***************************
**********************
****************
***********
******
**Suara api membakar kayu dan rasanya terasa menjadi hangat di sekitarnya, kasur empuk yang Shara tempati pun membuat dirinya semakin lelap. Tetapi karena Shara merasa itu semua terasa nyata, ia akhirnya membuka matanya.
"Ini dimana?" Tanyanya pada dirinya sendiri, menoleh kekanan dan kekiri karena ia berpindah tempat menjadi di dalam rumah berdinding dan beratap bebatuan. Pandangan Shara pun kini terfokus pada seseorang yang duduk bersila membelakanginya, menghadap kearah Api Unggun kecil yang mungkin dibuatnya.
"Siapa kamu?" Shara bertanya pelan, ia takut bahwa orang yang ia lihat adalah orang jahat, atau memang mungkin orang jahat.
"Hanya penduduk sini." Jawab orang tersebut dengan masih membelakangi Shara.
Shara memegangi kepalanya, seakan mencoba berpikir apa yang terjadi. Seingatnya, ia sedang berada di tengah hamparan hijau.
"Maaf, bisakah kau menjelaskan apa yang terjadi padaku sebelumnya?" Tanya nya.
Orang itu hanya terdiam, Shara pun bangkit berdiri dan menghampiri orang tersebut.
"Hey!" Shara mencoba menepuk pundak orang tersebut, dan orang tersebut akhirnya menolehkan wajahnya pada Shara.
Dia laki - laki.
"Bodoh sekali, seorang gadis tertidur di tengah padang rumput di tengah malam." Ujar orang itu, dengan memakai pakaian hitam dengan jubah putih.
Shara memasang wajah kaget dan menatap matanya, sepasang mata biru gelap, berambut kuning dengan wajah yang tampan, tetapi tidak ada senyum diwajahnya.
Orang itu pun kembali memalingkan wajahnya dari Shara, dan mengarah pada api unggun kembali.
"Bukankah akan baik baik saja jika di padang rumput?" Tanya Shara pelan
Orang itu kaget mendengar pertanyaan Shara, dan menolehkan wajahnya kembali pada Shara.
"Kamu bertanya tentang padang rumputnya?!" Tanya orang itu kaget dengan suara yang cukup keras, ia pun memutar badannya dan bangkit berdiri. "Meski sudah melihat begini, kamu bertanya tentang padang rumputnya?!" Tambahnya.
Shara yang tidak mengerti pun main mengangguk saja, dan orang itu bertanya kembali "Kamu bukan berasal dari NorthLand, pasti?"
Shara mengangguk sembari memasang wajah polos polos bingung.
"Kamu berasal dari mana? Dan apa tujuanmu?."
Shara heran karena orang itu malah balik bertanya kepadanya, "Anu.. Aku berasal dari pinggiran NorthEast. Desa Java NorthEast."
"Kamu tersasar dari NorthEast hingga sejauh ini?!"
Shara menggeleng pelan dan menjelaskan semuanya kepada orang itu. Dari awal mula tujuan ia datang ke NorthLand hingga apa yang ia alami sekarang ini. Ia takut untuk berbohong jadi ia jujur saja.
Orang itu menyimak penjelasan Shara dengan wajah serius, "Bodoh, Arah EastLand bukan melalui Hutan Agled, Dan Hutan Agled sangat berbahaya. Sebenarnya apa maksud Marcellius?" Orang itu berbicara pelan dengan menopang kedua tangannya.
Orang itu pun menoleh pada Shara, "Saat ini terlalu berbahaya untuk berada di NorthLand, karena kamu kupercaya maka aku akan membantumu untuk sampai di EastLand."
Shara tersenyum bahagia "Ah betulkah?! Terima kasih!"
Orang itu hanya tersenyum kecil, dan segera mempersiapkan segalanya karena ia akan mengantar Shara kepada Pangeran Marcellius. "Makanlah roti yang ada disebelahmu."
Shara menoleh pada Roti yang disediakan orang itu, Pas sekali ia memang sedang lapar. "Terimakasih sekali lagi! Omong - omong.. Kau tidak tertarik untuk mencari sang Pangeran Austin?"
Orang itu menggeleng pelan sambil masih melakukan pekerjaannya. Shara hanya duduk di atas kasur miliknya.
"Saat ini semua orang di NorthLand sedang mencarinya, Yah.. Yang pasti hanya karena mereka menginginkan 1000 koin emasnya." Ujar Shara memerhatikan orang itu sambil masih memakan roti.
"Kau juga sedang mencarinya."
"Tetapi bukan karena koin emas." Shara tertawa kecil.
Orang itu hanya tersenyum kecil dan meletakkan tas besar berwarna cokelat di depannya.
"Apakah kau pernah melihat rupa pangeran Austin?" Tanya Shara
"Hmm.. Belum"
"Yang benar? Kau kan penduduk sini." Shara mulai penasaran dengan nya.
Orang itu menoleh pada Shara. "Asal kau tahu saja, Si Pangeran Austin itu jarang keluar dari wilayah NorthLand, keluar istana pun jarang sekali."
Shara menundukkan kepalanya, "Eh? Mengapa?"
Orang itu hanya menggeleng pelan, "Lebih baik kau membantuku memasukan barang - barang ini kedalam tas."
Shara mengangguk dan bangkit berdiri.
"Oh Iya, omong omong.." Shara mengulurkan tangannya "Siapa namamu?."
Orang tersebut yang sedang membungkukkan badannya untuk memasukan barang - barang ke dalam tasnya sontak menatap matanya pada uluran tangan Shara, dan menatap mata Shara juga yang tersenyum kepadanya.
"Na.. Nama?" Orang itu langsung buru buru berdiri tegap, Nyaris jubahnya menjadi turun sebelah.
Shara yang heran melihat tingkah laku orang itu yang panik ditanya Namanya pun terfokus pada lambang di baju hitam orang tersebut yang sejak tadi terhalang oleh jubahnya.
(NL)
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*Orang itu langsung membenarkan jubahnya tersebut, "Eh.. Maafkan, Nama saya--"
Tatapan mata kosong Shara mengarah pada mata Orang tersebut. "Pangeran.. Austin?."
**********************
BERSAMBUNG
*********************Note: Maaf kalo pendeek ehehee, Jangan lupa Vote & Komennya yaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Prince
FantasyKeinginan Shara Gabriella, gadis berumur 16tahun tersebut untuk bertemu langsung dengan Pangeran Austin, Pangeran yang ia idolakan akhirnya terwujud dalam rangka ulang tahun Pangeran Austin ke-17tahun yang dibuka untuk bangsa NorthLand. Walaupun Sha...