Hari ini akan menjadi awal Rain bersekolah di SMA barunya. Sedari tadi, Rain sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, walau ini masih menunjukkan pukul enam pagi. Ia tak ingin mengukir kesan buruk dihari pertamanya sekolah karena alasan terlambat dan tentunya bagi Rain, dirinya paling benci dengan kata 'terlambat'.
Setelah selesai sarapan dan sembari menunggu papa dan Axel selesai dengan persiapan mereka, Rain memutuskan untuk menunggu di teras depan sambil mengamati halaman rumahnya yang dipenuhi dengan banyak jenis tumbuh-tumbuhan dan salah satunya adalah tumbuhan bunga mawar, bunga kesukaan Rain.
Hari ini cuacanya begitu cerah, suasana udara yang masih sejuk dan tentunya belum terkena pengaruh polusi akibat kendaraan yang berlalu lalang disekitar rumahnya.
Tak lama, papa dan Axel pun keluar dan segera menuju mobil mereka. Hari pertama sekolah, papa belum mengizinkan Axel membawa mobil karena kata papa kita belum tahu situasi di sekolah seperti apa. Apalagi sekolah baru. Alhasil, Rain dan Axel hari ini akan diantar ke sekolah baru mereka dan mengenai perihal pulang, mereka berdua bisa memikirkannya nanti.
"Papa, kasi Axel bawa mobil ya? Masak Axel ntar pulang jalan kaki?" Kata Axel dengan wajah memelasnya. Ini sudah menjadi kesekian kalinya dirinya membujuk Bara, papanya untuk mengizinkan dirinya mengendarai mobil ke sekolah.
"Sekali tidak ya tidak Axel. Kamu belum tahu situasi di sekolah baru kamu." Ucap Bara. Singkat tetapi tegas penuh dengan penolakan. Dia pun segera memasuki mobilnya.
"Lo kan gak tau jalan kak" timpal Rain yang sedari tadi berdiri disampingnya dan itu membuat Axel berdecak kesal.
"Nanti gue pulang naik apa Rain?!"
"Naik taxi kan bisa. Itu aja kok repot" jawab Rain lagi. Ia pun segera memasuki mobil dan duduk dikursi belakang.
Karena tahu usahanya akan tetap tidak ada hasilnya, Axel pun segera memasuki mobil papanya.
Rain duduk dengan antengnya di kursi belakang sambil melihat kearah luar jendela. Sampai akhirnya mobil papanya sudah keluar dari gerbang rumah, ia tak sengaja melihat sosok laki-laki yang sudah siap dengan seragam putih abu-abunya sedang berdiri di samping mobilnya. Pandangan Rain dengan cowok itu tak sengaja bertubrukan tapi mereka hanya saling tatap menatap.
Dari belakang, Rain bisa melihat papanya sedang tersenyum ke cowok itu dan dibalas dengan senyuman serta anggukan sopan dari cowok tadi. Rain sempat terpaku beberapa saat karena senyum yang dilontarkan cowok itu mampu membuat dirinya terhanyut dalam pesonanya yang bahkan ia tidak kenali sama sekali.
"Pa, itu siapa?" Tanya Rain sesaat setelah mobil mereka melewati cowok tadi.
"Papa juga belum kenal. Tapi dia tetangga kita" jawab papa yang masih fokus menyetir.
Rain pun hanya bisa ber-oh ria dan kembali terdiam memandangi arah keluar sana.
***
"Perlu papa antar ke ruang Kepala Sekolah?" Tanya Bara sambil melihat Rain yang yang sudah berdiri diluar mobil. Setelah mengantarkan Axel tadi, kini Rain pun sudah tiba di sekolah barunya.
Rain pun hanya bisa tertawa kecil mendengar pertanyaan papanya itu. "I'm okay dad. I can do it by my self"
"Kamu tahu ruang Kepala Sekolah?" Tanya Bara lagi. Agaknya ia begitu takut melihat putrinya akan pergi sendirian ke ruang Kepala Sekolah yang bahkan belum diketahui oleh Rain sendiri.
"Ada Sheera pa. Dia udah janji mau nganterin Rain ke ruang kepala sekolah. Tuh anaknya udah datang" ucap Rain sembari menunjuk Sheera yang datang menghampirinya.
"Hai Rain. Pagi om" ucap Sheera ramah.
"Pagi juga. Tolong antarkan putri kesayangan om ini ke ruang Kepala Sekolah ya Sheera" ucap Bara sambil tersenyum.
"Siap om" balas Sheera.
"Yaudah, Rain masuk dulu pa. Papa hati-hati dijalan"
Bara hanya mengangguk mengiyakan pesan putrinya. Setelah Rain mencium tanganya, ia pun segera melajukan arah mobilnya menuju kantor.
Rain bersama Sheera segera menuju ruangan Kepala Sekolah yang jalannya melewati beberapa ruangan kelas.
Sepanjang perjalanan, banyak siswa-siswi di Antariksa menatap kearah Rain dengan tatapan yang tak dapat dicerna oleh Rain sendiri. Apakah tatapan kagum karena Rain begitu cantik hari ini atau tatapan bingung karena untuk pertama kalinya mereka melihat Rain di SMA Antariksa.
Rain yang mendapat tatapan seperti itu hanya acuh dan kembali mengikuti Sheera. Mensejajarkan langkahnya sambil sesekali berbincang-bincang mengenai sekolah ini.Tujuan Rain hari ini hanya ingin bertemu Kepala Sekolah dan mengetahui kelas apa yang akan menjadi kelasnya selama tiga tahun kedepan.
Dan andai saja hari ini hujan tiba, ingin sekali Rain merafalkan doanya agar ia mendapatkan kelas sesuai dengan harapannya dan tanpa adanya gangguan sedikit pun yang akan membuatnya menjadi tidak tenang selama tiga tahun kedepannya karena hari ini juga, dia resmi menyandang status sebagai salah satu siswi dari SMA Antariksa.
Rain hanya ingin semuanya berjalan dengan baik-baik saja.
***
Please left your vote and comment here for the story.
Thank You.Diana E. Lestari🍀
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow
Teen FictionAshella Rainbow. Gadis remaja yang lebih senang jika dirinya dipanggil dengan sebutan Rain. Gadis penyuka hujan dengan mimpi-mimpi yang selalu dirafalkannya saat hujan tiba. Awalnya hidup Rain berjalan biasa saja hingga seorang Azka Raditya mulai m...