" tanyanya, mengerutkan wajahnya, tangannya yang kemudian menyentuh bagian wajahnya yang terkena cat.
ia memasukkan jarinya kedalam botol cat biru di depannya, dan kemudian mengoleskannya di pipiku.
"apakah masih lucu?" tanyanya lagi, bergerak mendekatiku, jarinya mengancam untuk mewarnai wajahku lebih banyak. aku mengangguk cepat, menikmati ekspresinya yang menggodaku.
"tidak sopan untuk tertawa, Kookie," ucapnya di nada yang tidak pernah kudengar darinya, ia tersenyum nakal, jarinya kembali mewarnai pipiku hingga sampai ujung mulutku.
"warna favoritku," gumamnya, ia setengah tersenyum, matanya terpaku ke arah warna biru yang berada di dekat mulutku, dan sosoknya semakin mendekat.
"warna favoritku adalah ungu," jawabnya, sebelum ia mencium pipiku, dan warna pun bercampur menjadi satu.
________________________________
t/n: ://
gimana menurut kalian? ;_;
>///<
KAMU SEDANG MEMBACA
Colors | Jikook
Fanfiction- dan wajah indahnya sangat layak dengan pigmentasi yang luar biasa ini... original story by : nerdyjimin translate by : Izrf