"Oppa?"
Chanyeol menatap Yoona.
"Sebenarnya sia-"
"Noona" panggil Chansoo yang baru saja terbangun dari tidur nyenyaknya. Chansoo berjalan menuju Yoona kemudian merentangkan tangannya. Mengerti maksud Chansoo, dengan segera Yoona menggendong Chansoo yang masih setengah mengantuk.
"Hei, kau tidak lihat noona sedang kelelahan?"
Dengan segera Chanyeol menarik Chansoo namun dihalangi oleh Yoona.
"Oppa, tidak apa-apa. Bukankah sangat lucu mempunyai adik seperti Chansoo?" ujarnya sambil memperlihatkan wajah polos Chansoo yang sudah tertidur di dalam gendongan Yoona. "Dia terlihat sangat kelelahan"
"Bukankah kau juga kelelahan?"
Yoona menggelengkan kepalanya. "Tidak, lagipula membantumu sebentar bukanlah hal yang sulit. Bukankah Shim ahjumma juga sedang membantumu"
Chanyeol mengangguk pelan.
"Kurasa lebih baik Chansoo tidur di kamarnya" Chanyeol mendekati Yoona untuk mengambil Chansoo. Tangan Chanyeol mengelus pelan kepala Chansoo kemudian menatap Yoona.
Merasakan hembusan nafas yang menerpa keningnya, Yoona mengangkat kepalanya. Jarak mereka sangatlah dekat dan tidak lama Chanyeol mengecup bibir Yoona sekilas. Merasa Yoona tidak memberontak, dengan berani Chanyeol menempelkan bibirnya pada bibir Yoona kemudian melumat pelan bibir Yoona. Entah sejak kapan tangan kekar milik Chanyeol berada di tengkuk Yoona kemudian mendorongnya pelan, sedangkan tangan Yoona menganggam erat baju Chansoo yang masih tertidur digendongannya.
Chanyeol semakin mendorong tengkuk Yo-
"Chanyeol, bisakah kau ambilkan piring yang berada di atas meja?" teriak Nyonya Shim dari dapur.
Dengan segera Yoona menjauhkan dirinya dari Chanyeol kemudian memberikn Chansoo kepada Chanyeol. "Aku akan menbantu Shim ahjumma, lebih baik oppa membawa Chansoo ke kamarnya" ujar Yoona dengan gugup.
"Ahh, benar" Chanyeol mengangguk lemah kemudian segera berlari pelan menuju kamar Chansoo.
.
.
."Kau terlihat senang sekali hari ini? Apa kau sedang memenangkan lotre?"
Yoona menggelengkan kepalanya sambil tersenyum manis.
Mata Sooyoung menatap tajam Yoona. "Kau sangat menyeramkan ketika tersenyum seperti itu" ujar Sooyoung dengan nada sinis. "Kau bahagia diatas penderitaanku"
"Kau putus dengan Siwon?"
Sooyoung memukul kepala Yoona dengan buku yang berada di dekatnya. "Kau ini sedang mendoakanku?"
"Lalu kenapa?" tanya Yoona kesal sambil mengelus kepalanya.
Sooyoung mendengus kesal. "Itu karena aku belum makan"
"Baiklah nanti aku akan mentraktirmu"
Dengan cepat Sooyoung merangkul sahabatnya sambil tersenyum. "Itu baru sahabat terbaikku"
"Cih, kau hanya mengatakan itu jika sedang membutuhkan sesuatu" Yoona semakin kesal ketika Sooyoung memeluknya dengan erat.
"Oh, bukankah hari ini kau akan pulang kerumah ibumu?" tanya Sooyoung serius setelah melepaskan pelukkannya.
Kepala Yoona mengangguk pelan.
.
.
.Wanita paruh baya itu tersenyum senang ketika melihat anaknya berada di depan rumah. "Ibu merindukanmu sayang" ujarnya sambil memeluk anaknya. Tangannya perlahan mengelus kepala Yoona dengan penuh kasih sayang. "Maafkan ibu tidak sempat datang ke apartemenmu, pekerjaan ibu sangat banyak akhir-akhir ini"