3

4.5K 345 4
                                    

Bunyi panggilan telpon, menganggu tidur nyenyak Yoona. Ini adalah hari sabtu, tidak bisakah ia tidur lebih lama. Yoona mengerjapkan kedua matanya. Mengambil ponsel berwarna hitam.

Ibu.

Yoona mendecak sebal, untuk apa ibunya menelpon sepagi ini, bahkan ayam saja mungkin masih tertidur. Dengan terpaksa ia bangun sebentar untuk menerima telpon dari ibunya. "Hallo, bu, ada apa?" Tanya Yoona dengan suara khas orang bangun tidur.

"Apa hari ini kau akan pulang?"

"Kurasa tidak, ada apa?"

"Ibu merindukanmu, pulanglah sebentar"

"Baiklah akan ku usahakan"

"Ibu menyayangimu"

"Aku juga"

Mematikan panggilannya dan meletakkan ponsel di meja kecil yang berada di samping ranjang. Memijat pelan pangkal hidungnya yang mancung. Setelah menerima telpon dari ibunya, membuat Yoona tidak bisa tidur lagi, rasa kantuknya menghilang seketika.

Sebenarnya Yoona sangat ingin pulang ke rumah hanya saja jika dia pulang ke rumah membuatnya mengingat kembali kenangan bersama ayahnya. Dan itulah alasan kenapa memilih tinggal sendiri di apartemen dari pada tinggal di rumahnya yang besar.

Flashback.

Yoona menatap benci pria baruh baya yang berada dihadapannya, tangannya terkepal menahan amarah. Air matanya terjatuh mengenai pipi yang memerah -menahan amarah. Sudah dua tahun tidak betemu dengan ayahnya, ternyata pria yang ditunggunya bersama wanita lain, selain ibunya. Gila!

Rahangnya mengeras setelah melihat ayahnya memeluk wanita yang umurnya jauh lebih muda dari umur ayahnya. Yoona sering melihat ibunya menangis ditengah malam karena menunggu suaminya -ayah Yoona- pulang kerumah, tapi pria itu lebih memilih wanita lain.

Pria itu meninggalkannya tanpa sepeser uang pun, bahkan tidak mengatakan apapun pada Yoona, padahal Yoona selalu berharap ayahnya akan pulang. Beruntung ibunya mampu merintis usaha hingga bisa menghidupi mereka berdua. Ia selalu iri pada teman seumurannya yang masih bisa bercanda dengan ayah mereka.

Senyum miris Yoona terlihat ketika ayahnya menatapnya dengan terkejut. Tangan yang awalnya memegang pinggang wanita itu seketika terlepas, wajah terkejut terlihat jelas.

"Yoona?"

Wajahnya memerah, tak tahan untuk mengeluarkan amarah. "AKU MEMBENCIMU!!! MENJAUH DARI IBUKU!" Yoona segera berlari meninggalkan tempat itu, menghiraukan panggilan ayahnya. Tubuh Yoona bergetar hebat, bahkan sebenarnya ia tak mampu lagi berlari.

.
.
.

"Kenapa kau memukuli teman sekelasmu?" Ibu Yoona menatap tajam anaknya, sedangkan Yoona hanya memutar bola matanya malas. Semenjak kejadian itu -dimana Yoona melihat ayahnya bersama wanita lain- orang tua Yoona bercerai dan itu yang membuat sifat Yoona berubah drastis. Anak penurut menjadi anak yang pembangkang. Yoona kesal pada ibunya, dengan mudahnya wanita paruh baya itu memafkan ayahnya, setelah apa yang dilakukannya selama ini pada mereka?

Yoona melipat kedua tangan, menatap meja berwarna hitam yang ada di depannya, berusaha tidak memperdulikan ibunya yang sedang marah. "Sudah tiga kali dalam sebulan kau dipanggil oleh kepala sekolah karena memukuli temanmu!" Suara wanita paruh baya itu semakin meninggi.

"Oh, ayolah, mereka yang mengejekku terlebih dahulu"

"Tapi apa perlu kau memukuli teman sekelasmu"

Yoona bangkit dari posisi duduk. "Dia seorang laki-laki, tidak mungkin selemah itu"

"IM YOONA!" Bentak ibunya. Sekarang posisi mereka sekarang sama-sama berdiri, yang satu menatap tajam lawan bicaranya sedangkan satunya lagi menatap malas. "Berhentilah berbuat masalah lagi, ibu sudah lelah" Suara lembut itu keluar dari bibir ibu Yoona, kedua tangan memijat dahinya pelan.

