Sadar...

55 3 0
                                    

"Pe bangun pe, udah dua jam kamu pingsan.. Gak malu diliatin orang." ujar Juned sambil menepuk-nepuk pipi Pepe.

Perlahan-lahan Pepe membuka matanya dan melihat sekelilingnya. Dia mulai mengingat-ingat kejadian yang sudah terjadi sebelum dia tak sadarkan diri.

"Juned dasar yaaaa... Cucunya mariposa, udah tau Pepe pingsan di jalan, gendong kek sampe rumah... Ini malah di taro di tumpukan kardus bekas lagi... Udah kayak gembel!" teriak Pepe sambil memukul-mukul pundak Juned. Juned hanya meringis kesakitan.

"Udah pe... Stop! Aku gak kuat ngangkat kamu, jadi aku taro di tumpukan kardus, tapi empuk kan?" jawab Juned, polos. Pepe diam dengan tatapan penuh dendam. Dia lalu mengusap-usap rambutnya.

"Ned, rambut Pepe... Kok rambut Pepe gini sih..." ucap Pepe dengan menahan air matanya.

Juned lalu memberi Pepe cermin. Jelas terlihat keadaan Pepe yang acak-acakan. Rambutnya yang dipotong dengan asal-asalan, bibirnya yang penuh dengan gincu, dan luka lebam di keningnya. Pantas banyak orang yang lewat dan melihat ke arahnya.

"Juned... Pepe gak berani ketemu ibuu... Hikss.. Pepe selalu ngecewain ibu! Dan sekarang, kondisi Pepe kayak gini!" tangis Pepe. Juned lalu menarik tangan Pepe pergi.

----------

"Selesai." ucap bang Samed yang selesai merapihkan rambut Pepe. Pepe melihat pantulan dirinya di kaca. Rambutnya di potong segi sedagu dan diponi pinggir untuk menutupi luka lebam yang ada di keningnya.

"Ned.. Rambut Pepe udah gak panjang... Pepe gak kayak cewek yang suka jadi pemeran utama." gumam Pepe.

"Tapi kamu bisa jadi pemeran utama di hidup kamu." senyum Juned lalu mengacak-ngacak rambut Pepe.

"Ah Juned tumben bijak." tawa Pepe. Pepe lalu diam. 'Ibu gimana tar.' batin Pepe tidak tenang.

Tiba-tiba Juned menyodorkan sebuah rantang dan kantong plastik. Pepe yang kaget lalu melihat Juned.

"Pe di jalan kamu udah ceritain semua kejadian yang kamu alami. Sebagai sahabat aku kasih kamu solusinya semampu aku." jawab Juned yang melihat Pepe yang kebingungan.

"Ned kamu baik banget, tapi kapan kamu nyiapin ini semua?" bingung Pepe.

"Pas kamu nangis gak mau dipotong rambutnya sampe kamu selesai motong rambut." Ujar Juned yang pura-pura berpikir.

"Makasih Juned!!!" refleks Pepe memeluk Juned dengan erat.

"Ekk.. Lepas..sin Pe ahh..." ronta Juned lalu melepas pelukan Pepe.

"Pepe janji, bakalan deketin Juned sama Nining!" semangat Pepe membuat Juned tersenyum geli.

----------

"Mom, Pepe pulangg..." panggil Pepe yang berada di depan pintu rumah. Tak lama kemudian, mamahnya membukakan pintu dan melihat penampilan Pepe.

"Yaampun pe, rambut kamu kenapa??" kaget mamahnya. Pepe hanya nyengir imut.

"Pepe tadi potong rambut, keren kan mom? Ahh itu gak penting.. Makan yuk mom, Pepe bawa makanan." ujar Pepe yang menunjukkan rantang yang Juned kasih. Mamahnya yang kebingungan hanya mengangguk refleks.

"Pe.. Makanan dari siapa itu?" tanya mamahnya. Mamahnya takut anaknya membuat onar lagi dan para tetangga merasa kasihan.

"Dari Juned kok mom... Kita lunch aja yuk ahh.. Kayak di ftv ftv..." ucap Pepe yang tersenyum penuh pengkhayalan. Pepe lalu membuka rantang pertama yang berisi perkedel dan ikan goreng, rantang kedua tumis bayam, dan rantang terakhir berisi nasi. Pepe tidak percaya Juned menyiapkan ini semua.

"Wahh Juned baik banget yaa..." kagum mamah Pepe lalu mengambil piring. Pepe teringat dengan kantung plastik yang diberikan Juned. Dia lalu membuka kantung plastiknya dan mengambil isi di dalamnya. Terdapat rok panjang warna pelangi dan sebuah baju berlengan panjang berwarna abu-abu. Pepe bingung kenapa Juned memberikan semua ini. Pepe melihat secarik kertas yang terselip di baju itu.

'Pe, makan yang banyak ya... Berdua sama mamah kamu... Jaga baik-baik mamah kamu ya pe...
Tadi pagi mamah kamu ke rumah aku, dia minta tolong kalo kamu ke rumah aku, tolong kamu makan di rumah aku. Di situ aku tau, mamah kamu juga belum makan, jagalah mamah kamu selagi punya... Oh ya Pe.. Pake ya rok sama bajunya... Itu buat nutupin luka yang ada di betis kamu.. Kalo pake celana panjang pasti kainnya kena luka kamu... Kamu jangan terlihat lemah di depan musuhmu oke!!'

Pepe tersenyum sendiri saat membaca surat itu. Tak sadar air matanya jatuh karena terharu, dia lalu melirik mamahnya yang makan dengan lahap. 'Mom, pepe gak mau ngecewain mamah... Karena pemeran yang baik selalu happy ending.'.

----------

Terlihat Juned yang memandang poster Baim Wong dengan serius. 'Ngapain sih Pepe suka ngekhayal kalo liat yang ganteng-ganteng?' batin Juned tak bisa diam.

Kruyuuukk! Perut Juned gak bisa berkompromi. Dia sekarang kelaparan namun uangnya habis untuk membeli rok dan baju untuk Pepe. Makanannya pun tak ada lagi karena sudah habis di bekal untuk Pepe.

Juned lalu menghampiri meja makan. Di depannya hanya ada kerak nasi yang tak bisa dimakan. Dia lalu menambahkan penyedap rasa ke kerak nasi i

Hopeless IdolsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang