Hosh...hoshhh... nafas ku tersenggal
“lo kenapa Nin? Kaya abis ketemu setan”, Eliza terheran-heran melihat ku
“jogging Za”, jawab ku yang masih sibuk mengatur nafas
“gue serius nih”, Za membulatkan mata nya
“udah gue ceritain di kelas aja. Yuk”, kataku membereskan buku dan alat tulis secepat kilat. Aku tak ingin lagi bertemu nya, jantung ku masih berpacu cukup kencang
“oke. Sekarang ceritain”, Za menagih janji yang tadi ku ucap kan begitu kita sampai di kelas. Sebagian besar anak memang masih mengerjakan di luar, namun kita sudah menyelesaikan nya
Dengan hati yang berdebar, kuceritakan dengan setengah suara agar tak terdengar oleh Bu Uun, kalau tidak kita akan mendapat masalah besar.
“jadi, tadi gue bantuin Delvin. Dia jatuh gitu ketimpa buku-buku pelajaran yang tebel banget”
“what?serius lo?Kak Delvin kali. Dia kan kakak kelas kita”,lagi-lagi Za membulatkan mata nya
“iyaapalah itu. i swear”, aku mengacungkan jari ku membentuk huruf V
“terus kenapa lo lari-lari”
Aku tertegun. Heran dengan tingkah laku ku sendiri. Kenapa aku harus lari sesaat setelah bertemu Kak Delvin? Aku tak bergeming, tak memperdulikan Eliza yang menunggu jawaban ku
“woi!”, ia mengguncang tubuh ku
Aku tergagap “eng.....gue juga nggak tau Za”, jawab ku lirih
Seperti yang pernah ku ceritakan, Delvin... lebih tepat nya Kak Delvin. Ia selalu mencari masalah jika berpapasan atau bertemu dengan ku. Namun saat melihat sorot mata nya yang teduh, semua persepsi buruk akan diri nya, luluh lantak seketika.
“sudah selesai semua nya?”, lagi-lagi suara Bu Uun, guru Bahasa Indonesia ini sangat khas. Membuyarkan lamunan ku
“sudah buuuu”, jawab anak-anak serempak
Setelah kami maju untuk mengumpulkan tugas, bel pulang sekolah berbunyi. Hiruk pikuk suara anak-anak memenuhi kelas. Ramai. Bel pulang sekolah memang bel yang sangat membahagiakan untuk kami yang sudah mulai bosan melihat papan keramat
Aku dan Za memang berencana untuk mampir ke kedai samping sekolah. Yaaa, lagi-lagi hanya untuk sekedar mengobrol
“pada mau langsung pulang?”, tanya Gita dari arah belakang saat aku dan Za berjalan keluar
“enggak Git. Mau ke kedai dulu”, jawab ku
“ikut dong”
“yaudah yuk”, Za mengiyakan
Akhirnya yang semula kami hanya berdua pergi ke kedai,sekarang menjadi bertiga. Aku sih oke aja, Gita kan anak nya baik, lucu, imut pula. Dia suka melucu dengan mimik muka jelek nya. Ya walaupun sebenarnya mau dia buat sejelek apapun, ia akan tetap terlihat manis. Saat kami bersenda gurau sambil berjalan, banyak motor siswa berlalu lalang. Kemudian sebuah motor vixion berwarna merah, berhenti tepat di depan kami. Ia memakai helm full face sehingga kami sulit mengenali siapa dia. Tetapi,saat melihat tas yang ia pakai aku teringat seseorang. Tas polos berwarna hitam bergaris merah di setiap ujung nya, sama dengan tas Kak Delvin. Kami hanya bisa berbisik-bisik dan saling bersenggolan siku. Beberapa detik kemudian, ia membuka helm nya. Kau tahu? Aku serasa berhenti bernafas.....
“hai Nin. Mau pulang?”, tanya nya ramah dengan seulas senyum
“hehe iya kak”, jawab ku tak kalah ramah
“mau bareng?”
Angin segar menghampiri ku. Hendak membawaku terbang menembus langit ke tujuh sebelum aku akhirnya tersadar dengan senggolan yang sangat keras. Za.....menghancurkan nya
“eh nggak usah kak. Mau mampir dulu ke kedai”, kataku menolak halus tawaran nya
“oh gitu,oke deh. Sekali lagi makasih ya buat yang tadi”
“iya kak sama-sama”
Ia kembali memakai helm nya dan segera berlalu. Kak Delvin.....menyapakuu? Dunia sudah benar-benar berputar 360 derajat. Kita duduk di sofa kedai, dengan keadaan masih setengah tak percaya. Tak hanya aku, tetapi Za dan Gita pun merasakannya. Beberapa pasang mata tadi juga keheranan melihat Delvin menyapa kami.
