Happy reading..
"Arka brengsek!" Gerutu Citra sesaat setelah mendengar semua dari Dhamar.
"Semua punya alasan Cit."
"Dia sengaja! Terus aja lo belain temen lo! Nara harus tau ini." Seketika Dhamar menahan tangan Citra.
"Nara nggak bakal seneng kalo dia tau bukan dari mulut Arka langsung."
"Apa maksud lo dari mulut Arka langsung? Dia bakal kembali?"
"Gue juga nggak tau pasti Cit." Dhamar kembali menunduk pasrah.
"Bilangin ke temen lo satu itu, jangan pernah dateng ke hadapan Nara lagi. Makasih." Dengan itu Citra pergi meninggalkan Dhamar yang kembali duduk termenung.
Sesampainya di kelas, Nara terlihat duduk melamun sambil memegangi selembar kertas.
"Hey Nar! Ke toko buku ya ntar, banyak yang baru loh." Nara tersadar dan tersenyum tipis pada Citra.
"Gue mau pulang."
"Ayolah Nar, mau sampe kapan lo kaya gini?! Have fun! Inget? Young, Wild, Free!"
"Makasih Cit, tapi gue lagi nggak pengin."
"Ayolah, lo bukan Nara yang dulu gue kenal."
"Sekarang nggak ada alesan gue buat bahagia." Nara tersenyum kecut dan berlalu entah kemana. Sedangkan Citra tidak tau bagaimana caranya memberitahukan semua pada Nara. Dari mana dia memulainya.
Bel pulang sudah lama berbunyi. Namun Nara masih terdiam di kelasnya dan enggan pulang. Entah apa yang menahannya, yang pasti Nara sendirian. Citra sudah terlebih dahulu pulang, bukan dia meninggalkan Nara, namun Nara yang tidak mau pulang dengannya. Keluar ruang kelas, keadaan sekolah sudah cukup sepi. Nara berjalan keluar dan berhenti di halte depan sekolah. Namun lama menunggu tidak ada satupun bus yang lewat. Nara memutuskan berjalan sembari mencari taxi. Nara dikejutkan dengan kehadiran seseorang tepat di depannya dan menghalangi jalannya. Nara mencoba menghindar, namun dia tetap mengikuti.
"Mau lo apa sih?!"
"Pulang sama gue." Radit menampilkan senyum kudanya yang dibalas decakan oleh Nara.
"Nggak."
"Tidak ada penolakan."
"Jangan ganggu gue."
"Serius Nar, gue nggak bermaksud ganggu lo. Sekolah gue deket sekolah lo, dan gue liat lo jalan sendirian. Gue nggak tega liat cewek pulang jalan. So, sebagai cowok gentle gue berhak ngasih tumpangan." Nara memutar bola matanya dengan malas.
"Udah? Sekarang minggir, gue mau pulang."
"Sekali aja Nar." Nara terus berjalan, Radit tau apa yang harus dia lakukan.
"Gue pulang jalan bareng lo kalo gitu." Seketika Nara berhenti berlajan dan menghadap Radit cepat.
"Oke! Iya, gue mau pulang sama lo! Puas?!" Setidaknya ini akan lebih singkat dibandingkan Radit yang berjalan bersamanya dan selalu menganggunya, itu hanya akan membuatnya semakin frustasi. Radit hanya tersenyum penuh kemenangan dan mulai menyalakan mesin motornya. Nara mulai naik dengan canggung dan menjaga jarak dengan Radit.
"Ini bukan jalan pulang kerumah gue." Nara mulai menyadari dan panik jika Radit akan berbuat macam-macam dengannya.
"Siapa bilang kita bakal pulang(?)" Radit tersenyum miring, melajukan motornya lebih cepat.
"Lo jangan main-main sama gue!" Nara sedikit berteriak, membuat Radit terkekeh pelan.
Mereka berhenti di sebuah taman bermain. Sesaat setelah motor berhenti, Nara segera turun dan berlari menjauh. Namun Radit tetap bisa menggapainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORGIVEN [Tamat]
Teen Fiction"Ketika gue dipertemuin sama makhluk bermana Nara, cewe gila yang nggak tau kenapa ditakdirin bernasib sama kaya gue. Sama sama jones. Dia cewek cerewet yang sukanya makan, kerjain orang, dan begonya nggak ketulungan. Tapi dia sabar, pengertian, asi...