10 [END]

6.5K 368 28
                                    

Sejak tadi Chanyeol merasa risih dengan Luhan. Beberapa kali Chanyeol melirik Luhan yang menatapnya dengan kesal seakan ingin memotong tubuhnya hingga menjadi bagian-bagian kecil.

"Ada apa?" Tanya Chanyeol sambil meletakkan sendoknya. Dahinya mengerut ketika Luhan lebih memilih melanjutkan makannya dibandingkan menjawab pertanyaannya.

Yoona menatap Luhan kemudian Chanyeol secara bergantian. Yoona mendesah pasrah ketika melihat kedua pria yang berada dihadapannya yang saling menatap kesal satu sama lain. Hari ini adalah hari minggu, hari dimana ia bisa bebas dari segala pelajaran menyebalkan. Tapi karena melihat kedua orang yang tidak pernah akur ini, Yoona hanya bisa pasrah saja, sepertinya hari ini akan menjadi hari yang panjang.

"Aku menelpon Jongin."

Tangan Chanyeol seketika berhenti memasukkan makanan ke mulutnya sedangkan Yoona hanya menatap binggung sepupunya.

"Aku menyuruhnya untuk kesini, kurasa dia merindukanmu." Lanjut Luhan sambil menatap Yoona.

"Kau?" Chanyeol menatap Luhan yang berada disampingnya dengan kesal. "Si Jonggun akan datang kesini?"

"Jongin." Koreksi Luhan dan Yoona bersamaan.

Chanyeol menganggkat kedua bahunya. "Aku tidak peduli dengan namanya." Chanyeol kembali menatap kesal Luhan. "Ini 'kan apartemenku." Karena kesal melihat respon Luhan yang hanya diam saja sedangkan Chanyeol hanya bisa menatap Yoona.

Yoona hanya tersenyum ketika melihat Chanyeol. "Bukankah tidak apa jika Jongin datang kesini? Lagi pula dia hanya tinggal di Korea sampai lusa." Luhan tersenyum senang mendengar ucapan Yoona, sedangkan Chanyeol hanya bisa menghela nafas.

.
.
.

Sudah dua jam sejak Jongin berada di apartemen kekasihnya dan sudah dua jam juga Chanyeol mengawasi Yoona yang berdekatan dengan Jongin. Beberapa kali Chanyeol mengeram kesal ketika melihat Yoona tersenyum senang bersama Jongin. Mungkin setelah ini Chanyeol akan memotong Jongin menjadi bagian-bagian kecil dan korban selanjutnya adalah Luhan.

Hatinya terasa panas ketika melihat tangan -hitam dan jelek- milik Jongin mengelus lembut rambut kekasihnya sedangkan Yoona hanya biasa saja. Dengan kesal, Chanyeol berjalan dan mendudukkan dirinya diantara Yoona dan Jongin.

Aku tidak akan membiarkan tangan jelekmu mengelus rambut kekasihku

Dengan segera Chanyeol mengelus rambut pirang Yoona, menghilangkan bekas tangan milik Jongin. "Sudah berapa kali kubilang SAYANG, ubah warna rambutmu" Chanyeol sengaja menekankan kata SAYANG, agar pria yang berada disebelahnya sadar jika Yoona adalah miliknya. "Aku sangat merindukan rambut hitammu" Tangan Chanyeol memainkan beberapa helai rambut milik Yoona. Sontak hal itu membuat pipi Yoona memerah.

Luhan yang melihatnya segera duduk diantara Chanyeol dan Yoona. "Jangan sentuh rambut sepupuku yang manis ini." Tangan Luhan mengelus rambut Yoona pelan. "Jangan sampai bekas tangan tuan Park ini berada di rambutmu."

"Hei! Dia kekasihku, memangnya salah."

Dengan gerakan cepat tangan Luhan memukul tangan Chanyeol yang akan menyentuh rambut pirang sepupunya. Dan berakhir saling memukul tangan masing-masing antara Luhan dan Chanyeol.

Jongin menutup mulut, menahan tawanya. Dirinya merasa geli melihat tingkah laku kedua orang yang bahkan lebih tua darinya. Jongin melirik Yoona yang sedang tertawa melihat kelakuan kedua orang itu. Jujur saja Jongin senang melihat Yoona tersenyum seperti itu. Memang dulu ia pernah menyukai Yoona, sayangnya ia lebih memilih pergi ke Kanada daripada memilih Yoona. Itulah kebodohannya 4 tahun yang lalu.

.
.
.

Yoona menghembuskan nafasnya, merasakan dinginnya cuaca malam ini. Matanya memandang kota Seoul dari balkonnya, melihat banyaknya mobil yang masih berkeliaran di jalan. Sesekali ia menggosokkan kedua tangannya yang terasa dingin akibat udara dingin.

I'm [not] Your StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang