Aku terbangun dari tidurku. Tidur yang cukup melelahkan karna di sertai mata sembab akibat semalaman tadi aku menangis.
Ku tengok jendela di samping kasurku. Terik matahari bersinar lurus menembus kaca dan mengenai tubuhku. Rasa hangat cukup membuatku nyaman. Akan tetapi, ini membuatku mengingat hangat pelukannya.
Aku turun dari kasurku dan menuju ke kamar mandi. Aku berdiri di bawah shower dan mengguyur seluruh tubuhku.
Sudah sangat lama aku berdiri di sini. Kulit di jari-jari kedua tanganku mulai mengerut hingga tubuhku pun mulai menggigil.
Namun aku belum juga beranjak dari bawah guyuran air shower.
Bahkan kedua kakiku mulai bergemetar. Ku ulurkan kedua tanganku untuk menyentuh dinding yang tak jauh dari tempatku berdiri.
Segaja ku lakukan untuk membantuku menopang tubuhku yang mau ambruk. Namun percuma saja. Kakiku seperti mati rasa dan akhirnya aku jatuh terduduk. Aku terkekeh melihat tingkah bodohku ini.
Dengan tubuh menggigil dan baju yang basah kuyup, aku keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk sebagai selimutku agar terasa lebih hangat. Aku berjalan menuju jendela dan menyibakkan tirainya. Reflek mataku terpejam saat sinar matahari bersinar sangat terik.
Perlahan aku buka mataku. Ku lihat jalanan kota yang selalu macet disetiap harinya. Ku alihkan pandanganku ke arah langit. Aku tersenyum memandang gumpalan kapas itu berpadu dengan birunya langit.
Senyumku musnah saat aku teringat hari itu. Hari yang sama sekali aku tak pernah ingin terjadi. Selalu ku hembuskan nafas berat jika aku mengingatnya. Perlahan aku melangkah mundur dan menjauh dari jendela.
***
Di depan mataku terlihat seorang pria sedang berdiri membelakangiku. Aku tersenyum melihatnya yang selalu bersikap tenang. Wajahnya yang teduh berhasil membuatku tenang saat aku ada masalah. Benar-benar sosok seorang Pangeran.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN (Oneshoot)
FanfictionOneshoot story! Cast : SEVENTEEN Member #524 junhui #727 youngjae