Chapter 4

4.6K 470 12
                                    

[Jimin]

dari: nomor tidak dikenal

Aku mungkin terlihat seperti tidak menyukainya, tapi sebenarnya aku sangat menikmatinya 9:54pm

satu pesan itu, dan 5 kata di akhir, dengan seseorang dibelakangnya, cukup untuk membuatku berdebar ketika aku sedang berbaring didalam ruanganku yang gelap dan dingin.

aku mencoba untuk tidur, tapi itu terasa sangat sulit bagiku, dan sebelum handphone ku berbunyi kencang.

apakah ini berarti bahwa dia memikirkanku juga? apakah aku terlintas dalam pikiranya juga? karena dia selalu ada dalam pikiranku, dan aku semakin menyadarinya.

Jungkook selalu berada disana, gambaran sosoknya yang kurus dan dan fiturnya selalu berada didalam pikiranku.

pemikiranku tentang suaranya yang lembut, tidak lebih dari  beberapa suku kata, menjadi pemikiran yang menghiburku.

aku tidak dapat menahan perasaan didalam diriku, menunggu untuk mendapat balasan darinya.

aku tidak akan mengakui hal ini kepada orang lain, bahwa satu-satunya cara untuk aku bisa tertidur, hanyalah dengan memikirkannya sepanjang malam.

semua hal yang dapat kita lakukan sebagai sahabat.

dan semua hal yang telah kurencanakan, untuk dapat melakukannya dengan dia, ketika pertemanan kami sudah semakin kuat.

__

"Jimin," bisiknya. aku menoleh kearahnya.

aku terkadang ingin Jungkook  menemaniku untuk meminum kopi setelah berjam-jam menggambar, dia sebuah kedai kopi kecil tak jauh dari taman -- yang sangat kubutuhkan, karena aku jarang mendapat waktu yang cukup untuk tidur. ya, karena Jungkook sangat imut.

suasana yang nyaman, dan selalu kunikmati karena Jungkook selalu ada disampingku.

"a-apakah kau membawa itu kamana pun kau pergi...?" suaranya berada dibawah bisikan. dia melihat kearah buku sketsaku, dan pulpen yang kupegang. aku tertawa kecil.

"aku suka menggambar dan aku tidak ingin melewati semua hal indah yang kulihat," aku mengangkat bahuku, kembali bekerja; memperbaiki bagian mata Jungkook yang sedang kugambar.

"aku tidak bagus dalam mengambil foto," tawaku, dan bibir Jungkook pun membentuk sebuah senyuman.

ini adalah perasaan yang tidak bisa kujelaskan, aku dapat merasakan Jungkook memperhatikanku ketika aku sedang menggambar. aku penasaran apakah ia dapat melihat tanganku yang gemetaran, yang sebenarnya aku coba untuk tahan supaya aku tidak terlihat gugup dihadapannya, dan dapatkah ia mendengar nafasku yang tidak beraturan, atau mungkin dia menyadari upayaku yang buruk untuk menyembunyikan senyumanku?

ia begitu polos dan selalu ingin tahu tentang dunia disekitarnya, dan aku mengingatkan diriku, setiap kali lututnya mengenai lututku dibawah meja kecil, karena, dia hanya gugup atau ini sebuah pertanda?

"kau terlihat manis hari ini," aku mengisi kesunyian, tidak menghirukan untuk menatap matanya. mata yang dapat menelanku secara keseluruhan jika aku tidak berhati-hati. mata yang besar, penuh dengan rasa ingin tahu dan kegelisahan, mata yang tidak dapat kubaca walaupun aku sudah mencoba.

gelap, segelap dunia ini. matanya sedikit kecoklatan, yang hanya penulislah yang dapat menjelaskannya, dan membuat semua itu terdengar menarik.

tapi semua tentang Jungkook sangatlah menarik.

"t-terima kasih..." jawabnya gugup, dan aku merasa tidak enak untuk membuatnya seperti itu. aku tersenyum, dan melihat jari-jarinya mengetuk meja dengan pelan.

matanya terangkat sekilas terlihat seperti khawatir, sebelum akhirnya ia mengeluarkan hanphonenya untuk mengecek waktu. aku tahu apa maksudnya itu, tapi aku berharap untuk saat itu untuk tidak datang begitu cepat.

"J-jimin.." panggilnya pelan, dan aku pun langsung mengangguk. aku berdiri dari tempat dudukku dan mengambil semua perlengkapanku dengan malas, dan aku tidak yakin ini apakah karena aku mengerti dirinya, atau karena memang dia akan segera pulang.

"Tunggu, Jungkook" kataku dengan cepat.

"bo-bolehkah aku...mengantarmu pulang?" tanyaku sedikit malu, mengikutinya keluar dari kedai. ia terlihat kaku, dan seketika aku menyesal telah bertanya.

"mungkin..." jawabnya pelan. aku pun tersenyum simpul.

perjalanan kami tidak canggung, tapi sangat santai. aku tidak berbicara, suara yang mengelilingi kami hanyalah suara langkah kami dan suara gemercing kunciku.

aku berusaha menahan diriku untuk tidak memegang tangannya. ketika jari-jari kami bersentuhan dan aku membisikkan "maaf..." 

Jungkook berhenti didepan rumah kecil. bagian luarnya dihiasi dengan bunga-bunga berwarna biru, dan nuansa-nuansa biru yang berbeda. semuanya benar-benar menarik, dan benar-benar Jungkook.

"aku...bisa saja mengajakmu kedalam...tapi, ayahku mungkin akan marah..." dia menunduk malu, dan memperhatikan sepatunya.

"dia...tidak suka melihatku bermain dengan laki-laki..." tambahnya.

"tidak masalah. aku mengerti..." aku menggenggam erat buku sketsaku.

"jadi, kita bertemu besok..?" tanyaku memastikan. dia mengangguk pelan.

"selamat malam, Jungkook.." ucapku dan berjalan mundur. aku melihatnya tertawa kecil.

"oh, dan Jungkook?" panggilku lagi. dia menoleh kearahku,

"aku menyukai senyumanmu. kau harus lebih sering tersenyum,"

____________________

Translator note : maaf ya belum update-update lagi ;-; ujian sudah mendekat...wkwk

lagu utama untuk ff ini, author dikasih tau sama pengarang aslinya. kebanyakan lagu Troye Sivan, yaudah akhirnya author dengerin satu-satu. lagu yang paling mendasari ff ini yaitu lagu :

>> Troye Sivan - Blue (ft. Alex Hope) << 

bagi yang belum denger, ayo dengerin! ^^ lagunya cocok banget sama ff ini <3

permission from : nerdyjimin

Colors | JikookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang