Azka menghela nafasnya sejenak sebelum pandangnnya ia arahkan pada Rain yang duduk di depannya dengan wajah cemas. Sementara Rain, ia menunduk takut dan meremas jari tangannya di bawah meja makan. Ia benar-benar merasa bersalah telah menanyakan hal itu kepada Azka.
"Rain" panggil Azka lembut sembari tersenyum. Rain mendongak hati-hati menghadap kearah Azka.
"Sumpah, gue gak ada maksud apa-apa Ka" ucap Rain takut.
Azka kembali tersenyum, "Gak pa-pa. Lo gak salah kok. Mungkin gue harus cerita sama lo"
Mendengar perkataan Azka, Rain membukatkan matanya lalu menggeleng mantap. "Gak. Lo gak usah cerita sama gue, dan gue juga gak punya hak buat tau cerita pribadi lo"
"Mungkin dengan gue cerita sama lo, beban gue sedikit berkurang Rain" Azka mengambik nafas sejenak. "Sebenarnya, papa gu-" belum sempat Azka menyelesaikan pembicaraannya, interupsi suara seseorang menyadarkan mereka berdua.
"Rain?" Ucap seseorang. Winda.
Rain dan Azka menoleh ke sumber suara. Nampak Winda sedang berdiri tak jauh dari meja makan mereka.
"Halo tante" sapa Rain sembari mengangguk sopan.
Winda tersenyum dan menghampiri mereka berdua. "Wah, anak mama makannya sama bidadari cantik ya" ucap Winda sembari terseyum memandang Azka. Berniat menggoda dan sukses membuat Azka malu.
"Mama apaan sih" elak Azka malu.
Winda tersenyum melihat tingkag laku putranya yang bisa dibilang salah tingkah. Ia lalu menarik sebuah kursi dan duduk disamping putranya, Azka.
"Jadi kamu nyuruh Rain repot-repot kesini cuma buat masakin kamu?""Gak ngerepotin kok tan. Lagian Rain juga pernah bilang buat mau masakin makanan untuk Azka" Rain menjawab memberikan penjelasan.
"Mama kan lagi sakit, Azka gak tega nyuruh mama masak" timpal Azka.
Mendengar hal itu, Winda hanya bisa tersenyum. "Buat tante ada gak Rain? Kok tante tiba-tiba jadi laper ya?" Ucap Winda beralih pandang kearah Rain.
Rain yang mendengar ucapan dari mama Azka itu melongo kaget. Ia tersenyum kikuk, "Ada kok tan" sejurus kemudian, tangan Rain bergerak untuk mengambil nasi goreng dan diberikan kepada Winda.
Winda mengambil sesendok nasi lalu melahapnya, mengunyah secara hati-hati, menyecap rasa masakan Rain, membuat si pemasak meringis takut. Takut tidak enak dengan masakan yang dibuatnya.
"Wahhhh......" ucap Winda lalu cepat-cepat menelan nasi gorengnya. "Enak banget Rain,, kamu jago banget masaknya"
Rain tersenyum lega. "Terima kasih tante. Rain senang kalo tante suka masakan Rain"
"Suka banget Rain. Siapa yang ngajarin masak? Mama kamu ya?" Sambung Winda lagi.
Rain hanya mengangguk malu. Lalu ia melanjutkan acara makannya. Perbincangan hanya larut diantara mereka berdua hingga rasanya Azka merasa terlupakan di meja makan tersebut. Menyadari hal tersebut, Azka pun berdeham. "Gimana ma?? Azka pintar 'kan?" Tanya Azka menatap mamanya.
Rain mengernyit mendengar pertanyaan Azka.
Winda tersenyum. "Iya. Azka pintar pilih calon pacar kayak Rain"
Dan seketika itu juga, Azka dan Rain tiba-tiba batuk secara bersamaan.
***
Suasana kelas masih sangat sepi. Ini sudah kesekian kalinya Rain berdecak kesal karena kebodohannya mau berangkat bareng Axel, kakaknya. Andai saja Rain tidak berangkat dengan Axel dan memilih berangkat dengan papanya, ia tidak akan sendirian seperti ini di dalam kelasnya. Tumben-tumbenan Axel berangkat pagi-pagi ke sekolahnya dan alhasil, Rain ikut kena dampaknya. Dampak sendirian di kelas yang sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow
Teen FictionAshella Rainbow. Gadis remaja yang lebih senang jika dirinya dipanggil dengan sebutan Rain. Gadis penyuka hujan dengan mimpi-mimpi yang selalu dirafalkannya saat hujan tiba. Awalnya hidup Rain berjalan biasa saja hingga seorang Azka Raditya mulai m...