“eh Nin, emang lo tdi ngapain sih? kok kaya nya dia ngucapin makasih aja antusias banget”, tanya Gita sambil menyesap pop ice vanila latte nya
“mmmm tadi gue Cuma bantuin dia si perpus. Kecelakaan kecil gitu. Dia kejatuhan buku. Yaudah kan kebetulan gue lewat gue tolongin”
“yakin Cuma itu doang?”, pandangan Gita dan Za terpusat kepada ku
“ih apaan sih pada. Serius deh”
“cie Anin cie. Sekian lama stuck dalam keterpurukan sekarang falling in love cie”
Hati ku bersemu merah. Mungkin pipi ku merah merona, tetap saja aku akan berusaha menyembunyikan itu dan bersikap biasa saja. Mereka akan sangat senang jika berhasil membuat ku salah tingkah dan akan terus berlama-lama mengejek ku
Jam menunjukan pukul 16.30 saat aku mengajak mereka pulang,mengingat hari yang mulai sore
“udah yuk ah mending pulang. Nggak baik ah nge gosip’in kakak kelas”, aku bangkit lalu menggendong tas ku
Gita dan Za masih saja menggoda ku saat jalan menuju gang depan. Rumah ku sangat dekat dengan sekolah, bahkan hanya memerlukan waktu 10 menit untuk berjalan dari rumah ke sekolah. Sedangkan Gita dan Za menunggu angkutan umum
***
Suasana rumah sepi. Tidak kalah sepi dengan hati ku yang selalu kosong. Sudahlah, jika sudah membicarakan masalah hati dan perasaan, seketika aku akan langsung sensitif.
Cinta? Sesungguh nya itu rasa yang paling norak dan menjijikan di dunia.
Kling!BlackBerry ku berbunyi, aku menerima 1 messenger
“cie Anin cieeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee”, begitulah isi pesan dari Za
“apasih Za, apa? Ngga jelas deh”, balas ku
Setelah itu, aku menggeletakkan blackberry ku di kasur lalu bergegas mandi.
Rasa kantuk menghampiri ku ketika aku selesai mengguyur tubuh yang penuh keringat ini dengan air yang menyegarkan. Dalam beberapa menit kemudian, aku sudah tenggelam dalam mimpi ku
“aaaaaaa tidaaaaaaak” aku berteriak hesteris tetapi tidak ada seorang pun yang mampu mendengar bahkan menolongku
Buk!aku terjatuh dari kasur ku. Sial!aku bermimpi tergelincir kedalam jurang yang curam hingga akhirnya terkatuk batu. Yang ternyata, lebih tepatnya terjatuh dari kasur dan kepalaku mengenai meja kecil di kasur dengan sangat keras. Aku meringis kesakitan. Berusaha untuk bangkit dan kemudian mencari handphone ku.
Ada 1 permintaan pertemanan di tab blackberry messenger ku. Aku membuka nya dan seketika terkejut
Nama Delvin Ananta terpampang jelas sebagai friend request ku saat ini. Hati ku berdebar, badan ku bergetar, aku tak tahu ada apa ini? seperti tersengat listrik beribu volt.
Dengan memberanikan diri, aku memijit accept. Dan beberapa detik kemudian ia sudah muncul di recent updates ku. Iseng, aku melihat gambar yang ia gunakan sebagai foto profil. So nice! Foto itu benar-benar memukau.
Ah tidak-tidak! Aku harus mengenyahkan pikiran ini jauh-jauh. Ini sudah mulai tak wajar dan tak dapat kupahami. Aku harus mengusirnya jauh-jauh. H A R U S
Jam menunjukan tepat pukul 8 malam. Aku terlambat dari jam belajar ku. Padahal PR sosiologi dan geografi yang menggemaskan itu sudah siap menyambut ku dengan ejekan nya. soal-soal yang cukup rumit
PING!!!. Lagi-lagi blackberry menjadi godaan yang ampuh di tengah jam belajar ku. Menerima sebuah ping yang menggetarkan nya. Aku membuka nya.
Dan lagi, aku terperangah menatap layar handphone. Mungkin jika mempunyai riwayat penyakit jantung aku akan lebih cepat mati hari ini karena menerima serangan jantung yang begitudahsyat berkali-kali. Delvin Ananta........
Anindita Putri : Kenapa kak?
Delvin Ananta : greet aja kok
Anindita Putri : oh oke. Dapet pin ku dari siapa kak? Hehe
Delvin Ananta : kepo deh
Melihat jawabannya aku berpikir sejenak. Dan menyadari betapa bodoh nya aku. Ia kan terkenal sekali di sekolah. Pasti ia punya akses yang cukup luas untuk mendapatkan informasi. Aku tak membalas nya lagi, bingung apa yang ingin ku katakan.
Luar biasa nya, ia men-chat ku lagi
Delvin Ananta : Kok belum tidur? Oh iya by the way makasih banget ya tadi
Anindita Putri : masih belajar kak. Iya sama-sama. Udah berapa kali deh kak ngomong makasih hehe
Delvin Ananta : oh gitu. Nggak apa-apa sih. jangan panggil gue kak dong, kesannya tua banget
Anindita Putri : oke deh kak
Maksut ku, Delvin
Setelah itu percakapan kami berlanjut. Hanya sebatas tentang keadaan sekolah,tak lebih. Aku agak canggung melakukan percakapan dengan dia. Kau pasti tau maksut ku kan? Selama ini aku tak pernah berhubungan dengan kaum adam seperti ini. paling hanya teman sekelas yang menanyakan PR atau lainnya. Hati ku merasa aneh. Dunia ku mulai berubah, dunia ku mulai berjelajah tanpa arah......