[Jungkook]
Warna pelengkap; biru dan oranye.
matahari terbenam dan bayangannya terdapat di atas permukaan biru air laut yang gelap. Tengah malam, berubah menjadi siang hari yang terik.
Kegugupanku serta senyuman Jimin ketika ia perlahan mendekat untuk menyingkirkan rambut yang hampir menutupi rambutku, mataku tertuju kepada tangannya yang berada dekat wajahku.
"aku akan melukismu hari ini," ia memulainya dengan senang, tangannya menjauh dan mulai memegang kuas lukisnya.
"sepertinya akan menyenangkan," ia tersenyum, melihat kearah berbagai warna cat yang ia bawa.
warna pelengkap, dua yang tidak pernah bisa bersatu. mereka tidak bisa menyatu di mataku.
tapi entah bagaimana...
"kau terlihat manis hari ini, Jungkookie," ia bersenandung, ia sudah mulai bekerja dengan warna-warnanya, warna biru yang membentuk gradasi di atas kertas tebal.
entah bagaimana, mereka terlihat sempurna bersama.
"termanis," gumamnya, ia akan bekerja dengan warna oranye.
itu menjadi semakin masuk akal.
sikap dinginku, dan Jimin dengan cahaya hangatnya.
Dia adalah warna pelengkapku.
__
Aku terkadang memikirkan apakah Jimin ingin membersihkan apartemennya, ketika dengan malasnya ia melempar sepatunya begitu saja.
"berhenti menertawakan rasa sakitku, Jungkookie," ia berkata lembut, mendang sepatunya dengan malas dan membanting tas nya diatas meja.
Jimin sangat menggemaskan hari ini, aku menyadarinya, ketika ia menghebuskan nafas dan menjatuhkan dirinya diatas sofa, tepat disebelahku.
dan jari-jarinya yang masih terdapat cat-cat yang memudar, perlahan meraih tanganku, dan kepalanya bersandar pada bahuku.
"pernahkah aku memberitahumu," Jimin memulai, mempererat genggamannya.
"bahwa aku sangat suka menghabiskan waktu bersamamu?" ia tersenyum, dan kata-katanya terus berhasil membuatku tersenyum; menjadi suatu hal yang biasa kulakukan setelah aku bertemu dengan Jimin.
aku berharap aku dapat mengatakan hal yang sama kepadanya, berharap lidahku tidak kaku untuk mengatakannya.
aku berharap ia tidak berbau seperti kopi setiap waktu, sehingga aku tidak akan terlalu ingin,
ingin terus mendekat dan mencium pipinya dengan lembut.
__
Rumahku sering terasa hampa disaat malam hari.
kamarku menjadi lebih dingin dari biasanya, ketika hal-hal tidak sesuram yang sekarang, dan lebih berwarna.
aku masih merasakan dingin.
walaupun dengan suara TV dari luar ruangan, seperti biasa pada malam hari, karena itu adalah waktu ayahku untuk bersantai; masih sangatlah sunyi.
walaupun dengan cahaya dari luar masuk menerangi sebagian sudut kamarku, melalui sela-sela pintuku yang sedikit terbuka, masih sangatlah gelap, dan muram.
dan mungkin in terlalu berlebihan, dan mungkin aku hanya menjadi gila— sebagaimana orang-orang biasa membicarakanku— mungkin aku memang gila.
mungkin itu memang irasional, memakai sepatuku yang lusuh dan memeluk erat buku tulisku.
mungkin itu sangat menyedihkan karena satu-satunya tempat aku dapat melarikan diri, adalah apartemen Jimin. menyedihkan, karena kakiku yang membawaku kesana dengan sendirinya, aku pun terengah-engah, pintu apartemennya pun terbuka dan ia melihatku, dengan rambutnya yang teracak.
Tapi Jimin membuatku merasa aku tidak gila.
"Jungkook, apakah semuanya baik-baik saja?" ia bertanya dengan cemas, menarikku kedalam dan membawaku ke kamarnya yang nyaman, kedua tangan sedang memelukku.
dan mungkin ini adalah pertama kalinya aku merasa bahwa bernafas bukanlah suatu hal yang sulit, dan dia tersenyum padaku di dalam kegelapan, memberitahuku bahwa semuanya akan baik-baik saja, maka dari itu aku tidak harus menjelaskan padanya.
Jimin membuatku merasa aman.
"tenang saja, Jungkook," bisiknya, menarikku lebih dekat.
Jimin membuatku menjadi bersemangat, penuh warna.
dan aku lelah untuk terus menjadi biru.
_______________________________________
t/n: maaf ya kemaren ngga update ;_;
KAMU SEDANG MEMBACA
Colors | Jikook
أدب الهواة- dan wajah indahnya sangat layak dengan pigmentasi yang luar biasa ini... original story by : nerdyjimin translate by : Izrf