"Sudahlah, aku mau pulang" Yoona mengambil tas dan kemudian meninggalkan ibunya.

Flashback Off

Kaki jenjangnya turun dari ranjang berukuran besar itu, kemudian berjalan menuju balkon. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul empat pagi, tapi Yoona enggan untuk kembali tidur. Tubuhnya sedikit menggigil saat merasakan udara dingin, mendudukkan dirinya di kursi

"Kau tidak tidur?" Suara bariton itu mengejutkan Yoona.

"Chanyeol oppa?"

Pria tinggi itu mengikuti Yoona, mendudukan diri dikursi balkonnya. Wajahnya menatap Yoona penasaran. "Ini masih pukul empat pagi dan kau sudah bangun?" Ujar Chanyeol sambil melipat kedua tangan di dada.

Yoona mengangkat bahu. "Memangnya salah? Lagi pula tidak ada aturan untuk bangun pagi kan?"

Sebuah senyuman manis terpasang di wajah Chanyeol. "Memang tidak, hanya saja menurutku itu aneh saja. Tidak biasanya kau bangun pagi" Ujar Chanyeol dengan polosnya. Sedangkan Yoona hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bagaimana pria ini tahu jika Yoona tidak suka bangun pagi? "Biasanya kau bangun jam setengah tujuh atau mungkin jam tujuh pagi"

Kekehan pelan keluar dari bibir Yoona, tak menyangka pria yang disukainya tahu kebiasaan buruknya, bahkan dengan mudahnya membicarakan itu. "Memangnya itu salah? Bukankah setiap orang punya kebiasaan buruk?"

Chanyeol mengangguk pelan, menyetujui ucapan Yoona. "Benar juga, setiap orang pasti memiliki kebiasaan buruk, seperti jarang mandi, pelupa, pemalas-" Yoona terkekeh pelan ketika Chanyeol menyebutkan satu-satu kebiasaan buruk seseorang. "-bahkan menguntit orang juga" Mata Yoona membulat sempurna.

"Uhuk! Uhuk!"

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Chanyeol khawatir.

Yoona menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa, kurasa aku harus masuk kedalam. Udara disini sangat dingin" Dengan segera Yoona berlari masuk kedalam apartemennya, tidak memperdulikan Chanyeol yang sedang terkekeh pelan.

.
.
.

Sabtu pagi.

Yoona meyiapkan sebuah ramen untuk sarapannya. Lemari dapur Yoona penuh dengan ramen atau makanan instan lainnya, ia sengaja membelinya karena dirinya tidak bisa memasak. Terakhir kali memasak -selain makanan instan, ia membuat telur dadar dan berakhir menjadi gosong.

Tangannya sudah memegang sumpit kayu, bersiap menyantap ramennya yang masih panas.

TING! TONG!

"Ck! Siapa yang datang di pagi hari seperti ini. Menggangu saja!" Sumpitnya ia letakkan di meja, kemudian berjalan meninggalkan ramen yang masih panas menuju pintu apartemen yang berwarna coklat terang. Membuka pintunya perlahan.

"Kau sudah makan?" Chanyeol menunjukkan sebuah piring berwarna putih dengan makanan enak di atasnya. "Sandwich?"

Yoona mengangguk, mengambil piring yang penuh dengan sandwich dari tangan Chanyeol. "Terima kasih, oppa"

"Ini ucapan terima kasihku karena sudah menjaga Chansoo kemarin. Dia sangat senang bertemu denganmu"

Mata Yoona berbinar. "Benarkah? Lalu dimana Chansoo sekarang?"

"Dia sedang makan didalam" Yoona mengangguk paham, tentu saja ini kan waktunya untuk semua orang sarapan. "Jangan terlalu sering makan ramen, itu tidak bagus untuk tubuhmu. Dan juga makanlah tepat waktu, mengerti?"

"Ak-aku mengerti oppa"

"Oh, iya. Nanti malam aku mengundangmu ke apartemenku, karena hari ini adalah hari setahunku tinggal di apartemen ini. Taehyung, Changmin dan Shim ahjumma akan datang ke apartemenku, dan pastinya aku tidak merima penolakkan"

Chanyeol mengusap pelan rambut hitam Yoona. "Kalau begitu makanlah, aku juga harus melihat Chansoo lagi" kemudian meninggalkan Yoona yang tersenyum lebar, akhir-akhir ini ia merasa keberuntungan ada di pihaknya.

-TBC-

I'm [not] Your StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang