Hari ini Rain berangkat sekolah diantar oleh Bara. Sementara Axel, ia sudah mendapatkan kartu hijau dari Bara sehingga hari ini Axel berangkat sekolah dengan mobilnya sendiri.
Setelah tadinya mengucap pamit dengan papanya, Rain memasuki sekolahnya dengan sebuah novel tebal didalam rangkulannya. Ia melangkah pasti menuju kelasnya. Nampak sekolah masih sangat sepi karena memang hari ini Rain berangkat pagi-pagi sekali. Saat langkanya mendekati ruang rapat olahraga, tiba-tiba saja seseorang muncul dari balik sebuah pintu dan membuat Rain terkejut seketika.
"Aaaaaa!!!!" Pekik Rain menutup wajahnya karena ketakutan akan sosok yang membuatnya kaget. Novelnya terlempar jauh disana tapi Rain tak menghiraukannya. Ia masih menutup takut wajahnya, tak berani melihat apa yang berada di depannya.
"Lo gak papa?" Pertanyaan halus nan lembut itu terlontar dari mulut seseorang yang telah membuatnya kaget.
Rain perlahan membuka sedikit rapatan jari tangannya, melihat siapa yang sedang bicara dengannya sekarang.
"Lo hantu apa manusia?" Tanya Rain takut. Dia masih enggan untuk membuka matanya karena takut.
"Huahahahhahaha......." tawa orang itu mengglegar membuat Rain semakin panik dan takut bahwa apa yang ada didepannya bukan seratus persen manusia. Melainkan jin gentayangan yang ada di Antariksa.
Karena penasaran, Rain perlahan membuka jari tangan yang menutupi wajahnya. Dilihatnya seorang laki-laki dengan perawakan yang tegap dan tinggi sedang tertawa lepas menahan sakit di perutnya. Mata hazel nya sempat membuat Rain terpesona. Tapi ia cepat-cepat menggeleng untuk menyadarkan dirinya.
"Gue gak boleh terpesona sama jin!" Batin Rain dalam hati.
Ia melangkah mundur sehati-hati mungkin agar jin didepannya tidak mengetahui bahwa dirinya akan segera berlari kabur.
"Aaaaaa jin gentayangan!!!" Teriak Rain ketakutan. Ia berbalik arah, berlari sejauh mungkin dari tempat itu.
Pagi ini memang masih sangat sepi. Pukul 05.48 pagi dijam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kiri Rain.
Laki-laki yang sempat membuat Rain kaget tadi membulatkan matanya tak percaya melihat Rain yang berlari karena ketakutan.
"Dasar cewek aneh. Ganteng gini gue dibilang jin? Iya kali di Antariksa ada jin! Setahu gue jin itu cuma ada didalam lampu wasiatnya Si Aladin" gumam laki-laki itu yang tak lain tiada bukan adalah Azka.
Azka menggeleng keheranan. Hari ini ia harus mengurus beberapa file yang masih berantakan di ruangan rapat olahraga karena kebetulan ia menjabat sebagai kapten tim futsal di SMA Antariksa, maka dari itu ia sengaja datang pagi-pagi buta untuk menyelesaikan semua tugasnya.
Azka berbalik ingin menuju kelasnya tetapi matanya terarah pada satu objek berwarna biru diujung sana. Ia pun meraih benda itu dan membaca judulnya. Sebuah novel teenfiction dengan judul A Second Chance.
Azka perlahan membuka halaman pertama novel itu dan menampilkan sebuah tulisan tangan bertinta keemasan.
Ashella Rainbow.
Azka mengangguk sembari menutup halaman novel itu.
"Jadi namanya Ashella Rainbow? Tapi panggilannya Rain? Nice name" batin Azka dalam hati.
Ia menggenggam erat novel itu dan berjalan menuju kelasnya. Azka berharap akan bertemu dengan cewek itu lagi.
Rain si cewek aneh.
Sementara dilain tempat, Rain menyenderkan punggungnya dikaca mading sekolahnya. Tangannya masih memegang dadanya yang berdertak tak karuan karena ketakutan. Ia melihat sudah ada beberapa anak-anak Antariksa yang memasuki gerbang sekolah. Matahari juga nampak bersinar dengan terang, jadi bukan gelap lagi yang ia temukan tetapi penerangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow
Teen FictionAshella Rainbow. Gadis remaja yang lebih senang jika dirinya dipanggil dengan sebutan Rain. Gadis penyuka hujan dengan mimpi-mimpi yang selalu dirafalkannya saat hujan tiba. Awalnya hidup Rain berjalan biasa saja hingga seorang Azka Raditya mulai m...