Begitu gue letakin kaki kanan gue ke ruangan kelas baru gue, gue yakin gue bakal merasakan kebosanan yang amat sangat.
Prita langsung nyeret gue duduk ke sebuah korsi, yang menurut dia ga ada yang tempatin, dan yang, karena keberuntungan mungkin udah benci sama gue, jauh dari Prita. Tapi mungkin keberuntungan gue ga seburuk itu karena gue dapet tempat yang deket sama jendela. Setidaknya gue bisa nengok ke luar kelas.
Beberapa menit berlalu dan hampir semua bangku di kelas mulai penuh. Gue mulai memperhatikan lingkungan sekitar gue.
Kelas ini diisi, kalo mereka semua les hari ini, oleh 21 orang termasuk gue.
Baris depan sebelah mkiri ditempatin geng cabe-cabean, yang sebelah kanan semuanya anak-anak yang bermuka jenius.
Baris tiga sampe empat diisi anak-anak biasa, pengamat iya, tapi tukang ngobrol iya juga. Gue dan Prita termasuk di sebelah situ.
Baris belakang kanan diisi anak bengal dan terong-terongan, kiri isinya anak-anak yang mukanya 'diam-diam menghanyutkan'.
Saat gue lagi asik-asiknya merhatiin orang-orang, sesosok ibu-ibu memasuki ruangan kelas.
Dia mulai ngelangkahin kakinya dengan perlahan tapi pasti. Rambutnya yang udah sedikit beruban dikuncir tinggi. Blazer dan kemejanya sedikit berantakan kayak abis buru-buru.
"Selamat sore, semuanya.", sapa si ibu yang gue asumsikan adalah guru di kelas ini.
"Sore, bu.", jawab anak-anak yang ada di kelas gue.
Dan itu membuktikan kalo asumsi gue bener.
"Hari ini kita ada murid baru, nih..", kaya guru itu sambil ngerutin dahi.
Gua berasumsi kalo dia lagi mikir 'Siapa, yak namanya? Duh, gua lupa lagi..' dalem hati.
Kok gua jadi berasumsi mulu, ya?
"Uhm.. Viandra! Viandra Delon.", kata wanita, yang adalah guru gue, tadi sambil masang wajah puas seakan-akan kalo dia nginget sesuatu itu sebuah keajaiban.
Entah kenapa, gue punya firasat kalo asumsi gue bener lagi.
Gue nengok ke Prita dan Prita bales tengokan gue dengan wajah nahan ketawa.
Si guru langsung ngelanjutin aksinya dengan nunjuk gue lalu ngisyaratin gue untuk berdiri dan ngenalin diri.
Gue mulai berdiri dengan males dan buka mulut gue.
"Diandra Devon. Masuk sini dijebak nyokap. Nyokap jebak karena nilai emteka ancur. Dari SMP yang sama kayak Prita. Sekian.", kata gue langsung balik duduk.
Gue ngeliat orang-orang saling tengok-tengokan. Entah karena mereka bingung atau karena mereka pikir gue nyolot.
"Ok, terima kasih, Vi-- Eh, Diandra, ya?", kata si guru sambil ngeliat ke arah gue, minta konfirmasi.
Gue ngangguk sebagai respon.
"Ya, Diandra. Nama saya Sena, panggil saya Bu Sena. Mulai hari ini, saya yang akan jadi pembimbing kamu di sini.", kata guru itu, alias Bu Sena.
"Ya.", kata gue, singkat.
Dengan itu, Bu Sena langsung memulai pelajarannya.
-
Di samping rasa bosen gue yang teramat sangat, ternyata les itu cukup membantu. Gue mulai ngerti sedikit tentang matematika. Walaupun Bu Sena susah nginget nama orang (gue menyadarinya ketika dia udah empat kali salah sebut nama orang di kelas gue), tapi dia bener-bener fasih sama matematika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue #JoPi
HumorNyeritain tentang Diandra, si 'jopi' yang emang selalu hepi. ..Tapi apa iya? "Apapun yang terjadi, gue bakal tetep jadi Jomblo Hepi." -Dee