Chapter 5: Kaleidoskop

409 22 0
                                    

Aku terbangun lebih pagi daripada biasanya, hari ini adalah hari libur, biasanya aku hanya menghabiskan waktuku dirumah saja atau sambil membaca buku buku yang tersusun rapih di rak buku ku.

Di hari libur seperti ini mungkin Agung sedang bermain games favoritenya. Walaupun begitu, ia tetap mengabariku, ia menelfonku sambil bermain games. meskipun begitu aku senang sekali, aku senang. ia mengeluh kepadaku tentang harinya, aku senang ia lagi lagi bersorak kegirangan. aku senang ia melakukan itu semua dengan sepengetahuanku.

📲 Agung is Calling....

agung membuka percakapan yang sedikit formal,

"key gimana kamu kapan mulai ospek di unj?"

"Emmmh 2bulan lagi gung. kamu sendiri gimana?"

"yes, aku masih mau main games dulu aja"

"lah kok yes? gung kamu seharusnya bisa bedain waktu belajar sama main. kamu tuh udah 18 tahun tapi masih kaya anak kecil aja." nada suara ku terdengar emosi sepertinya.

"jadi bisa punya waktu banyak sama kamu, hehe aku bercanda. iya aku pasti kuliah, terus sukes bisa bahagiain kamu" ledeknya.

"apaansih lebay, emang mau selamanya sama aku? gamau cari yang lebih gitu gung?"

"gamau! kamu lebih dari cukup"

"yeh gombal aja kamu huuu,"

"Jadi Raja Madol terus, sekali kali jadi Raja Gombal gapapa lah."

"Terserah kamu deh yaaa. Lagi main game ya?" aku mengira-ngira.

"Kaya biasa aja sih key, yaudah ya udah dulu nih, lagi ngewar..."

"HUH. iya iyaa, jangan lupa makan. Bye," Aku menutup telepon terlebih dahulu, karena aku tahu, Agung tak pernah sekalipun mengakhiri telepon ketika ia sudah selesai bicara. Dan membiarkan ponselnya terus terhubung dengan-ku.

terkadang, seseorang bisa berubah ketika ia sedang bersama apa yang dapat membuatnya nyaman
mungkin itulah Agung.
ia sangat dingin terhadap orang orang di sekitarnya, tapi tidak ketika bersamaku. ia seseorang yang berbeda.
sangat berbeda.

UNSAID Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang